Fimela.com, Jakarta Baru-baru ini publik dihebohkan dengan pengakuan dari salah satu Indonesia yang menjalin hubungan dengan gadis di bawah umur. Merespon hal itu sebagian masyarakat menilai bahwa tindakan yang dilakukan oleh pesinetron tersebut merupakan child grooming.
Child grooming merupakan sebuah aktivitas untuk membangun ikatan emosional dan rasa percaya melalui hubungan romantik yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak di bawah umur. Biasanya child grooming menjadi modus awal pelecehan seksual kepada anak-anak. Oleh karena itu, dengan maraknya fenomena child grooming membuat para orangtua harus lebih waspada terhadap anaknya.
Dilansir dari internetsafeeducation.com berikut 5 tahapan child grooming yang harus diketahui.
Tahap 1: Mengidentifikasi korban
Tahap pertama yang sering dilakukan oleh para pelaku adalah mengidentifikasi korbannya. Biasanya predator akan mencari target sesuai dengan kriteria yang diinginkan, proses pencarian ini semakin mudah karena kemajuan era teknologi yaitu media sosial.
Melalui hal tersebut memudahkan para predator untuk mencari korbannya, biasanya mereka melihat kriteria korban berdasarkan:
- Jenis kelamin
- Usia
- Lokasi
- Ciri dan karakteristik
- Serta, kriteria lain seperti warna rambut atau etnis.
Begitu pelaku menemukan seseorang yang 'tepat', mereka mulai membangun strategi untuk mendekati korban.
Tahap 2: Mengumpulkan informasi
Setelah menemukan target yang tepat, biasanya pelaku akan mengumpulkan informasi mengenai korban. Informasi tersebut bisa didapatkan dengan cepat karena kemajuan teknologi yang serba online.
Tahap 3: Mengidentifikasi dan mendapatkan kepercayaan
Setelah mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, para pelaku akan mulai mengidentifikasi kelemahan. Apabila telah mengetahui kelemahan pelaku akan mulai mendekati korban untuk mendapatkan kepercayaan.
Contohnya, jika ada seorang gadis di bawah umur yang merasa bahwa ia tidak secantik teman-temannya. Predator tersebut akan mulai mendekati dan memuji anak tersebut untuk mendapatkan kepercayaan.
Tahap 4: Mulai mengenalkan topik
Tahap selanjutnya adalah desensitisasi anak atau perlakuan yang menyebabkan seseorang mengalami sesuatu. Dalam tahap ke empat ini, pelaku biasanya mulai mengenalkan topik yang cabul dan tidak pantas ke dalam percakapan. Hal ini dilakukan untuk mengukur reaksi dari korban, jika korban merasa terganggu atau takut dengan topik tersebut pelaku akan langsung mengganti taktik.
Salah satu contohnya adalah dengan mengatakan kepada korban bahwa teman-temannya telah melakukan hal tersebut, sehingga sang korban mau diajak untuk membahas topik yang cabul dan tidak pantas tersebut. Perlakuan seperti ini tentu dapat menghancurkan kepolosan dari anak atau korban, serta membuat mereka merasa bahwa perlakuan ini sewajarnya dilakukan.
Tahap 5: Memulai penyalahgunaan
Pada tahap terakhir pelaku mulau mengembangkan hubungan intim dengan korbannya, para pelaku akan minta untuk bertemu, mengirim foto, hingga video yang berbau seksual. Jika sang anak menolak, pelaku tidak segan mengancam dengan menyebarkan percakapan tidak pantas yang telah dilakukan.
Perhatikan 6 Hal Ini Agar Anak Terhindar Dari Child Grooming
Sebagai orangtua, sahabat Fimela pasti tidak ingin anaknya terjebak dalam child grooming. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menghindari anak dari child grooming adalah dengan memastikan anak mendapatkan informasi yang baik. Tak hanya itu dilansir dari internetmatters.org para orangtua dapat menggunakan pengaturan privasi di jejaring sosial anak.
Berikut 6 hal yang harus dilakukan agar anak terhindar dari child grooming.
1. Jaga kerahasiaan informasi pribadi
Pastikan informasi pribadi anak tidak tersebar di sosial media, baik nama, usia, jenis kelamin, nomor telepon, alamat rumah, nama sekolah, hingga foto-foto pribadi. Seluruh informasi tersebut sepantasnya hanya boleh dibagikan kepada orang terdekat dan dikenal.
2. Pengaturan Privasi
Sebagai orangtua cobalah untuk melihat pengaturan privasi di sosial media milik anak. Jika sosial media anak bersifat publik cobalah untuk menggantinya untuk menghindari anak child grooming.
3. Perhatikan aplikasi, situs, dan game yang digunakan anak
Di era teknologi seperti saat ini, pastikan sahabat Fimela selalu memperhatikan aplikasi, situs, dan game yang digunakan oleh sang anak. Para pelaku melakukan aksi child grooming melalui media sosial untuk memantau para korbannya, sehingga pastikan anak tidak membuka aplikasi yang tidak seharusnya dibuka.
4. Ketahui siapa teman mereka
Sebagai orangtua, pastikan untuk mengenal teman-teman dari anak dengan mengetahui dengan siapa mereka berteman dan bergaul, serta bagaimana ruang lingkup dari pertemanan sang anak.
Orangtua tidak hanya mengetahui pertemanan anak di kehidupan nyata, melainkan di dunia online. Ingatkan anak untuk tidak terlalu akrab dengan orang yang mereka kenali di dunia online.
5. Batasi media sosial
Orangtua dapat memantau, memblokir, dan memfilter perilaku online yang tidak pantas di media sosial sang anak. Sahabat Fimela juga dapat mempertimbangkan usia, kedewasaan, dan kebutuhan anak akan privasi.
6. Memantau permainan online anak
Biasanya dalam sebuah permainan online terdapat fitur yang membuat anak dapat berteman dan berbicara satu sama lain. Terkadang bahasa yang digunakan para gamers dalam permainan online lebih kasar dan berbau pelecehan, sehingga sangat penting untuk orang tua memantau aktivitas permainan online milik sang anak.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women