Fimela.com, Jakarta Virus COVID-19 yang terus bermutasi membuat tenaga kesehatan dan pemerintah harus terus waspada dan menyiapkan strategi andal. Terlebih berkaca dari pengalaman variasi Delta yang menimbulkan tingginya angka penularan dan kematian masyarakat Indonesia akibat COVID-19.
Di penghujung 2021, masyarakat Indonesia dihantui dengan adanya varian Omicron yang mulai menyebar di beberapa negara. Dibandingkan dengan varian COVID-19 lainnya, varian Omicron memiliki kecepatan penyebaran yang lebih besar. Kebijakan keluar masuk Indonesia yang dibuat pemerintah nyatanya tidak mampu menahan COVID-19 varian Omicron untuk tidak masuk ke wilayah Indonesia.
Sebagai senjata terakhir, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mulai melakukan perumusan vaksinasi booster untuk memaksimalkan efektivitas vaksin COVID-19 yang sebelumnya sudah diberikan sebanyak dua dosis. Menurut sejumlah ahli, vaksin booster bisa meningkatkan antibodi dan mencegah paparan varian Omicron.
Kombinasi vaksin booster
Setelah perumusan rampung, vaksin booster direncanakan untuk dibagikan secara gratis ke masyarakat pada Januari 2022.
"Kami sedang akan memfinalkan terkait vaksin berbasis penerima bantuan iuran (PBI) dan vaksin non-PBI. Hal itu akan diatur Permenkes dalam waktu tak terlalu lama," kata Airlangga dalam konferensi pers PPKM, Senin (6/12/2021), dikutip Liputan6.com.
Vaksin booster pun mulai didistribusikan ke masyarakat di atas 18 tahun mulai 12 Januari 2022 di kabupaten dan kota yang sudah memiliki cakupan vaksinasi dosis pertama 70 persen dan dosis kedua 60 persen. Terdapat beberapa jenis vaksin yang direkomendasikan untuk vaksinasi booster, yakni CoronaVac (Sinovac), AstraZeneca, Zifivax, Pfizer, dan Moderna.
Jenis vaksin booster yang digunakan bergantung pada jenis vaksin dosis pertama dan kedua. Masyarakat harus memperhatikan kombinasi jenis vaksin pertama kedua dengan vaksin booster sudah dirumuskan oleh pemerintah.
Hanya setengah dosis
Sedikit berbeda dengan vaksin dosis pertama dan kedua, vaksin booster hanya diberikan setengah dosis saja. Menurut Vaksinolog, Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS EMC Pulomas, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa antibodi dari suntikan setengah dosis vaksin booster Covid-19 itu tinggi, tidak jauh berbeda dengan 1 dosis.
Berdasarkan data yang dimiliki Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Januari 2022, setidaknya terdapat 21 juta warga yang sudah memenuhi syarat untuk mengikuti program vaksinasi booster dari pemerintah.
Dimulai dengan lansia dan tenaga kesehatan
Kelompok tenaga kesehatan, lansia, dan penderita komorbid menjadi prioritas utama Kementerian Kesehatan dalam pemberian vaksin booster di tahap awal. Setelah kelompok ini rampung, disambung dengan kelompok masyarakat lainnya yang sudah memiliki tiket vaksin booster, yang bisa dicek melalui aplikasi PeduliLindungi. Tiket vaksin booster biasanya akan muncul pada minimal tiga bulan setelah melakukan vaksin COVID-19 dosis kedua.
Kesadaran masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi booster ternyata membuahkan hasil. Angka penularan varian Omicron masih terbilang tinggi namun tidak setinggi Delta dan kondisi pasien cenderung lebih ringan.
Per November 2022, sebanyak 66 juta dosis vaksin booster telah disuntikkan ke masyarakat. Kini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksin booster dosis kedua. Presiden RI Joko Widodo telah mendapatkan vaksin booster kedua pada 24 November lalu. Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan vaksinasi COVID-19 secara lengkap dengan dosis tambahan atau booster kedua.