Fimela.com, Jakarta Berdasarkan data GLOBOCAN 2020, kanker paru merupakan penyebab sekitar 11 persen atau 2.206.771 kasus baru kanker. Tak hanya itu, kanker paru juga menjadi penyebab kematian akibat kanker nomor satu di dunia.
Melihat pentingnya kesadaran masyarakat dan pemerintah akan kanker paru dan diagnosis tepat dari dokter, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan webinar bersama PT Takeda Indonesia dengan tema “Pentingnya Diagnosis yang Tepat untuk Kanker Paru” pada 08 November 2022. Sekaligus dalam rangka memperingati Lung Cancer Awareness di bulan November, webinar ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa kanker paru perlu diwaspadai dan penting untuk diagnosa yang cepat dan tepat.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan pada webinar bahwa kanker paru merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh pria dengan presentasi 95 persen. Hal ini disebabkan karena gaya hidup dan kebiasaan merokok.
What's On Fimela
powered by
Apa Saja Gejala dari Kanker Paru?
Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) selaku pengurus pusat YKI dan narasumber pada webinar mengatakan bahwa gejala kanker paru cukup sulit dibedakan karena mirip dengan gejala penyakit paru lainnya. Adapun gejalanya antara lain:
- Batuk berdarah
- Napas pendek atau sesak napas
- Nyeri dada, bahu, punggung, atau lengan
- Rasa lelah berlebih
- Wajah bengkak, dan
- Terdapat perubahan pada mucus atau lendir
Mayoritas pasien kanker paru sudah pada stadium lanjut ketika pertama kali merasakan gejala di atas. Untuk itu, pemeriksaan dini kanker paru sangatlah penting untuk memahami kanker yang dialami pasien secara spesifik untuk memperoleh pengobatan dengan hasil yang optimal.
Faktor risiko yang berpotensi menyebabkan kanker paru yang paling utama adalah merokok termasuk di dalamnya perokok pasif dan memiliki riwayat pernah merokok. Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) mengatakan, “Vape lebih berisiko daripada rokok kretek, rokok kretek lebih berisiko daripada rokok putih, dan rokok putih lebih berisiko daripada tidak merokok.”
Selain itu terdapat pula faktor lain seperti riwayat penyakit kanker paru pada keluarga, riwayat penyakit paru kronik, dan kontak dengan zat-zat karsinogenik antara lain radon, arsen, dan asbestos.
Polusi udara karena kendaraan hingga asap bakaran sampah nyatanya berisiko menyebabkan kanker paru. Hal ini dikarenakan zat-zat yang terkandung pada asap dan udara yang terhirup dan menempel pada paru-paru.
Kasus Kanker Paru di Indonesia
Di Indonesia tercatat bahwa kanker paru masuk pada urutan ketiga kasus kanker terbanyak dan urutan pertama sebagai kanker penyebab kematian dengan 13,2 persen atau 30.843 kasus kematian. Hal ini terjadi karena diagnosa yang tidak tepat atau tidak terdiagnosa sejak dini. Banyak pasien yang di diagnosis menderita kanker paru setelah memasuki stadium lanjut dan saat kondisi tubuh memburuk.
Tingkat kelangsungan hidup pasien kanker paru akan lebih tinggi bila kanker terdeteksi sejak dini. Sebelum ditemukannya banyak pengobatan canggih seperti saat ini, angka harapan hidup kanker paru adalah 10 bulan dengan pengobatan. Namun dengan semakin berkembangnya pengobatan baru, saat ini angka harapan hidup meningkat menjadi 5 tahun.
Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) berpesan untuk masyarakat lebih peduli dengan penyakit kanker paru. Jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena deteksi dini dapat membantu mengoptimalkan pengobatan. Selain itu beliau juga berharap agar pemerintah lebih peduli dan cepat tanggap untuk membantu meningkatkan pengobatan kanker paru.
Terapkan pola hidup sehat untuk mendapat banyak manfaat baik bagi kesehatan jasmani dan rohani. Bila merasakan gejala yang merujuk pada kanker paru, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tetap jaga kesehatan ya sahabat Fimela.