Fimela.com, Jakarta Dari banyaknya penyakit yang menyerang perempuan, kanker payudara dan kanker serviks merupakan penyakit yang menakutkan. Kanker payudara dan kanker serviks menyumbang angka kasus dan angka kematian yang cukup besar. Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker kanker payudara dan kanker serviks di Indonesia mencapai lebih 102.000 kasus dengan lebih dari 43.000 kematian.
Dikarenakan masih tingginya kejadian kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan di Indonesia, maka perlu disikapi secara serius melalui peningkatan pengetahuan tentang faktor risiko dan pencegahannya, serta opsi terapi sistemik yang tersedia untuk penanganan terbaik.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang Kanker Payudara dan Kanker Serviks: baik risiko, faktor risiko dan pertimbangan pengobatan, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan perusahaan farmasi multinasional yang berfokus dalam penelitian dan pengembangan perawatan kanker inovatif, Merck Sharp & Dohme (MSD), mengadakan webinar bertemakan “Mengenal Imunoterapi, Harapan Baru melawan Dua Kanker Ganas Terbesar pada Perempuan” pada Selasa (25/10/2022) ) bersama Prof. Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD, KHOM, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM, dan dr. Mellisa Handoko Wiyono sebagai narasumber.
What's On Fimela
powered by
Mengenal Lebih Jauh Kanker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang terbentuk di jaringan payudara. Kanker payudara juga merupakan jenis kanker dengan angka kasus yang cukup banyak.
“Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan baik di dunia maupun di Indonesia. Kanker payudara juga menjadi salah satu penyumbang angka kematian terbesar akibat kanker.” Jelas Prof. Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD, KHOM dalam webinar.
Faktor resiko kanker payudara
Dalam kasus kanker payudara, ada dua macam faktor resiko yaitu faktor resiko yang tidak dapat dihindari dan faktor resiko yang dapat dihindari.
Faktor risiko yang tidak dapat dihindari
- Faktor Genetik, jika keluarga terdekat seperti nenek, ibu dan saudara perempuan memiliki riwayat kanker payudara, maka kamu mempunyai risiko yang cukup tinggi untuk terkena kanker payudara juga.
- Hormon, hormon yang dimiliki oleh perempuan juga merupakan faktor resiko kanker payudara. Siklus menstruasi yang dimulai sejak pada usia dini di bawah 12 tahun dan proses menopause yang terlambat (setelah usia 55 tahun) merupakan contoh faktor resiko yang berkaitan dengan hormon wanita.
- Usia, semakin tua resiko untuk menderita kanker payudara akan semakin besar.
Faktor risiko yang dapat dihindari
- Merokok
- Minum-minuman berakohol
- Pola makan yang kurang sehat seperti banyak makan makanan berlemak
- Memakai alat kontrasepsi Pil KB dalam jangka waktu yang sangat lama
- Jarang berolahraga
Imunoterapi untuk Pengobatan Kanker Payudara
Imunoterapi menjadi salah satu terobosan di dunia medis yang merupakan harapan baru bagi pasien kanker. Imunoterapi adalah salah satu pengobatan kanker selain pembedahan, radioterapi, terapi hormonal, terapi target dan kemoterapi. Sel kanker memiliki kemampuan 'menyamarkan' diri sehingga sulit dikenali oleh sistem kekebalan tubuh. Dengan imunoterapi, sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan sehingga bisa mendeteksi sel kanker untuk dihancurkan.
Terkait kanker payudara, Prof. Noorwati Sutandyo menjelaskan terdapat beberapa sub-tipe kanker payudara, diantaranya kanker payudara triple negatif (TNBC) yang merupakan penyakit heterogen yang sangat kompleks dan secara historis memiliki pilihan pengobatan yang terbatas.
Jenis utama pengobatan melawan TNBC termasuk operasi, kemoterapi, radiasi dan imunoterapi. Prof. Noorwati Sutandyo menambahkan, “TNBC memiliki kemungkinan tinggi kekambuhan penyakit dan perkembangan penyakit yang cepat meskipun dilakukan pengobatan sistemik yang memadai, dan imunoterapi merupakan pilihan baru dalam penanganan penyakit TNBC yang ganas ini, sebab imunoterapi dapat menahan perkembangan kanker dan kelangsungan hidup pasien sehingga memberikan harapan baru bagi pasien.”
Cara Mencegah Kanker Payudara
Dalam webinar, Prof. Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD, KHOM, membagikan cara untuk mencegah kanker payudara bagi yang belum pernah mengalami kanker payudara maupun yang sudah pernah mengalami kanker payudara dan sudah sembuh agar tidak kambuh lagi.
