Fimela.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa proses pembelian obat Fomepizole untuk Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA) dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang sedang dalam tahap finalisasi.
Pembelian obat Fomepizole yang merupakan jenis obat antidotum atau antidot (antidote) dari AS dan Jepang ini dimaksudkan sebagai upaya penambahan stok untuk menangani kasus gagal ginjal akut. Terlebih lagi, kasus gagal ginjal akut ini banyak menyerang anak, khususnya balita yang masih harus membutuhkan perawatan hingga saat ini.
"Kemarin saya datang ke Singapura, saya minta lagi dikasih 10 vial. Australia kan sudah dikasih 16 vial, sekarang kami lagi finalisasi untuk beli dari Amerika dan Jepang," kata Budi Gunadi dalam acara 'Gerakan Aksi Nasional Bergizi' di Ponpes Al-Wathoniyah Pusat Putri, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur pada Rabu, 26 Oktober 2022 mengutip dari Liputan6.com.
Penggunaan Fomepizole untuk pasien gagal ginjal akut telah terbukti efektif, melihat uji coba pemberian obat tersebut kepada 10 pasien gangguan ginjal akut di RSCM Jakarta. Pemberian Fomepizole juga dapat menghindari tingkat keparahan sehingga angka kematian akibat gagal ginjal akut dapat ditekan dan meningkatkan angka kesembuhan.
"Yang kena serangan ginjal, data kami (Kementerian Kesehatan RI) kan 57 persen meninggal. Itu tujuh sudah sembuh, yang tiga biasanya kondisi menurun, sesudah dikasih (Fomepizole) jadi stabil. Tapi yang tujuh sudah sembuh. Oleh karena itu, obatnya efikasinya, keampuhannya bagus," jelas Budi.
Pembelian Fomepizole dari AS dan Jepang
Indonesia sejauh ini sudah menerima sebanyak 20 vial Fomepizole dari Singapura dan tengah menunggu 16 vial dari Australia. Selain itu, Menkes Budi juga mengatakan bahwa Indonesia saat ini tengah dalam proses pembelian Fomepizole dari AS dan Jepang.
"Kita sedang proses untuk beli dari Amerika, mereka punya stok tidak terlalu banyak di sana. Kita juga sekarang sedang dalam proses untuk beli dari Jepang, mereka ada stoknya sekitar 2.000-an," ujar Budi Gunadi Sadikin.
Menkes Budi juga mengatakan bahwa Fomepizole yang sudah ada di Indonesia telah diberikan kepada pasien dan hasilnya sangat baik. Pasien gangguan ginjal yang sudah diberikan obat tersebut mulai bisa mengeluarkan urine. Selain itu, pasien yang sebelumnya tidak sadar, kini mulai sadar setelah diberi obat Fomepizole.
"Dari 10 pasien yang diberikan obat ini, 7 sudah pulih kembali. Sehingga kita bisa simpulkan bahwa obat ini memberikan dampak positif dan kita akan percepat kedatangannya di Indonesia," tutur Budi Gunadi.
Efek baik pemberian Fomepizole
Mohammad Syahril selaku Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan bahwa kondisi pasien gagal ginjal akut atipikal progresif membaik usai diberikan Fomepizole. Selain itu, tidak ada kematian dan perburukan kondisi usai pasien diberikan Fomepizole pada kasus di RSCM.
"Tidak ada kematian dan tidak ada perburukan lebih lanjut. Anak tersebut sudah dapat mengeluarkan air kecil atau air seni. Dan dari hasil pemeriksaan laboratorium, kadar Etilen Glikol dari 10 anak tersebut sudah tidak terdeteksi zat berbahaya," kata Syahril.
Syahril juga menjelaskan bahwa pemberian Fomepizole kepada pasien gagal ginjal akut sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan efektivitas tinggi di atas 90 persen. Pemberian Fomepizole akan dilakukan sebayak 5 kali suntikan. Pada pasien di RSCM, sudah ada yang diberikan tiga dan ada juga yang sudah diberikan empat kali suntikan.
Fomepizole diberikan gratis pada pasien
Kedatangan Fomepizole yang merupakan obat untuk pasien gangguan ginjal akut akan dipercepat. Selain itu, Menkes Budi juga mengatakan bahwa obat tersebut akan diberikan gratis kepada seluruh pasien gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injuries (AKI).
"Kita bisa simpulkan bahwa obat ini (Fomepizole) memberikan dampak positif dan kita akan mempercepat kedatangannya ke Indonesia sehingga anak-anak bisa terselamatkan. Kita akan memberikan obatnya pada pasien AKI secara gratis " ujar Budi Gunadi.
Pasien gangguan ginjal yang sempat melakukan cuci darah tidak menunjukkan perbaikan kondisi, namun setelah diberi obat Fomepizole, kondisi pasien turut membaik. Fomepizole yang telah didatangkan dari Singapura, dan kini tengah menunggu dari Australia, AS, dan Jepang nantinya akan didistribusikan oleh RSCM ke rumah sakit rujukan pemerintah di provinsi.
"Ini kesiapan yang kita lakukan untuk menyediakan penawarnya. Kita akan didistribusikan ke seluruh rumah sakit pemerintah yang merawat pasien AKI," ucap Menkes Budi Gunadi.
*Penulis: Frida Anggi Pratasya.
#Women for Women