Cara Masyarakat Menghadapi Ancaman Resesi Global

Fimela Reporter diperbarui 14 Okt 2022, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Ancaman resesi global yang semakin nyata dapat mengganggu perekonomian Indonesia. Dampak negatif dari resesi atau pergerakan lambat yang ekstrem pada pertumbuhan ekonomi global dapat meluas melewati jalur ekspor hingga pasar keuangan.

Dilansir dari liputan6.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para menteri kabinet beberapa kali di setiap kesempatan mengingatkan masyarakat agar siap menghadapi tantangan ekonomi. Termasuk, ancaman resesi.

"Beliau-beliau menyampaikan 'Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit'. Terus kemudian seperti apa? Tahun depan akan gelap. Ini bukan Indonesia, ini dunia. Hati-hati, jangan bukan Indonesia, yang saya bicarakan tadi dunia," kata Jokowi saat menghadiri Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) di Sentul Bogor Jawa Barat, Jumat (5/8) dikutip dari liputan6.com

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Hal yang Perlu Disiapkan Masyarakat

Masyarakat diharapkan tidak panik terhadap ancaman resesi global. Credit: pexels.com/Burka

Resesi merupakan kondisi yang penuh tekanan untuk dihadapi. Namun, masyarakat diharapkan tidak panik terhadap ancaman resesi global dengan syarat harus mempersiapkan langkah yang dapat membantu menghadapi tekanan kondisi krisis tersebut.

1.Bersiaplah Jika PHK Menimpa Sewaktu-Waktu

Ide ini harus diperhitungkan oleh publik untuk menghadapi kemungkinan resesi. Ini terjadi ketika Bank Sentral menaikan suku bunga demi stabilitas moneter. Di satu sisi, tingkat suku bunga yang lebih tinggi mempengaruhi ketahanan keuangan perusahaan. Memberhentikan karyawan adalah langkah terakhir bagi perusahaan untuk memerangi resesi yang akan datang.

Dalam hal ini, kamu harus meninjau resume kamu selama masa berkarir, tetapi momen ini juga merupakan kesempatan untuk memperbarui informasi pribadi Anda di LinkedIn. Membangun kembali hubungan dengan jejaring. Mulailah menambah atau menyisihkan pendapatan untuk dana darurat, dan cari peluang karir di tempat lain.

2. Pelajari Keterampilan Baru

Krisis ekonomi benar-benar menuntut kita untuk memperoleh keterampilan baru dan berkembang. Pepatah bijak mengatakan, semakin banyak anda belajar, semakin banyak kamu menghasilkan.

3. Hati-Hati dengan Pengeluaran yang Tidak Perlu

Jika orang merasa nyaman membelanjakan pendapatannya untuk hal bersifat hiburan, seperti belanja, berlangganan layanan streaming, atau menonton konser saat kondisi ekonomi normal ataupun positif. Namun, karena risiko resesi, kebiasaan ini harus ditunda untuk sementara waktu

4. Jangan Panik Dalam Berinvestasi

Tren ini sebaiknya dihindari jika orang menjual portofolio investasi mereka secara massal karena mereka membutuhkan dana baru. Karena di awal investasi, kita sudah melihat kinerja perusahaan tersebut.

5. Coba Cari Penghasilan Tambahan

Ancaman resesi sebenarnya tidak begitu menakutkan ketika orang hidup dalam “gig economy”. Mereka yang masih bekerja dapat memperoleh penghasilan tambahan melalui platform yang tersedia dan menggunakannya untuk menghasilkan penghasilan tambahan.

3 dari 3 halaman

Dihadapkan pada Ancaman Resesi Ekonomi

Pemerintah Indonesia akan terus mencermati perkembangan yang sangat dinamis di seluruh dunia. Credit: pexels.com/Karolina Grabowska

Saat ini, dunia tengah dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi akibat ketidakpastian global yang terus meningkat. Hal ini tercermin dari negara-negara maju yang masih bergulat dengan tingkat inflasi yang tinggi pada tahun 2022 akibat krisis energi dan pangan.

Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan mengatakan pemerintah Indonesia akan terus mencermati perkembangan yang sangat dinamis di seluruh dunia. Secara khusus, kekuatan ekonomi seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China, yang berperan penting dalam perekonomian global.

Situasi itu harus diwaspadai oleh pemerintah. Meskipun perekonomian Indonesia akan terus tumbuh hingga akhir tahun (resilience), didukung oleh pertumbuhan yang lebih baik hingga kuartal III. Beberapa penopangnya adalah belanja konsumen rumah tangga yang masih baik, kinerja ekspor yang tetap kuat dan investasi yang mulai pulih. Di sisi lain, untuk kuartal IV, belanja pemerintah juga menjadi penyumbang yang besar.

Sementara itu, Indonesia harus menghadapi lingkungan ekonomi yang semakin memburuk pada tahun 2023. Oleh karena itu, pemerintah harus terus menjaga resiliensi sebagai syok absorber untuk menjaga daya beli masyarakat. Terkait stabilitas harga, pemerintah akan bekerja sama dengan tim pengendalian inflasi pusat dan daerah. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat kerja sama.

 

*Penulis: Sri Widyastuti

#WomenForWomen