5 Dampak Buruk Pola Asuh Ketat dan Suka Mengekang Anak

Fimela Reporter diperbarui 12 Des 2022, 18:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Tidak ada cara yang benar atau salah dalam cara mengasuh anak karena pola mengasuh anak disesuaikan berdasarkan kepribadian anak yang berbeda-beda. Ada orang tua yang mengasuh anak dengan memberi kebebasan, membuat jadwal agar anak teratur, sampai memberi aturan ketat dan cenderung mengekang. Ketika seorang anak dibesarkan oleh orang tua yang ketat, anak akan fokus pada bagaimana cara membuat orang tua cukup bahagia dan tidak membuat diri mereka sendiri sulit. Kebanyakan orang tua yang menerapkan pola asuh ketat lebih fokus bagaimana cara membuat anak patuh dan melakukan apa yang orang tua inginkan tanpa berpikir untuk mengembangkan lingkungan rumah bahagia dan sehat yang berpusat pada kebutuhan anak.

Melansir dari Moms, pola asuh ketat biasanya dilakukan untuk membuat anak hormat dan memiliki kontrol penuh pada anak. Tanpa disadari, cara ini memberi banyak dampak buruk untuk anak. Apa saja? Simak penjelasan berikut ini.

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Anak Menjadi Suka Berbohong

Ilustrasi anak berbohong/Credit: pexels.com/Rodnae

Ahli mengatakan pola asuh ketat akan membuat sifat bohong dan bermuka dua mendarah daging pada anak. Hal ini karena orang tua yang otoriter terhadap anak cenderung menghukum anak dengan keras atas kesalahan yang dilakukan atau saat anak membantah perintah. Hal ini akan membuat anak berbohong karena mereka berpikir lebih baik mengamankan diri daripada harus jujur dan menerima sanksi berat atas kesalahan yang mereka lakukan. 

3 dari 6 halaman

2. Meningkatkan Risiko Depresi

Ilustrasi anak menangis (iStockphoto)

Tumbuh dengan orang tua yang ketat membuat anak merasa ada bagian dari diri mereka yang tidak dicintai dan tidak dapat diterima. Berada dilingkungan di mana anak diberi hukuman keras dan batasan yang sangat ketat membuat anak tidak berdaya akan dirinya sendiri. Pola asuh ketat tidak akan membuat anak berkembang, bahkan dapat meningkatkan risiko depresi pada anak karena merasa tidak bahagia saat di rumah atau bersama orang tua. 

4 dari 6 halaman

3. Mengganggu Motivasi dan Kreativitas Anak

Ilustrasi anak tidak mau belajar.

Orang tua yang otoriter cenderung mendikte jalan anak daripada mendorong anak-anak untuk mengambil risiko yang diperhitungkan dan eksploratif dalam berbagai tahap perkembangan mereka. Anak secara alami adalah makhluk yang penuh rasa ingin tahu dan kreatif. Tetapi ketika mereka dibesarkan oleh orang tua yang sangat ketat, kreativitas mereka tidak diberi kesempatan untuk diekspresikan atau dieksplorasi. Hal ini membuat anak sulit untuk mengekspresikan diri dan perkembangan kreativitas otak anak melambat.

5 dari 6 halaman

4. Anak Cenderung Melakukan Perundungan

Ilustrasi bullying/copyrightshutterstock/Tom Wang

Anak adalah bentuk dari bagaimana lingkungan dan orang tua membentuk mereka. Ketika orang tua mengendalikan anak dan memarahi dengan keras, mereka akan belajar bahwa tidak masalah untuk menggertak orang lain. Pada akibatnya, anak tidak akan segan melakukannya pada orang lain seperti teman sebaya. Hal ini disebabkan karena kekuatan dan kendali penuh yang dimiliki orang tua di mana anak akan mengartikannya sebagai kekuatan untuk mengganggu orang lain.

6 dari 6 halaman

5. Sulit Mengambil Keputusan

Ilustrasi anak ketakutan/copyright shutterstock.com/A3pfamily

Anak yang dibesarkan dengan orang tua otoriter akan membuat anak berpikir jika mereka patuh, hidup mereka akan jadi lebih mudah dan hubungan mereka dengan orang tua tetap harmonis. Pola asuh ketat cenderung memiliki bentuk segala hal harus berdasarkan persetujuan orang tua. Hal inilah yang membuat anak sulit mengambil keputusan sendiri bahkan pada keputusan kecil. Selain karena ruang gerak anak selalu dibatasi, mereka akan merasa takut bila keputusannya akan membawa pada hukuman dari orang tua.

Pada dasarnya anak adalah makhluk yang perlu dibimbing dengan baik untuk menemukan jati diri mereka, bukan dikendalikan dengan rasa takut. Terapkan pola asuh baik berdasarkan kepribadian anak agar mereka dapat berkembang menjadi anak yang baik.

Penulis: Mufiidaanaiilaa Alifah S.