Fimela.com, Jakarta Siapapun bisa tampil cantik dengan apapun yang dikenakan. Inilah yang diyakini kakak beradik Isable dan Cecil Xu selama menjalani bisnis fashion.
"Orang Indonesia, Asia tingginya segini-segini aja, badannya segini-segini aja. Kita ngga bisa kayak bule yang tinggi, badannya kecil," kata Isabel saat ditemui Fimela dalam konferensi pers Array di Plaza Indonesia.
Didirikan pada 2016, Isabel mendirikan bisnis fashion dengan label Array yang kini dibantu oleh sang kakak. Array sendiri diambil dari kata "Arrange" dalam bahasa Inggris yang dipersingkat menjadi Array. Melalui brand ini, Isable dan Cecil ingin perempuan Indonesia bisa membuat banyak look dan gaya meski dengan outfit yang sama.
Bisnis yang dilakoni kakak beradik ini memiliki formula yang cukup unik, yakni dengan menghadirkan deretan koleksi yang disesuaikan dengan bentuk tubuh Isable dan Cecil, yang juga dimiliki oleh kebanyakan perempuan Asia dan Indonesia. Apa yang dikenakan Isable biasanya menjadi referensi bagi perempuan Indonesia yang memiliki tubuh curvy dan petite. Sementara perempuan dengan tubuh yang lebih kecil biasanya akan mencari referensi pada outfit yang dikenakan oleh Cecil.
What's On Fimela
powered by
Melihat adanya peluang bisnis
Sebelum mendirikan Array, Isable menyadari tidak banyak merek yang secara khusus berdedikasi menghadirkan koleksi outfit bagi perempuan Asia. Sementara, perempuan Indonesia memiliki tubuh yang cenderung lebih kecil dari perempuan Eropa sehingga menjadi peluang bisnis bagi Array dengan menghadirkan pilihan outfit yang pas.
Kakak beradik ini berbagi peran dalam menjalankan Array. Isable bertanggung jawab atas segala desain dengan detail yang ingin dibuat. Sementara Cecil berfokus pada pemantauan kualitas yang terlihat sample sebelum akhirnya dirilis ke pasaran. Meski memiliki tanggung jawab masing-masing tidak menutupi keduanya terlibat dalam sebuah argumen.
"Argumen pasti ada. Namanya juga beda pendapat. Konfliknya sih biasanya lebih ke arah desain," cerita Isable.
"Konflik sih sering. Karena saya perfeksionis, dia (Isable) lebih ke strict, terutama soal waktu. Jadi kadang dia lebih cerewet," kata Cecil Xu.
Inspirasi koleksi
Dalam menggarap koleksi, Isable dan Cecil banyak mengambil inspirasi dari perjalanan mereka saat travelling ke sejumlah negara dengan tetap mempertahankan identitas Array yang klasik dan timeless. Eksplorasi material menjadi salah satu agenda bagi keduanya saat mengunjungi suatu negara. Jika menemukan kain atau detail tertentu yang unik dan bisa diaplikasikan ke pakaian, akan digarap seapik mungkin.
"Kalau fabric kita eksplor ke setiap kota. Kita research, cari ada yang cocok atu engga. Kita suka eksplor dan cari bahan-bahan yang cantik. Kalau cocok, dibeli dulu, nanti dipikirin mau dibikin apa," cerita Isable.
Produksi koleksi Array dilakukan seutuhnya secara lokal dengan melibatkan beberapa detail dari luar negeri yang mereka bawa sepulangnya dari travelling. Sehingga ini juga menjadi alasan mengapa setiap item koleksi Array tidak hadir dalam kuantitas yang cukup banyak.
"Kalau untuk koleksi yang super limited cuma 6 pcs. Karena bahan yang dipakai biasanya impor dan sulit didapatkan. Sedangkan paling banyak koleksi itu ada di dua lusin," kata Cecil Xu.
Batasi kuantitas
Membatasi kuantitas juga menjadi strategi Array untuk menjaga kualitas sekaligus ekslusivitas koleksi. Setiap rancangan di setiap koleksi juga tidak dibuat ulang, walaupun rancangan tersebut sukses dan laris. ARRAY berusaha sebaik mungkin menjaga eksklusivitas rancangan. Karakter klasik yang diemban membuat daya pakai ARRAY cukup tinggi, hingga masih bisa tetap chic sampai bertahun-tahun ke depan.
Formulasi strategi yang dilakoni Isable dan Cecil terbukti sukses menghantarkan Array ke pasar yang lebih luas. Sejak didirikan hingga pertengahan 2022, Array menjadi bisnis fashion yang bergerak secara online. Pasar online yang cukup luas membuat koleksi Array kini sudah sampai ke Singapura, Malaysia, dan Australia. bahkan Amerika dan Eropa. Terbaru, Array menyapa para penggemarnya secara offline dengan menghadirkan gerai di Plaza Indonesia.
Buka gerai offline
Kehadiran gerai secara offline mematahkan isu melemahnya industri ritel setelah terdampak pandemi. Isable dan Cecil justru ingin lebih membawa pengalaman merasakan material dari setiap koleksi bagi para konsumen saat berkunjung ke gerai Array. Sehingga mereka bisa menemukan outfit seperti apa yang tepat untuk saling dipadupadankan secara langsung.
Sukses membuka gerai offline, Array masih memiliki tujuan akhir yakni menembus pasar internasional secara masif. Array berharap dengan dibukanya gerai offline ini juga pintu gerbang Array menuju pasar global.