Vaksin Booster Masih Dibutuhkan untuk Menuju Endemi

angela marici diperbarui 19 Okt 2022, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dilihat dari mobilitas masyarakat yang sudah kembali normal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan akhir pandemi Covid-19 sudah di depan mata. Meskipun demikian, para ahli masih belum memutuskan strategi vaksinasi Covid-19 seperti apa yang akan diberikan setelah dunia resmi memasuki masa endemi.

Dilansir dari liputan6.com vaksinolog, dr. Dirga S. Rambe melihat dari kondisi masyarakat Indonesia yang cenderung tenang, vaksinasi masih diperlukan untuk golongan yang rentan seperti para tenaga medis dan juga lansia sehingga secara berkala booster masih perlu dilakukan.

Pernyataan dari dr. Dirga S. Rambe disampaikan ketika menjadi narasumber dalam program ‘Virtual Class Cek Fakta’ yang diselenggarakan secara daring oleh liputan6.com dengan tajuk ““Penanganan Covid 19 Dianggap Berhasil, Bisakah Diimplementasi untuk Penanganan Penyakit Lain”.

“Saya melihatnya dengan kondisi sekarang yang dikatakanlah relatif tenang, stabil, nah ke depan kemungkinan besar orang yang berisiko tinggi covid, tenaga kesehatan, lansia dan orang dengan komorbit kemungkinan besarnya akan booster secara regular, entah setahun sekali atau enam bulan sekali,” ujarnya dikutip dari liputan6.com.

Dr. Dirga S. Rambe juga menambahkan bahwa saat ini situasi vaksinasi di Indonesia masih paradoks. Hal ini terjadi karena jumlah cakupan vaksinasi di Indonesia masih belum mencapai target yang ditentukan oleh WHO. 

 

 

2 dari 3 halaman

Cakupan Booster yang Masih Rendah

ilustrasi vaksin booster. Photo by Daniel Schludi on Unsplash

Sejalan dengan hal tersebut, beberapa waktu lalu Dokter Spesialis Pulmonologi dan Pengobatan Pernafasan (Paru-Paru), dr. Erlina Burhan, MSc., Sp.P.(K) mengungkapkan bahwa capaian vaksin booster di Indonesia saat ini masih rendah yakni hanya mencapai 26 persen. Padahal vaksinasi booster sangat efektif untuk melindungi diri dari penyakit parah hingga kematian pada lanisan dan populasi umum.

“Untuk vaksinasi primer Indonesia bagus vaksin pertama 86 persen, vaksin kedua 72 persen. Namun yang masih menjadi masalah adalah capaian untuk vaksin booster atau suntikan ketiga masih rendah sekitar 26 persen.” ujar Erlina pada Kamis (15/09/2022).

Ia juga menekankan bahwa vaksin booster efektif untuk melindungi seseorang dari keparahan penyakit dan juga kematian akibat Omicron. Oleh sebab itu, ia mengingatkan pentingnya booster dalam vaksinasi mengingat penambahan vaksin yang saat ini masih rendah.

Berdasarkan data total vaksinasi yang dianalisis oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa terdapat 61.512.584 yang melakukan vaksinasi dosis booster atau sebesar 26.1 persen. Kondisi ini dianggap masih rendah dibandingkan dengan dosis primer yang dilakukan oleh pemerintah.

“Cakupan vaksinasi primer di Indonesia sudah oke banget, tapi yang bermasalah adalah booster-nya tadi saya sampaikan hanya 26 persen. Ini rendah banget padahal dari awal kita udah berbicara booster ini bisa melindungi dari infeksi yang berat dan juga kematian.” ujar Erlina dalam media webinar “Pentingnya Vaksinasi Booster dalam Melindungi Masyarakat dari Akibat Serius Penyakit Covid-19 Termasuk Rawat Inap dan Kematian” (15/09/2022).

Adapun alasan cakupan vaksin dosis booster saat ini masih rendah, yaitu:

  • Masyarakat sudah merasa cukup terlindungi dari vaksin dosis pertama dan kedua yang dilakukan.
  • Masalah distribusi vaksin.
  • Masalah sentra vaksinasi yang saat ini mulai berkurang.
3 dari 3 halaman

Masyarakat Lelah

Ilustrasi wanita yang menggunakan masker untuk menghindari diri dari paparan virus Covid-19. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Menurut dr. Dirga S. Rambe banyak masyarakat yang sudah malas untuk melakukan vaksinasi terutama booster dikarenakan masyarakat sudah terlalu lelah dengan kehadiran pandemi yang sudah terlalu lama.

“Ini kewajiban, Pemerintah, dokter dan juga media untuk mengingatkan bahwa memang antibodi ini akan menurun seiring waktu. Jadi kita perlu perkuat lagi dengan booster, terutama untuk orang beresiko tinggi.” Ujar dr. Dirga S. Rambe dikutip dari liputan6.com.

Ia menuturkan bahwa dengan adanya pandemi, pihak yang berwenang sudah seharusnya meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, sehingga menjelang endemi seperti saat ini sistem kesehatan di Indonesia sudah jauh membaik dari sebelumnya.

Dr. Dirga S. Rambe juga mengimbau masyarakat untuk tetap harus waspada menjalankan kebiasaan hidup sehat meskipun sistem kesehatan di Indonesia sudah mulai membaik. Selain itu, meskipun sudah resmi endemi kesehatan tetap harus dijaga.

 

Penulis: Angela Marici

#Women for Women