Fimela.com, Jakarta Obsessive-compulsive Disorder (OCD) atau gangguang obsesif-kompulsif merupakan salah satu jenis dari gangguan kecemasan (anxiety disorder). Kondisi ini menyebabkan seseorang memiliki pemikiran yang mengjengkelkan disebut obsesi. OCD juga menyebabkan dorongan pada seseorang untuk melakukan sesuatu, kondisi ini disebut kompulsi (atau disebut juga ritual). Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga memiliki resiko OCD.
OCD pada anak membuat mereka terjebak dalam siklus stres yang berasal dari pikiran, kecemasan, dan ritual. Anak dengan OCD memiliki pemikiran obsesi yang tidak diinginkan. Hal tersebut berkaitan dengan rasa takut, seperti menyentuh objek yang kotor. Sementara itu, mereka melakukan perliaku kompulsif atau ritual untuk mengendalikan rasa takut tersebut, salah satu contohnya adalah mencuci tangan berlelbihan.
Melansir dari cedars-sinai.org, ketika anak mengidap OCD, pemikiran obsesif dan perilaku kompulsif dapat terjadi lebih sering dan kuat, bahkan hingga mengganggu kegiatan sehari-hari anak dan juga pertumbuhannya. Untuk bisa menangani dan mecegah OCD pada anak lebih awal, berikut merupakan gejala OCD pada anak yang telah dirangkum dari beberapa sumber berikut.
1. Obsesi
Anak dengan OCD cenderung memiliki obsesi yang berlebih terhadap beberapa hal. Obsesi ini berupa pikiran yang dapat membuat stres yang muncul berulang kali. Anak dengan OCD tidak ingin memikirkan hal tersebut namun mereka merasa bahwa mereka tidak bisa meghentikan pikiran buruk itu. Orang tua mungkin memperhatikan obsesi anak sebagai rasa takut dan khawatir mereka yang berlebihan. Melansir dari nationwidechildrens.org, anak dengan OCD biasanya akan merasa kesal dengan hal berikut ini:
- Takut terhadap kotoran dan kuman.
- Takut terhadap kontaminasi.
- Kebutuhan berlebih akan sesuatu yang simetris, keteraturan, dan presisi.
- Obsesi yang berkaitan dengan hal keagamaan.
- Preokupasi dengan kotoran tubuh.
- Obsesi terhadap angka sial dan angka keberuntungan.
- Pikiran seksual atau agresif.
- Takut akan penyakit atau bahaya yang menimpa diri sendiri ataupun keluarga.
- Suara atau kata-kata yang mengganggu.
2. Kompulsif (Ritual)
Tindakan kompulsif atau ritual pada anak dengan OCD merupakan perilaku yang dilakukan untuk merasa lebih baik. Bagi anak-anak, ritual adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk menghentikan pikiran buruk yang datang berulang dan untuk menghilangkan takut. Ritual dilakukan oleh anak dengan OCD sebagai cara mereka untuk mencegah terjadinya hal buruk. Melansir dari kidshealth.org, orang tua biasanya akan menyadari bahwa anak mereka yang mengidap OCD sering melakukan hal berikut ini:
- Menyentuh, mengetuk, atau melangkah dengan cara yang tidak biasa.
- Menyusun sesuatu berulang kali.
- Mengulang kata, frasa, atau pertanyaan terlalu sering.
- Memiliki banyak keraguan, dan kesulitan dalam membuat keputusan.
- Mencuci atau membersihkan sesuatu sangat berlebihan.
- Membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan sesuatu, seperti berpakaian, mandi, makan, dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Anak mungkin akan melibatkan orang tua mereka dalam ritual, dan orang tua mungkin tidak menyadari hal tersebut pada awalnya. Contohnya, anak dengan OCD akan meminta jaminan atau keyakinan mengenai sesuatu kepada orang tua mereka secara berulang, atau anak mungkin akan memaksa orang tua mengatakan atau melakukan sesuatu beberapa kali atau dengan cara tertentu. Anak dengan OCD dapat memiliki obsesi, kompulsi, atau keduanya.
3. Perasaan
Gejala OCD sangat berat bagi anak-anak. Ritual yang mereka lakukan mungkin terlihat dapat memberikan ketenangan pada awalnya, namun ritual tersebut akan semakin banyak. Anak akan mulai membutuhkan waktu dan energi lebih dalam melakukan ritual. Hal ini membuat anak menjadi memiliki sedikit hal yang mereka sukai. Gejala OCD dapat menjadi siklus yang melelahkan dan membuat stres pada anak. Mereka akan kesulitan untuk fokus di sekolah, bersenang-senang dengan teman-teman, tidur, ataupun bersantai.
Melansir dari kidshealth.org, anak dengan OCD cenderung:
- Cemas, khawatir.
- Frustasi, mudah tersinggung.
- Sedih, lelah.
- Kesal ketika mereka tidak bisa melakukan ritual.
- Membutuhkan kepastian terus-menerus dari orang tua bahwa semuanya baik-baik saja.
Beberapa anak mungkin tidak akan memberi tahu orang tua mereka mengenai penyebab dari pikiran, ketakutan, dan perliaku OCD mereka, karena mereka mungkin merasa bingung ataupun malu tentang hal tersebut dan memilih menyimpannya untuk diri mereka sendiri. Anak dengan OCD juga memiliki kemungkinan untuk mneyembunyikan ritual yang mereka lakukan. Beberapa anak mungkin memiliki gejala OCD beberapa saat sebelum orang tua mereka menyadarinya.
Jika anak mulai menunjukkan gejala-gejala seperti yang sudah disebutkan di atas, orang tua dianjurkan untuk segera membawa anak ke psikiater atau psikolog anak agar mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam menangani kondisi OCD yang dimiliki anak.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women