Pasien Gagal Ginjal Akut Jalani Terapi Antidotum

angela marici diperbarui 02 Nov 2022, 11:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Kasus gagal ginjal akut masih mengkhawatirkan dengan bertambahnya jumlah korban di berbagai daerah. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), dr. Brian Sri Prahastuti mengungkapkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mempercepat penanganan kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak di Indonesia. 

Dilansir dari liputan6.com salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah membeli antidotum atau penawar racun Femipizole dari Singapura dan Australia dalam jumlah yang tidak sedikit.

"Dalam penanganan kasus yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien yang mendapatkan terapi antidotum menunjukkan perbaikan yang signifikan," kata Brian dikutip dari liputan6.com.

Menurut Brian, penanganan kasus gagal ginjal akut yang menyerang beberapa anak di Indonesia harus dilakukan secara holistik dan komperhensif dengan melibatkan pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Melalui hal tersebut, pemerintah dapat mengupayakan pilihan kebijakan yang berpijak pada perlindungan masyarakat.

"Mulai dari tindakan preventif seperti penguatan sosialisasi kepada keluarga, hingga tindakan kuratif seperti hemodialisa (cuci darah) dan pemberian antidotum," jelas dia.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Instruksi Jokowi

Potret Presiden Joko Widodo (Jokowi). Copyright shutterstock.com/Misbachul Munir

Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga memberikan arahan kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin terkait kasus gagal ginjal akut yang telah menyerang 245 anak di Indonesia dengan 8 provinsi yang berkontribusi 80 persen mengalami kasus gagal ginjal akut.

Setelah itu, Jokowi memerintahkan BPOM segera menarik dan menghentikan peredaran obat sirup yang secara eviden terbukti mengandung bahan obat penyebab gangguan ginjal. Jokowi juga memerintahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk teliti dan berhati-hati dalam melakukan pengujian terhadap obat.

Kemudian, Presiden Jokowi meminta agar masyarakat terlindung dari penggunaan obat-obatan yang dinilai berbahaya. Selain itu, Menkes Budi mengungkapkan bahwa Jokowi secara khusus memastikan bahwa masyarakat terlindung dari obat-obatan yang ada terutama yang dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal akut.

3 dari 3 halaman

Kasus yang Merebak dengan Cepat

Ilustrasi anak yang dirawat setelah mengalami gagal ginjal akut. Credit: pexels.com/Deloite

Lonjakan kasus terus terjadi hingga menyentuh angka 241 yang menyerang anak-anak. Ketika anak mengalami penyakit gagal ginjal akut akan merasakan gejala seperti demam mual, muntah, infeksi saluran pernapasan atas, diare, nyeri bagian perut, dehidrasi dan pendarahan. Tak hanya itu, gejala yang paling sering dialami adalah penurunan jumlah urine bahkan hingga tidak bisa pipis sama sekali.

Budi mengatakan di bulan Agustus-September pasien yang mengalami gagal ginjal akut mengalami kondisi yang memburuk  ketika masuk rumah sakit. Setelah lima hari mengalami penyakit tersebut, anak-anak akan mengalami penurunan jumalh urine secara drastis yang menyebabkan hampir 55 persen anak meninggal dunia.

 Sampai saat ini, penyebab dari kenaikan kasus belum ditemukan, namun terdapat temuan yang mengungkapkan bahwa kasus gagal ginjal yang dialami oleh anak-anak di Indonesia tidak berkaitan dengan Covid-19 atau vaksin Covid-19. Tak hanya itu, sejumlah penelitian masih dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk mencari tahu penyebab dari peningkatan kasus.

Penyebab kenaikan kasus gangguan ginjal akut pada anak kemudian segera ditindaklanjuti dengan penelitian oleh Kementerian Kesehatan pada September 2022. Salah satu temuan yang ada, bahwa kasus ini tidak terkait dengan COVID-19 dan vaksin COVID-19.

Penulis: Angela Marici

#Women for Women