Fimela.com, Jakarta Ada kalanya anak sulit untuk diatur, berbagai cara dilakukan untuk menyikapi perlakuan tersebut namun anak tetap saja keras kepala. Dilansir dari parenting.firstcry.com untuk menghadapi anak yang keras kepala harus dilakukan dengan cara yang benar serta mengetahui alasan mengapa anak melakukan hal tersebut.
Keras kepala sendiri dapat bersifat genetik dan juga perilaku yang diperoleh dengan mengamati sikap dari orang lain. Namun, sebagai orang tua sahabat Fimela tidak boleh membiarkan anak memiliki sifat keras kepala karena dapat merugikan dirinya sendiri, sehingga penting untuk mengetahui cara tepat dalam menyikapi anak yang keras kepala.
Mengasuh anak yang keras kepala membutuhkan kesabaran, ketenangan, dan stabilitas. Berikut 6 cara yang dapat dilakukan oleh sahabat Fimela untuk menyikapi anak yang keras kepala, antara lain:
1. Cari tahu alasan anak berperilaku keras kepala
Biasanya sikap keras kepala anak terjadi bukan tanpa sebab, oleh karena itu sahabat Fimela dapat mencari tahu alasan mengapa mereka keras kepala. Misalnya jika sahabat Fimela mengajak anak untuk ke taman namun batal karena cuaca sedang hujan, sahabat Fimela dapat langsung mengubah acara jalan-jalan menjadi kegiatan seru yang dapat dilakukan di rumah. Berbagai pilihan yang dapat dilakukan seperti bermain lego, membuat pondok kecil, atau masak-masak.
2. Cobalah negosiasi dengan anak
Anak-anak yang keras kepala biasanya tidak suka ditolak, sehingga sahabat Fimela dapat melakukan negosiasi dengan anak alih-alih memberikan hukuman kepada anak. Misalnya, jika anak bersikeras untuk mendengarkan dua cerita pengantar tidur, cobalah untuk bicarakan dengan mereka bahwa mereka hanya dapat memilih satu cerita pengantar tidur dan sisanya dibacakan besok malam.
3. Jangan berdebat
Anak-anak yang keras kepala selalu siap menghadapi pertengkaran secara langsung. Oleh karena itu, sahabat Fimela tidak boleh memberikan kesempatan kepada anak sehingga dengarkan apa yang mereka katakan dan inginkan. Jangan buat percakapan menjadi pertengkaran, dengan mendengarkan isi hati anak, membuat mereka memahami apa yang diinginkan oleh orangtua.
4. Pelan - pelan
Terkadang "keras kepala" tidak benar-benar keras kepala. Terkadang hal ini dapat terjadi ketika anak diminta melakukan sesuatu yang belum mereka kuasai atau mereka kewalahan oleh lingkungan sehingga belum belajar bagaimana mengatasi emosi tersebut.
Sebagai orangtua, yang dapat dilakukan oleh sahabat Fimela adalah ambil napas dalam-dalam, ajukan pertanyaan, dan dengarkan apa yang dikatakan anak. Ini mungkin kunci untuk mencari tahu apa yang tersembunyi di balik perilaku mereka yang keras kepala.
5. Beri peringatan
Pakar parenting, Lorie Anderson menjelaskan bahwa beberapa anak harus belajar melalui pengalaman. Oleh karena itu, Anderson menyarankan sahabat Fimela harus memberikan peringatan daripada arahan. Misalnya sahabat Fimela memberi tahu anak untuk menggunakan payung untuk menghindari hujan, mereka mungkin akan mendengarkan.
"Lebih baik membiarkan mereka melalui proses ini sejak dini sebelum mereka benar-benar berada dalam bahaya," kata Anderson.
5. Berikan Pilihan
Dilansir dari parents.com anak-anak dengan sifat keras kepala suka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Oleh karena itu, sahabat Fimela harus berikan anak kesempatan untuk memiliki otoritas dalam hidup mereka sendiri.
"Biarkan mereka membuat pilihan yang tidak penting dalam skema besar, seperti apa yang akan dikenakan, warna cangkir apa yang akan digunakan, atau ayunan mana yang akan digunakan di taman," kata Holly Nordenberg, pelatih parenting yang berbasis di Madison, Wisconsin.
Pendapat ini didukung oleh pakar parenting, Lorie Anderson yang setuju dengan mengatakan bahwa sahabat Fimela tidak boleh langsing menghukum anak karena dapat membuat mereka marah dan lebih keras kepala dari sebelumnya. Sehingga, sahabat Fimela harus memberikan opsi yang mengarah kepada keputusan yang baik untuk anak.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women