Fimela.com, Jakarta Climate change atau perubahan iklim kian mengkhawatirkan. Selain kerap terjadinya cuaca ekstrem, hal ini sendiri merupakan perubahan pada cuaca dengan jangka waktu yang panjang dan luas sehingga kita tidak merasakan secara langsung perubahaan tersebut. Di mana pemanasan global yang terjadi secara terus-menerus merupakan awal mula dari perubahan iklim.
Berdasarkan rilis yang diterima oleh tim Fimela.com, faktor utama terjadinya perubahan iklim yakni karena efek dari gas rumah kaca yang ada di sekitar. Beberapa aktivitas manusia acap kali memproduksi gas terutama karbon dioksida dan karbon monoksida. Yang mana hal tersebut mengakibatkan cahaya yang seharusnya dipantulkan menjadi terhambat.
Berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan dari total kejadian bencana di Indonesia, lebih dari 90% diantaranya merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin puting beliung, kekeringan dan kebakaran hutan. Bencana tersebut berkorelasi positif dengan pola curah hujan yang merupakan penyebab dari perubahan iklim.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyebutkan bahwa tahun 2020 kenaikan suhu telah mencapai 1 derajat celcius. Padahal sebelumnya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyepakati perubahan suhu sampai 2030 tidak boleh lewat dari 1,5 derajat celcius.
Ada beberapa hal kecil yang dapat kita lakukan untuk mengurangi krisis perubahan iklim. Contohnya seperti mengurangi penggunaan plastik, melakukan penerapan 3R yaitu Reuse, Reduce, Recycle. Selain itu juga kita bisa memulai dengan menggunakan transportasi umum, dan juga hemat air serta listrik.
The Antheia Project
The Antheia Project bersama dengan Earth Festival Indonesia pada (27/11) mengurai beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi perubahan iklim dan menambah kesadaran manusia untuk menjaga kesimbangan alam. Dalam kegiatan ini banyak memberikan informasi tentang bagaimana kita bisa memulai untuk perlahan-lahan melakukan gerakan mengurangi perubahan iklim, lebih peduli terhadap keseimbangan alam, dan gaya hidup berkelanjutan. Hadir sebagai narasumber Ruhani Nitiyudo, Co-Founder of The Antheia Project; Jennifer Collard, Head of Marketing of The Antheia Project; Annabella, Co-Founder of @anykind.id dan Vegan Enthusiast; dan Rheza Maulana, S.T., M.Si., Akademisi Ilmu Lingkungan.
Ruhani Nitiyudo, Co-Founder of The Antheia Project mengatakan bahwa untuk menjaga bumi kita harus melakukan hal-hal baik bagi bumi. Kami The Antheia Project mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan secara global tentang masalah sampah kepada masyarakat luas. Kami juga akan terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah untuk mewujudkan bumi sebagai tempat yang lebih baik. Setiap orang punya kontribusi untuk lingkungan, terutama sampah.
"The Antheia Project juga melakukan banyak kolaborasi dengan berbagai pihak seperti pemerintah tentang mengatasi sampah. Kami juga akan mengadakan Beach Clean Up Vol. 4 di Pemukiman Muara Baru, kami akan membersihkan sampah di pemukiman tersebut dan memberikan edukasi kepada anak-anak. Semoga akan banyak generasi muda yang nantinya lebih peduli terhadap lingkungan” ujar Ruhani.
Perhatian khusus pada ekosistem laut
Jennifer Collard, Head of Marketing of The Antheia Project menyebutkan, The Antheia Project memiliki fokus ke lingkungan laut. Semua ekosistem di laut penting untuk kesehatan laut. Jadi kita harus memperhatikan juga bahwa ada banyak limbah yang terbuang ke laut, dan butuh kontribusi manusia untuk menguranginya. Mengingat perubahan iklim dan pemanasan global dampaknya sangat besar dan setiap hari kita rasakan, dari cuaca dan suhu yang tiba-tiba berubah. The Antheia Project untunya akan selalu mengajak seluruh generasi muda untuk ikut serta dalam upaya penyelamatan bumi. Hal sederhana bisa kita lakukan dengan pengelolaan sampah yang lebih baik, di mana sampah tidak hanya sekedar dibuang ke tempat sampah namun bisa dipilah dan didaur ulang.
“Sebagai generasi muda kita harus punya kontribusi yang besar untuk bumi ini. Lakukan hal sekecil apapun tentang sampah, hal sekecil itu membantu. Lakukan hal kecil, kelak akan menjadi perubahan besar untuk alam” ujar Jennifer.
Annabella, Co-Founder of @anykind.id dan Vegan Enthusiast berpendapat hal kecil yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki lingkungan adalah menyebarkan informasi. Kita sebarkan informasi cara melindungi satwa liar, pengolahan sampah, gaya hidup berkelanjutan, dan banyak hal terkait lingkungan. Setiap orang bisa melakukan hal-hal yang berbeda untuk melindungi alam. Ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa orang yang tidak peduli lingkungan mempunyai empati rendah. Maka hal yang harus dilakukan adalah edukasi tentang lingkungan. Semua orang mempunyai kekuatan untuk melindungi bumi. Cara sederhana untuk lebih hidup berkelanjutan adalah mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Ada banyak cara untuk memulai pola hidup yg lebih ramah lingkungan. Dan semua orang bisa melakukannya.
Sebagai Akademisi Ilmu Lingkungan Rheza Maulana, S.T., M.Si., mengatakan sebagai manusia kita harus memperhatikan hak-hak hewan dan alam. Misalnya jika kita bahas satwa liar. Satwa liar adalah hewan yang harus punya kebebasan. Jumlahnya banyak di kandang dan tidak di alam itu adalah persepsi yang salah. Hewan punya peran penting bagi keseimbangan lingkungan dan sudah menjadi tanggung jawab manusia untuk menjaganya. Sangat penting sekali untuk tidak buang sampah sembarangan. Ada fenomena plastik yang masuk ke laut dan dimakan oleh ikan, sedangkan ikan juga dimakan manusia. Konsumsi berlebihan adalah masalah yang besar. Kita cukup hidup dengan apa adanya saja. Karena sesuatu yang berlebihan juga akan menimbulkan masalah yang besar. Maka kesadaran manusia harus lebih meningkat. Mari kita mengajak orang lain disekitar kita untuk lebih ramah lingkungan.