Fimela.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo bersama Ibu Iriana tiba di Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Bali, pada Selasa malam untuk melangsungkan makan malam bersama kepala negara anggota G20 dan tamu undangan lainnya. Melansir dari liputan6.com, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana hadir dengan mengenakan pakaian serasi yakni busana adat Bali yang dilengkapi dengan sejumlah aksesoris menonjol lainnya seperti ikat kepala dan keris yang terpasang di punggung.
Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana yang dijadikan lokasi acara makan malam penting ini sudah ditutup untuk umum dan keamanan arus lalu lintas di sekitar wilayah tersebut juga diperketat. Kedatangan Jokowi di tempat ini kemudian disusul oleh kepala negara anggota G20 dan tamu undangan lainnya. Diketahui pada sesi kedua pertemuan G20, Presiden Jokowi menyebut dunia semakin pulih dari pandemi COVID-19.
Jokowi menyampaikan agar semua negara yang hadir dalam KTT G20 tidak lengah terkait darurat kesehatan berikutnya yang dapat muncul kapan saja. Jokowi juga mengajak para pemimpin negara untuk siap siaga dalam menyelamatkan nyawa dan perekonomian tiap-tiap negara.
"G20 harus mengambil langkah nyata dan segera. Pertama, arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu WHO yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus jadi roh arsitektur kesehatan global," kata Jokowi mengutip dari Liputan6.com.
Pandemic Fund
Melansir dari Liputan6.com, Jokowi mengatakan bahwa G20 telah berhasil membentuk Pandemic Fund. Beliau juga mengajak para pemimpin negara anggota G20 untuk terus berkontribusi dalam penambahan dana agar dapat berfungsi secara optimal. Indonesia sendiri telah memberikan komitmen sebesar 50 juta USD untuk Pandemic Fund.
Jokowi mengatakan G20 harus ikut andil dalam mengawal proses Trakat Pandemi untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan, dan global. Selain itu, Jokowi juga menyampaikan terkait pemberdayaan negara berkembang.
"Kedua, negara berkembang harus diberdayakan sebagai bagian dari solusi. Kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan. Negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan. Negara berkembang harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset," kata Presiden Joko Widodo.
Jokowi menyebut hal ini hanya bisa terjadi jika investasi industri kesehatan ditingkatkan, kerja sama riset dan transfer teknologi diperkuat, serta akses bahan baku produksi untuk negara berkembang diperluas. Selain itu, TRIPS Waiver harus diperluas pada semua solusi kesehatan termasuk diagnostik dan terapeutik. Jokowi juga menyampaikan bahwa WHO harus merealisasikan komitmennya terkait hubs dan spokes solusi kesehatan.
Perlu WHO yang Bertaring
Dalam forum kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Presiden Joko Widodo berpesan pada anggota G20 untuk bersiap menghadapi kemungkinan pandemi di masa yang akan datang. Jokowi mengingatkan bahwa pandemi bisa datang kapanpun, maka pembentukan Pandemic Fund merupakan salah satu hal yang konkret.
"Para pemimpin G20, dunia kita semakin pulih dari pandemi covid-19, namun kita tidak boleh lengah, darurat kesehatan berikutnya dapat muncul kapan saja. Kali ini dunia harus lebih siap, kesiapsiagaan kita akan menyelamatkan nyawa dan perekonomian kita. G20 harus mengambil langkah-langkah nyata dan segera," kata Jokowi dalam forum KTT G20 pada Selasa, 15 November 2022.
Melansir dari Liputan6.com, Jokowi juga menekankan bahwa organisasi Kesehatan dunia (WHO) harus diperkuat sebagai upaya dan landasan dalam menangani krisis kesehatan kedepannya.
"Pertama, arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu WHO yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus menjadi ruh arsitektur kesehatan global," paparnya.
Kolaborasi Antarnegara
Melansir dari Liputan6.com, Presiden Joko Widodo dihadapkan oleh dua pilihan sulit dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 sesi pertama. Kedua pilihan tersebut yakni mencatatkan keberhasilan lewat berbagai kesepakatan, atau munculnya satu tambahan kegagalan ditengah ancaman krisis global. Hal ini ditekankan Jokowi kepada sederet pimpinan negara anggota G20.
Menurutnya, segala peluang perlu dimanfaatkan oleh seluruh negara sehingga mencapai kesepakatan Bersama. Selain ancaman krisis pangan, Jokowi juga melihat tatanan dunia dan hukum internasional yang sedang diuji. Hal ini merupakan salah satu dampak dari pandemi COVID-19 dan juga masalah akibat perang.
"Hari ini mata dunia tertuju pada pertemuan kita. Apakah kita akan mencetak keberhasilan? Atau akan menambah satu lagi angka kegagalan? Buat saya, G20 harus berhasil dan tidak boleh gagal," kata Jokowi seperti yang dikutip dari Liputan6.com.
Sebagai Presidensi G20, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani berbagai perbedaan yang terlihat. Bahkan, perbedaan itu dinilai dalam posisi yang cukup luas. Namun, Jokowi juga mengatakan bahwa keberhasilan dari G20 hanya akan tercapai jika semua anggota berkomitmen dan saling bekerja keras.
"Sebagai presiden G20, Indonesia telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam, yang sangat lebar. Namun, keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika kita semua, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bermanfaat bagi dunia," ucap Jokowi.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women