Prosesi siraman tersebut menggunakan air bersejarah dari 7 sumber berbeda. Hal itu diungkapkan oleh Pranatacara atau pembawa acara Wigung Wratsangka. Berikut ini 7 sumber mata air yang digunakan saat prosesi siraman Kaesang dan Erina Gudono. Air dari beberapa masjid, kediaman kedua mempelai hingga air zam-zam. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]
Diantaranya, Air yang diambil dari Masjid Panepen Kraton Yogyakarta, Air dari Dalem Puro Paku Alam, Air dari Mangkunegaran, Air dari Kediaman Presiden Jokowi, Air dari Kediaman ibu Gudono (Sofiatun), Air dari Masjid Raya Surakarta dan Air yang diambil dari Tanah Suci Mekkah Almukaramah, air zam-zam. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]
"Air adalah lambang hidup, lambang kehidupan. Air merupakan lambang ilmu dan pengetahuan," ujarnya saat prosesi siraman. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]
Disampingi itu, ada makna 7 kata pepatah Jawa yaitu Pitu. "Yakni Pitutur, Pitunjuk, Pitulungan, Piturut, Pitulus, Pituju, dan Pitumekan. Yang masing-masing dimaknai sebagai petuah, petunjuk, pertolongan, ikut, ikhlas, tujuan, dan akhir." sambungnya. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]
Dari 7 sumber air tersebut kemudian dijadikan menjadi satu dan dicampur bunga setaman. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]
Tamu undangan laki-laki yang hadir dalam acara siraman Kaesang mengenakan beskap lengkap dengan jarik dan blangkon. Sedangkan tamu perempuan mengenakan busana kebaya. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]
Pada hari yang sama, dikediaman mempelai perempuan, Erina Gudono juga menggelar acara siraman. Sabtu (10/12) Kaesang Pangarep dan Erina Gudono akan melaksanakan ijab kabul di Pendopo Royal Ambarukmo, Yogyakarta. [Foto; dok.Humas Pemkot Solo]