Fimela.com, Jakarta 131 anak dilaporkan terken gagal ginjal akut misterius sepanjang tahun 2022. Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kasus gagal ginjal akut misterius pada anak ini tengah di teliti oleh pihak RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Melansir dari Liputan6.com, hasil penelitian terkait kasus gagal ginjal akut misterius pada anak yang dilakukan oleh RSCM sudah ada. Namun, masih perlu menunggu untuk hasil kesimpulan yang matang sebelum dipublikasikan ke publik. Rencananya, perilisan hasil observasi kasus gagal ginjal akut yang dialami anak-anak dari 14 provinsi di Indonesia akan dilakukan pada pekan ini.
"Gagal ginjal anak sedang diteliti dokter-dokter RSCM. Sudah ada hasilnya, tapi harus menunggu kesimpulan sebelum kita rilis ke publik nanti," ujar Budi Gunadi.
Mengutip dari Liputan6.com, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), Piprim Basarah Yanurso mengungkapkan bahwa perkiraan puncak kasus gangguan ginjal akut ini sudah terjadi pada September 2022 dan pada bulan Oktober ini sudah terjadi penurunan. Perkiraan awal kasus gangguan ginjal akut ini berkaitan dengan COVID-19, tetapi perkiraan itu ternyata salah.
Melihat angka kematian akibat gangguan ginjal akut ini cukup tinggi, Piprim mengimbau masyarakat untuk selalu waspada namun tidak perlu panik berlebihan.
What's On Fimela
powered by
Penyakit Unknown Origin
Melansir dari Liputan6.com, Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, Eka Laksmi Hidayati mengatakan bahwa pihaknya telah melihat adanya lonjakan kasus anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury/AKI) Progresif Atipikal atau yang tidak diketahui (unknown origin) sejak Agustus 2022.
Sama seperti hepatitis akut, penyakit ini disebut unknown origin karena gangguan ginjal ini sebelumnya tidak bernah menjadi diagnosis tunggal.
“Jadi AKI itu pasti merupakan kondisi yang ada penyebabnya. Pada anak-anak ini, kami tidak menemukan penyebab yang biasanya timbul. Yang sering terjadi, AKI itu biasanya efek dari kehilangan cairan atau kekurangan cairan dalam waktu yang singkat," tutur Laksmi.
Laksmi juga memberikan contoh penyebab umum yang biasanya memicu terjadinya AKI pada anak yaitu seperti kehilangan cairan pada anak yang mengalami diare sehingga menyebabkan dehidrasi hebat. Pda akhirnya akan terjadi kekurangan cairan yang masuk ke ginjal dan berujung pada kondisi AKI Progresif Atipikal.
Penurunan Jumlah Urine
Eka Laksmi Hidayati menyebut Acute Kidney Injury/AKI Progresif Atipikal yang saat ini menyerang anak-anak tidak memiliki penyebab atau keluhan yang jelas. Hasil wawancara yang dilakukan dengan orang tua pasien terkait keluhan yang dialami anak mereka sebelum terserang gangguang ginjal akut ini juga tidak jelas dan anak cenderung mengalami penurunan jumlah urine secara tba-tiba.
Berbagai upaya investigasi lengkap terkait penyebab gangguan ginjal akut ini juga telah dilakukan, namun sejauh ini data-data yang didapat oleh IDAI masih belum mengarah ke satu titik pasti. Kasus awal yang dilaporkan pada Agustus 2022 sebanyak 35 kasus dan naik menjadi 71 kasus pada September 2022. Hingga 10 Oktober 2022, terdapat 14 Cabang IDAI yang melaporkan kasus AKI Progresif Atipikal dengan jumlah total 131 kasus.
Kelompok Balita dan Usia Belasan Rentan Terjangkit
Berdasarkan catatan data IDAI, kelompok anak-anak yang terkena Acute Kidney Injury/AKI Progresif Atipikal adalah kelompok anak usia di bawah 5 tahun (balita) dan ada juga yang berusia 8 tahun, khususnya bagi kasus yang ditemukan di Jakarta.
Eka Laksmi Hidayati mengatakan bahwa gejala yang ditunjukkan oleh anak yang terkena AKI Progresif Atipikal cenderung sama yaitu diawali infeksi, lalu mengalami penurunan volume dan frekuensi buang air kecil, hingga tidak bisa buang air kecil sama sekali.
“Kurang lebih seragam gejalanya, diawali gejala infeksi seperti batuk pilek atau diare dan muntah. Infeksi tersebut tidak berat. Maksudnya, bukan tipikal infeksi yang kemudian bisa menyebabkan AKI," ungkap Laksmi.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women