5 Cara Menghadapi Pasangan yang Melakukan Silent Treatment

Fimela Reporter diperbarui 10 Des 2022, 17:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Silent treatment atau tindakan diam tanpa penjelasan adalah penolakan untuk berkomunikasi secara verbal atau tidak mengakui seseorang. Perilaku ini bisa terjadi pada siapapun dan dilakukan oleh siapapun, termasuk pasanganmu. Biasanya silent treatment terjadi sebagai reaksi seseorang saat merasa marah, frustrasi, atau kewalahan untuk menghadapi masalah. Tindakan ini menjadi bagian dari pola kontrol atau pelecehan emosional terhadap orang lain. Seseorang yang menjadi korban silent treatment akan merasa ditolak atau dikucilkan.

Terkadang diam mungkin merupakan cara terbaik untuk menghindari mengatakan hal yang nantinya akan disesali atau saat seseorang tidak tahu cara mengekspresikan suatu hal. Namun, beberapa orang menggunakan perlakuan diam sebagai alat untuk mengerahkan kekuasaan atas seseorang atau menciptakan jarak emosional.

Bila hal ini dilakukan oleh pasanganmu, ada beberapa cara untuk menyikapinya. Melansir dari Health Line berikut penjelasannya.

2 dari 6 halaman

1. Lakukan Pendekatan dengan Lembut

Ilustrasi Meminta Maaf pada Pasangan Credit: shutterstock.com

Saat pasangan diam seribu bahasa, cara pertama untuk mengajaknya berdiskusi adalah dengan pendekatan yang lembut. Bukan salahmu bila pasangan melakukan silent treatment, namun kamu juga harus meminta maaf bila melakukan kesalahan. Bila mereka menolak untuk berdiskusi, beri mereka waktu untuk sendiri dan untuk dirimu menenangkan diri juga. Pastikan untuk berdiskusi setelah sama-sama tenang untuk menemukan jalan keluar.

3 dari 6 halaman

2. Abaikan Sampai Meledak

Ilustrasi pasangan bertengkar/Copyright shutterstock.com/g/yesstock

Perlakuan diam tidak selalu dimaksudkan untuk menimbulkan luka. Terkadang seseorang memilih diam sebagai reaksi emosi yang terisolasi dan tidak terkendali. Berikan waktu dan biarkan sampai pasangan siap berbicara. Namun, ketika pasangan diam karena sengaja melakukan silent treatment maka jangan tanggapi hingga mereka lelah untuk diam. Reaksi diam yang disengaja untuk menguasai seseorang biasanya memiliki tujuan untuk membuat orang lain tunduk. Bersikaplah seolah tidak ada hal yang terjadi agar pasangan memilih untuk berbicara daripada selalu diam dan menunggumu bertekuk lutut.

4 dari 6 halaman

3. Tawarkan Solusi

Ilustrasi pasangan marah/copyrightshitterstock/Makistock

Ajak pasangan berdiskusi secara tatap muka untuk menyelesaikan masalah bersama. Komunikasi tatap muka akan lebih efektif dibanding melalui online. Buatlah rencana apa yang ingin kamu sampaikan, dan bicarakan dengan baik. Saat pasangan berbicara, jadilah pendengar yang baik. 

5 dari 6 halaman

4. Jujur dan Tegas Pada Pasangan

ilustrasi menolak/Odua Images/Shutterstock

Perilaku diam yang dilakukan pasangan mungkin akan membuatmu terkucilkan dan tidak dianggap. Katakan dengan jujur dan tegas pada pasangan bahwa tindakannya tidak dapat kamu toleransi. Jangan salahkan diri sendiri atas silent treatment yang dilakukan orang lain karena ini akan membuatmu frustasi. Jika perilaku yang sama diulang kembali oleh pasangan, buatlah kesepakatan untuk menyelesaikan masalah.

6 dari 6 halaman

5. Utamakan Diri Sendiri

Ilustrasi mencintai diri sendiri/Sumber: Freepik

Ketika silent treatment yang dilakukan pasangan semakin menjadi maka akan berdampak pada pelecehan emosional. Tentu tindakan ini merupakan tanda hubungan tidak sehat. Maka dari itu, utamakan dirimu sendiri. Hal yang dapat kamu lakukan antara lain:

  • Tetapkan batasan yang tegas mana perilaku yang dapat diterima dan mana yang tidak
  • Lakukan konseling individu atau pasangan untuk membantu mengatasi masalah komunikasi
  • Nyatakan dengan tegas bila ada perilaku pasangan yang tidak bisa kamu terima
  • Jika tidak ada harapan pasangan akan merubah perilaku buruknya, pertimbangkan untuk menyudahi hubungan

Meskipun tidak berbahaya, perilaku diam bukan cara yang tepat untuk menghadapi masalah. Ingat bahwa dirimu berhak atas perlakuan baik dari orang lain dan begitu pula sebaliknya.

Penulis: Mufiidaanaiilaa Alifah S.