Respon Jokowi Terkait Batik yang Dihina saat KTT G20 oleh Netizen London

Fimela Reporter diperbarui 21 Nov 2022, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Batik sebagai karya seni telah menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia dan yang banyak dikagumi khalayak dari berbagai penjuru dunia. Selain itu, batik merupakan warisan kebudayaan dari nenek moyang bangsa Indonesia.

Dilansir dari liputan6.com, baru-baru ini, seorang YouTuber politik asal Inggris bernama Mahyar Tousi memberikan komentar negatif terhadap pakaian batik dan kain endek yang dikenakan para pemimpin dunia saat perhelatan gala dinner KTT G20 yang digelar di Bali, Indonesia melalui akun Twitter miliknya.

"What on earth are these idiots wearing?!" tulis akun @MahyarTousi dikutip Bytrendz, Rabu (16/11/2022), dikutip dari liputan6.com.

Merespon hal tersebut, Presiden Joko Widodo atau Jokowi selang tiga hari lewat akun sosial media resminya juga mengungkap penjelasan tentang batik. Jokowi mengatakan, batik adalah warisan budaya yang sudah diakui oleh badan PBB bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan.

"Batik Indonesia adalah warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi yang diakui UNESCO," tulis Jokowi, seperti dikutip Minggu (20/11/2022), dikutip dari liputan6.com.

Jokowi menjelaskan bahwa batik-batik aneka corak dan warna yang dikenakan para pemimpin negara G20 dan para delegasi internasional yang menghadiri gala dinner KTT G20 di Bali merupakan cendera mata yang diberikan oleh Indonesia.

Cuitan berisi kalimat negatif dari Mahyar Tousi ditujukan kepada foto delegasi G20 yakni Presiden FIFA Gianni Infantino, Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan, Perdana Menteri Kanada Justin Tredeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab berjejer bersama saat gala dinner KTT G20 yang kompak mengenakan batik dengan beda corak yang mengagumkan.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Reaksi tidak biasa

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam jamuan makan malam KTT G20. (dok: instagram @jokowi)

Presiden Joko Widodo yang pertama kali hadir dalam jamuan makan malam itu, didampingi ibu Iriana yang senada mengenakan pakaian adat Bali. Selain itu, Jokowi dilengkapi dengan banyak aksesori yang menarik perhatian seperti hiasan kepala dan keris di punggungnya.

Kedatangan Jokowi ini kemudian akan disusul oleh para pemimpin G20 lainnya. Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana sudah ditutup untuk umum dan arus lalu lintas di sekitar wilayah tersebut juga diperketat keamanannya.

Namun, saat Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau memasuki kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana terdapat reaksi yang tidak biasa di Media Center KTT G20. Awak media terutama kaum hawa berteriak histeris dan memberikan tepuk tangan.

Hal ini dikarenakan Perdana Menteri Justin Trudeau memasuki area tersebut dengan mengenakan batik berwarna fuchsia. Senyum lebar Justin Trudeau saat masuk area GWK lantas diteriaki oleh awak media.

3 dari 3 halaman

Momentum untuk promosi batik

Unggahan Presiden Jokowi terkait batik yang dipakai para pemimpin negara KTT G20. (dok: instagram @jokowi)

Erick Thohir selaku Menteri BUMN yang ikut merespon terkait cibiran netizen asing yang memberi komentar negatif terhadap pakaian batik dan tenun yang dikenakan delegasi KTT G20. Ia berpendapat bahwa hal ini bisa menjadi momentum untuk mempromosikan batik dan kebudayaan yang ada di Indonesia.

"Saya membaca banyak respons netizen Indonesia atas tweet orang asing yang mencemoohkan batik dan baju tenun khas bali, kecintaan bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, kita memang perlu mengedukasi pihak-pihak yang mungkin masih kurang mengenal Indonesia" ujarnya melalui unggahan di Instagram @erickthohir, Sabtu (18/11/2022), dikutip dari liputan6.com.

Eric menyadari bahwa penghinaan yang dikeluarkan oleh netizen asing karena ketidaktahuannya, karena baju batik, tenun, kebaya itu bagian dari keseharian dari masyarakat Indonesia. Bagi Erick, produk kebudayaan Indonesia itu harus dipromosikan. Apalagi mengenakannya dengan rasa bangga.

Dengan mengajak tamu negara memakai batik, hal ini menunjukkan kita bangsa yang percaya diri. Bangsa yang punya identitas, bangsa yang berbudaya. Dia melihat perhelatan G20 sebagai bukti bahwa Indonesia dengan segala keragamannya bersatu dengan Bhinneka Tunggal Ika.

Erick juga menegaskan terkait kepercayaan diri, salah satunya dalam memakai busana seperti batik hingga tenun. Ia mengatakan, sebelum kita bisa membuat dunia bangga dengan karya budaya Indonesia, kita harus menanamkan kebanggaan itu di dalam diri sendiri. Maka, kepercayaan diri adalah kunci.

Menurutnya, komentar negatif yang mengarah pada produk Indonesia harus ditekan dan dimanfaatkan. Caranya dengan mempopulerkan batik, tenun, dan kebaya agar dikenal lebih luas lagi, karena mata dunia tertuju ke kita.

Erick juga mengajak masyarakat Indonesia untuk secara sengaja memakai baju khas daerah Indonesia dan mempostingnya melalui media sosial masing-masing dengan menggunakan hastag #IrresistableIndonesia

 

*Penulis: Sri Widyastuti

#WomenForWomen