Review Buku The School of Life - Alain De Botton

Endah Wijayanti diperbarui 04 Des 2022, 10:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjalani hidup tak ubahnya membuka diri untuk terus belajar hal-hal baru. Kegiatan belajar pun tak berhenti hanya di bangku pendidikan formal. Dalam menjalani keseharian seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan, kita tetap perlu membuka diri untuk terus belajar hal-hal baru.

Dalam mencapai kedewasaan secara emosional pun, kita perlu terus membuka diri untuk belajar banyak hal. Bahkan memahami diri sendiri bisa butuh waktu seumur hidup karena ada banyak aspek kehidupan yang selalu menyajikan hal baru dan kejutan-kejutan yang mungkin membuat kita kewalahan. Buku The School of Life hadir untuk membantu kita bisa menggapai kedewasaan emosional sekaligus membantu kita untuk memahami diri dengan lebih baik lagi. Bagi yang sedang mencari referensi buku pengembangan diri yang memuat aspek-aspek penting kehidupan mulai dari diri sendiri, orang lain, hubungan, pekerjaan, dan budaya, buku ini bisa jadi bisa jadi rekomendasi yang tepat untuk dibaca.

 

2 dari 2 halaman

The School of Life

Buku The School of Life./Copyright Endah

Judul: The School of Life

Penulis: Alain De Botton

Penerbit: Penguin Books 2020

This is a book about everything you were never taught at school. It's about how to understand your emotions, find and sustain love, succeed in your career, fail well and overcome shame and guilt. It's also about letting go of the myth of a perfect life in order to achieve genuine emotional maturity. Written in a hugely accessible, warm and humane style, The School of Life is the ultimate guide to the emotionally fulfilled lives we all long for - and deserve.

This book brings together ten years of essential and transformative research on emotional intelligence, with practical topics including:

- how to understand yourself

- how to master the dilemmas of relationships

- how to become more effective at work

- how to endure failure

- how to grow more serene and resilient

***

"Progress to wards a better kind of self-help depends on reviewing the potential of a widely debased genre, and in keeping faith the essential seriousness of the project of emotional education." (pg. 8)

"Self-love is the quality that determines how much we can be friends with ourselves and, day to day, remain in our own side." (pg. 50)

"Kindness is built out of a constantly renewed and gentlu resigned awareness that weakness-free people do not exist." (pg. 85)

"A pessimist is someone who calmly assumes from the outset, and with a great deal of justification, that things tend to turn out very badly in almost all areas of existence." (pg. 115)

Buku ini berisi sekumpulan tulisan yang dibagi dalam lima bab besar: Self, Others, Relationship, Work, dan Culture. Topik-topik praktis dibahas dalam tulisan-tulisan yang ringkas. Banyak hal yang sanga dekat dengan keseharian yang dibahas dalam buku ini. Serta ada sejumlah sudut pandang hingga saran yang bisa dipraktikkan dalam dunia nyata untuk merangkai kualitas hidup yang lebih baik.

Menjalani hidup tak selalu mudah. Kadang kita dihadapkan pada kegagalan hingga orang-orang yang sulit untuk dipahami. Melalui buku ini, kita bisa memiliki banyak sudut pandang untuk membatu kita menjalani hidup dengan lebih seimbang. Bukan berarti situasi tak menyenangkan selalu bisa dihindari dalam hidup, tetapi kita selalu bisa menentukan dan mengambil respons tertentu yang bisa membantu kita untuk bertahan dan tetap menjalani hidup dengan sebaik mungkin.

Salah satu topik yang paling menarik dalam buku ini adalah soal memahami diri sendiri. Bagaimana kemampuan mencintai diri sendiri bisa membantu kita bertahan di masa-masa sulit sungguh membuka wawasan kita. Memahami emosi dan perasaan sendiri yang begitu kompleks pun bisa diurai melalui sejumlah pemahaman yang lebih luas lagi.

Untuk bisa memiliki kematangan emosional, prosesnya tak selalu mudah atau serba instan. Kadang kita harus mengalami sejumlah pengalaman dan kejadian tak menyenangkan untuk bisa mengambil pelajaran penting yang menjadi bagian dari proses pendewasaan diri. Antologi tulisan Alain De Botton dalam buku ini ada baiknya dibaca secara perlahan agar bisa dipahami setiap maknanya. Ada banyak untaian mutiara yang bisa menjadi patokan untuk mengambil hikmah dari hal-hal tak menyenangkan yang terjadi dalam hidup.

The School of Life, buku ini sangat cocok dibaca bagi siapa saja yang ingin lebih memahami diri sendiri sekaligus memahami kehidupan dengan sudut pandang yang lebih luas. Menjadi lebih dewasa dan matang sebagai seorang manusia yang kuat memang butuh proses yang bisa cukup kompleks, tapi setiap perjalanan dan perjuangannya bisa membuat hidup bisa terasa lebih bermakna.

 

#WomenforWomen