Hal yang pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki asupan nutrisi untuk mencegah kanker payudara. Memperbaiki asupan nutrisi bisa dilakukan dengan cara rutin mengkonsumsi buah-buahan dan sayur sebanyak lima porsi sehari dan mengurangi makan makanan manis dan berlemak. Hal kedua yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki gaya hidup dengan melakukan olahraga sebanyak lima kali dalam seminggu dengan durasi 30 sampai 45 menit dalam sekali olahraga. Yang ketiga adalah tidak merokok dan minum alkolhol yang menyebabkan tingginya resiko kanker payudara. Selanjutnya yang keempat adalah mengurangi stress salah satunya dengan cara meluangkan waktu untuk istirahat atau berlibur
Mengenal Lebih Jauh Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Selain kanker payudara, kanker serviks juga merupakan kanker yang menyumbangkan angka kasus dan angka kematian yang cukup tinggi. Kanker serviks menyumbangkan angka kematian yang cukup tinggi karena banyak penderita yang terlambat mendeteksi adanya kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks paling banyak menyerang perempuan dengan rentang usia 36- 55 tahun.
“Berbeda dengan kanker payudara yang bisa dideteksi sedini mungkin dengan melihat adanya benjolan di payudara, kanker serviks memerlukan deteksi lebih lanjut salah satunya dengan cara pap smear. Biasanya para pasien baru memeriksakan diri setelah mengalami gejala serius seperti pendarahan sesudah melakukan hubungan seksual atau pendarahan spontan diluar masa haid.” Jelas dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM. Dikarenakan sulitnya mendeteksi kanker serviks sedini mungkin maka kebanyakan pasien kanker serviks baru memeriksakan dirinya saat sudah berada di stadium lanjut.
Faktor Resiko Kanker Serviks
Dalam webinar, dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM menjelaskan beberapa faktor resiko kanker serviks diantaranya,
- Infeksi HPV (Human Papillomavirus)
- Genetik, terdapat keluarga dekat yang juga menderita kanker serviks.
- Lemahnya sistem imun
- Mulai melakukan hubungan seks saat usia muda
- Sering berganti pasangan seksual
- Memiliki kebiasaan merokok
Imunoterapi untuk Pengobatan Kanker Serviks
Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanker serviks dan seberapa jauh penyebarannya, dengan cara operasi, kemoterapi, terapi radiasi dan imunoterapi.
Meski sudah diobat, kanker serviks dapat kambuh lagi atau bermetastasis. Kekambuhan kanker serviks dapat berkembang setelah selesainya pengobatan awal. Tujuan pengobatan adalah untuk menghilangkan semua kanker, tetapi terkadang sel kanker tidak terdeteksi, atau sel kanker baru berkembang.
Jika kekambuhan kanker serviks terdeteksi, pengobatan yang direkomendasikan biasanya ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa faktor, termasuk pengobatan awal pasien, lokasi kekambuhan, dan kesehatan pasien secara keseluruhan.
Adapun untuk pengobatan sistemik terkini, imunoterapi, telah memberikan pilihan baru untuk merawat pasien kanker serviks yang mengalami kekambuhan dan metastasis. “Imunoterapi telah secara khusus menunjukkan aktivitas luas pada kanker serviks, dan memberikan harapan lebih lanjut untuk pilihan pengobatan baru dengan kemanjuran yang lebih besar dan profil keamanan yang dapat dikelola,” ujar dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM.
Mulai tahun 2022 di Indonesia, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut.
“Imunoterapi merupakan senjata baru untuk bisa mengobati pasien” ujar dr. Nadia Ayu Mulansari, Sp.PD-KHOM.
Cara Mencegah Kanker Serviks
Sama halnya dengan kanker payudara, kanker serviks memiliki 2 macam faktor resiko, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dihindarkan dan faktor resiko yang dapat dihindarkan. Selain faktor resiko yang tidak dapat dihindarkan seperti faktor genetik, kanker serviks dapat dicegah dengan beberapa cara.
Cara pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus HPV yang merupakan salah satu faktor resiko kanker serviks adalah dengan cara melakukan vaksinasi HPV. Yang kedua adalah dengan cara rutin melakukan Pap Smear dan Tes IVA. Pemeriksaan Pap Smear dan Tes IVA dilakukan untuk memantau kondisi serviks. Hal ini juga dilakukan agar penanganan bisa lebih cepat dilakukan jika terdapat kanker. Yang ketiga menerapkan pola hidup sehat dengan cara makan makanan sehat yang tinggi serat dan banyak mengandung antioksidan, rutin melakukan olahraga, dan tidak merokok. Yang keempat dengan cara menghindari berhubungan seksual dengan banyak partner dan tidak melakukan hubungan seksual di usia dini.
Harapan untuk Penderita Kanker Payudara dan Kanker Serviks
Para penderita kanker penting untuk memiliki harapan dan semangat untuk tetap sembuh. Penderita kanker harus banyak mendapat dukungan dari orang terdekat untuk tetap berjuang melawan kanker yang dideritanya.
"Memiliki harapan sangat penting bagi penderita kanker. Dengan memiliki harapan para penderita kanker akan memiliki mindset untuk tetap semangat berjuang melawan kanker dan tidak berputus asa setelah di diagnosis menderita kanker. Para penderita kanker juga harus mendapat banyak dukungan dari orang sekitar seperti keluarga dan komunitas untuk tetap semangat melawan kanker yang dideritanya." tutup dr. Mellisa Handoko Wiyono.
Penulis: Diah Ayu V.