Fimela.com, Jakarta Tulola meluncurkan Koleksi artwear yang menjadi persembahan pamungkas akhir tahun 2022. Inspirasi di balik pembuatan 48 items ArtWear datang dari karya perupa perempuan pertama Indonesia Emiria Soenassa (1894-1964).
Fimela berkesempatan melihat langsung koleksi ArtWear ‘Emiria: Wanita dan Alam’ yang dipamerkan di Presidential Suite, The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (2/12) dan akan berlangsung sampai 4 Desember 2022. Begitu masuk ke venue, kita disambut dengan backwall photobooth nuansa biru dan shocking pink yang merepresentasikan karya lukisan spesifik Emiria dengan mengombinasikan warna dark dan vibrant.
Selaras dengan tema tahunan Tulola 2022 ‘Wanita dan Alam’, ArtWear collection yang dirilis setiap setahun sekali juga menghabiskan waktu satu tahun dari mulai brainstorming hingga menjadi sebuah karya. Sri Luce Rusna sebagai founder dan creative-director Tulola mendesain ArtWear lewat perspektif dan cerita Happy Salma selaku founder dan creative conceptor Tulola.
Spontanitas Memberikan Percikan Kharisma
Senapas dengan semangat Tulola yaitu perempuan yang menceritakan tentang dirinya (Happy Salma, Sri Luce, dan Franka Makarim selaku Co-Founder dan CEO Tulola), Happy menceritakan bagaimana karya dan spirit Emiria melukiskan perempuan dalam perspektif berbeda. Salah satu lukisan Emiria yang menjadi higlight inspirasi adalah lukisan dua sosok perempuan di dalam air dengan nuansa biru serta beragam flora dan rupa alam yang menghilhami Sri dalam mendesain motif exaggerated florals.
“Motif-motif bunga yang dijadikan perhiasan terinspirasi dari lukisan Emiria yang menghasilkan goresan floral feminin tapi powerful. Kami juga bereksperimen dengan warna, ArtWear kali ini juga menghadirkan silver,” cerita Sri saat jumpa wartawan di The Dharmawangsa.
Rupanya, ide menyajikan nuansa silver dalam koleksi kali ini terinspirasi dari Happy Salma. Saat itu, Happy memakai bros yang belum dilapis emas untuk menghadiri gelaran Festival Film Indonesia yang akhirnya memikat hati ketiga perempuan di balik Tulola.
“Karena nyatanya ada ide yang hadir dengan spontanitas, di mana bisa memberikan percikan kharisma pada koleksi ini,” timpal Happy Salma.
Kekuatan yang Tak Bisa Direplikasi
Selain bros, koleksi ini hadir dalam bentuk anting-anting, subeng, studs, cuff, double ring, choker, necklace, sirkam, sampai large earcuff. Seperti yang terlihat dipakai muse untuk koleksi ArtWear ini Raihaanun.
“Tadinya saya tidak tahu sama sekali tentang Emiria, sekarang kagum dengan pencapaian dan talentanya. Begitu juga dengan brand Tulola yang autentik Indonesia, saya sangat tersanjung sekali,” sambung Raihaanun.
Kekuatan di balik cerita yang menghasilkan motif-motif yang mencermintakan daya dan ketahanan pada sosok perempuan menjadi value yang ingin disampaikan pada pada pecinta perhiasan terutama Tulola. Sebab, menurutnya, saat perhiasan dirilis di pasaran, langsung dengan mudah direplikasi, namun nilai-nilai, ide, gagasan dan kolaborasi tidak bisa diimitasi.
“Bagaimana caranya semua kisah di balik desain perhiasan bisa sampai di hati pelanggan. Karena semua bisa direplikasi, tapi ide, kolaborasi, dan spontanitas tidak bisa,” tutup Franka.