Sampah Masker Sekali Pakai dari Pandemi Bisa Dijadikan sebagai Bahan Bakar Alternatif

Vinsensia Dianawanti diperbarui 18 Okt 2022, 11:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi COVID-19 yang berlangsung hampir tiga tahun kini kian mereda. Meski demikian, pandemi menyisakan limbah sampah berupa masker sekali pakai yang kini menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

Hasil riset Institut Teknologi Bandung tahun 2021 menunjukkan estimasi jumlah limbah masker yang berasal dari sampah rumah tangga di Bandung mencapai 3,89 ton per hari atau setara dengan 1.421,44 ton per tahun. Walau penggunaan masker berperan penting dalam pencegahan penyebaran virus Covid-19 dan penyakit lainnya, namun peningkatan jumlah limbah masker yang tidak dapat terurai meningkatkan kekhawatiran global akan dampaknya terhadap ekosistem darat dan laut.

Oleh karena itu, sistem pengelolaan limbah masker yang holistik melalui daur ulang produk sangat dibutuhkan. Upaya daur ulang terus dilakukan, salah satunya menjadikan limbah masker sebagai bahan bakar alternatif baru. Di Bandung sudah dilakukan daur ulang 100% masker bekas pakai.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Mengolah lebih 900kg masker

Ilustrasi masker berwarna pink. (dok. unsplash/Leohoho)

Limbah ini dapat diubah menjadi 970 kg minyak mentah per hari atau lebih dari 354 ton per tahun – cukup untuk menggantikan 0,220% dari total konsumsi bahan bakar minyak di Bandung sebagai kota metropolitan. Hasil riset dari Universitas Semarang menunjukkan total rata-rata kebutuhan bahan bakar minyak pada kota metropolitan mencapai 455.382 kilo liter per tahun.

Bekerja sama dengan Bank Sampah Bersinar, Kimberly-Clark Softex mendaur ulang 979kg limbah masker menjadi minyak mentah selama delapan bulan terakhir. Kolaborasi ini dimulai dengan tujuan untuk mencapai komitmen perusahaan untuk meninggalkan jejak lingkungan terendah dan membuka peluang finansial bagi komunitas setempat.

 

3 dari 3 halaman

Menjadi diesel nabati

Setiap 4kg sampah dapat didaur ulang menjadi 0.5 kg minyak mentah yang kemudian dapat diproses menjadi bensin atau diesel nabati (green gasoline and diesel). Selain pengelolaan daur ulang sampah, program ini juga memberikan edukasi tentang pemilahan sampah dan membuka peluang finansial tambahan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam proses pengelolaan limbah.

“Bank Sampah Bersinar pada dasarnya adalah komunitas yang berfokus pada edukasi, inovasi, dan pengelolaan limbah. Kami bangga dapat menjadi partner Kimberly-Clark Softex untuk mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang mumpuni. Kami berharap kolaborasi ini dapat berlanjut dan mencakup area yang lebih luas guna mengurangi polusi sampah dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat,” ujar Febriyanti, perwakilan dari Bank Sampah Bersinar.

Sebelum ini, Kimberly-Clark Softex juga telah menjalankan inisiatif pengelolaan limbah popok. Perusahaan mendaur ulang lebih dari 150-metrik ton limbah popok menjadi Refused Plastic Fuel (RFP), pupuk, bata ringan, minyak mentah, kertas, dan berbagai kerajinan tangan.