Fimela.com, Jakarta Gempa dengan magnitudo 5,6 SR yang mengguncang Cianjur pada 21 November 2022 lalu, meninggalkan duka mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, gempa tersebut menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan banyak ratusan orang lainnya luka-luka. Selain itu, ribuan warga juga harus merelakan rumahnya hancur dikarenakan gempa besar yang terjadi di bulan November tersebut. Gempa tersebut mengakibatkan korban total ribuan orang, baik yang meninggal dunia, mengalami luka ringan, dan luka berat.
Menanggapi keparahan yang disebabkan oleh gempa Cianjur tersebut, BMKG pun buka suara untuk menyampaikan imbauannya. Melansir dari Liputan6.com, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat untuk selalu waspada terkait datangnya bencana lanjutan usai gempa tersebut. Bencana lanjutan yang dimaksud adalah tanah longsor dan banjir bandang.
Peringatan untuk Masyarakat di Lereng Perbukitan
Imbauan yang dikeluarkan oleh Kepala BMKG yaitu Dwikorita Karnawati dikhususkan bagi masyarakat Cianjur yang tinggal atau bermukim di daerah lereng-lereng perbukitan dan lembah, atau bantaran sungai. Daerah-daerah tersebut merupakan area yang rawan terkena atau terdampak bencana lanjutan.
Seperti yang dikatakan oleh Dwikorita, lereng-lereng perbukitan di Cianjur kemungkinan besar menjadi rapuh usai diterjang gempa berskala magnitude 5,6 pada bulan November lalu. Waspada bencana lanjutan juga makin diperparah dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur Cianjur.
"Lereng-lereng yang rapuh ini ditambah hujan deras dapat memicu terjadinya longsor dan banjir bandang dengan membawa material runtuhan lereng. Jadi masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan usai gempa kemarin," jelas Dwikorita dalam siaran tertulis di laman resmi BMKG, mengutip dari Liputan6.com.
Imbauan Menghindari Bangunan Retak
Dwikorita juga mengatakan bahwa faktor penyebab banyaknya jumlah korban dalam peristiwa gempa di Cianjur salah satunya adalah akibat bangunan yang tidak mampu menahan guncangan gempa. Ia mengatakan bahwa gempa sebenarnya tidak bisa membunuh atau melukai. Namun, bangunan yang justru dapat membunuh dan melukai manusia.
Ia meminta masyarakat di Cianjur untuk menghindari bangunan retak atau rusak yang diakibatkan oleh gempa bumi. Hal ini merupakan imbauan dari kekhawatiran akan bangunan yang tidak kuat menopang dan rubuh menimpa warga yang ada di dalamnya jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
"Untuk sementara jangan memaksakan kembali ke rumah jika bangunannya rusak atau retak-retak. Hingga pukul 06.00 WIB, 22 November 2022, telah terjadi 117 gempa susulan dengan terbesar tinggi getaran 4.2 dan terkecil 1.5 magnitudo," ujar Dwikorita, mengutip dari Liputan6.com.
Masyarakat Diminta Tetap Tenang
Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan juga kepanikan berlebih, Dwikorita meminta masyarakat untuk tetap tenang namun waspada. Ia meminta masyarakat untuk tidak serta-merta mempercayai informasi ataupun berita yang tidak jelas asal-usulnya. Masyarakat diimbau untuk selektif dalam menyaring informasi dan menghindari berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal-kanal komunikasi resmi BMKG," ujarnya.
Melansir dari Liputan6.com, Dwikorita juga mengatakan bahwa Tim BMKG telah terjun ke lokasi bencana bersama BPBD Kota Cianjur sejak awal kejadian gempa bumi bulan November lalu. Mereka melakukan sosialisasi dan menenangkan warga yang terdampak.
Selain itu, pada tanggal 11 November 2022 lalu, Tim Survey BMKG juga melakukan perekaman gempa-gempa susulan yang terjadi di Cianjur dan tingkat kerusakan yang disebabkan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan peta makrozonasi dan mikrozonasi yang diperlukan untuk mendukung proses rekonstruksi dan penyempurnaan tata ruang.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women