Fimela.com, Jakarta Kasus perselingkuhan dan KDRT adalah kasus yang begitu menyakitkan dalam kehidupan rumah tangga terutama pada korban. Rasa sakit dan kecewa pun akan bertambah besar ketika pasangan tak hanya berselingkuh tetapi ia juga tak segan main tangan dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Seperti yang kita tahu, banyak kasus perselingkuhan yang diikuti dengan perbuatan tak menyenangkan lainnya yakni KDRT. Selain merasa sakit hati yang mendalam, tidak sedikit korban perselingkuhan yang mengalami sakit fisik berkepanjangan. Beberapa bahkan merasa sangat trauma, cemas dan ketakutan dengan apa yang telah menimpanya. Beberapa korban juga akan mengalami guncangan psikologis yang memerlukan pendampingan serius.
What's On Fimela
powered by
Perselingkuhan dan KDRT
Mengenai perselingkuhan dan KDRT, para ahli menemukan jika pria yang berselingkuhan ternyata juga rentan melakukan KDRT pada pasangannya. Mengutip dari laman liputan6.com, data yang diperoleh dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), sepanjang 2022 terdapat lebih dari 18 ribu laporan kekerasan. Dari data itu, 16 ribu lebih korban diantaranya adalah perempuan.
Dalam temuan ini, juga diketahui jika suami yang berselingkuh lebih rentan melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya dibandingkan dengan suami yang tidak berselingkuh. Perempuan yang suaminya berselingkuh mengalami kekerasan dalam rumah tangga dua kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang suaminya tak berselingkuh.
Dari laman KemenPPPA disebutkan, “Perempuan yang suaminya berselingkuh dengan perempuan lain cenderung mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual 2,48 kali lebih besar dibandingkan yang tidak berselingkuh.”
Penyebab Seseorang Melakukan Kekerasan
Para ahli menyebut jika perbuatan kekerasan dalam rumah tangga bukan suatu hal yang kebetulan. Ini bisa terjadi karena pelaku sudah terdentensi untuk melakukan kekerasan sejak kecil. Misalnya, pelaku yang hidup di lingkungan keras dan sering melihat orang lain melakukan kekerasan atau ia sering mendapat perlakuan kasar dari orang sekitar, ini bisa meningkatkan risiko ia menjadi pribadi dengan karakter kasar, keras dan tak ragu untuk melakukan hal sama dengan apa yang dilihatnya sejak kecil.
Ketika berselingkuh, seseorang yang takut ketahuan atau merasa paling benar, ia juga rentan melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Perbuatan ini bisa saja semakin brutal ketika ia memang memiliki karakter yang keras dan emosi yang meluap-luap.
Melalui health liputan6.com, Psikolog keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan, “Biasanya, sang pelaku memang sudah memiliki kecenderungan untuk melakukan agresi pada orang lain. Hal ini (bisa) terbentuk sejak dari kecil. Beberapa hal yang bisa membentuk seseorang atau watak menjadi agresi diantaranya sejak kecil ia berada dalam lingkungan yang memberikan contoh demikian.”
Selain itu, Efnie menambahkan, “Sekali berbuat kekerasan, jika tidak melalui proses terapi sang pelaku akan sulit untuk pulih atau mengubah perilakunya.” Semoga informasi ini bermanfaat dan semoga kita semua dijauhkan dari kasus perselingkuhan apalagi KDRT ya Sahabat Fimela.
#WomenForWomen