Fimela.com, Jakarta Salah satu gangguan emosional yang sering muncul pada anak adalah luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Gangguan emosi ini disebut sebagai tantrum. Tantrum normal dialami anak karena bagian dari tahap perkembangan anak. Tantrum terjadi ketika perkembangan bahasa anak baru mulai berkembang. Meskipun sebenarnya normal dan lumrah terjadi, tantrum banyak dikeluhkan oleh orang tua.
Tantrum terjadi pada anak berusia 0-5 tahun. Anak dengan kondisi mudah marah, sulit makan, tidur dan buang air besar yang tidak teratur, takut ketika bertemu orang baru, kurang bisa beradaptasi dengan perubahan, dan sulit dialihkan perhatiannya biasanya akan lebih mudah merasakan tantrum.
Sebenarnya, saat tantrum anak sedang merasakan apa, ya? Kenapa anak bisa tantrum? Nah, ini 5 hal yang mungkin bisa jadi penyebab kenapa anak bisa tantrum.
What's On Fimela
powered by
1. Sedang kesal akan sesuatu
Ada beberapa sebab anak merasa kesal. Mungkin tidak bisa mengancingkan bajunya, bingung cara mengayuh sepeda, mainannya hilang, dll. Atau bisa juga anak kesal karena sedang merasa kuwalahan akan sesuatu. Mungkin tempatnya terlalu banyak orang, terlalu berisik, terlalu sempit, merasa risih karena terlalu sering disentuh orang lain, dll.
2. Ingin dipercaya kalau ia mampu melakukan sesuatu sendiri
Bisa saja anak ingin menunjukkan ke orang tuanya kalau ia bisa melakukan sesuatu sendiri, misalnya mandi sendiri, mengambil nasi dan lauk sendiri, makan sendiri, atau membersihkan kotoran setelah buang air sendiri. Tapi, karena orang tuanya tidak yakin kalau ia bisa melakukannya sendiri, anak jadi kesal dan melampiaskan emosinya dengan tantrum.
3. Belum bisa merasakan emosi yang sedang dirasakan
Setiap manusia pasti memiliki emosi, termasuk anak-anak. Mengapa anak-anak lebih mudah merasa emosional/tantrum dibandingkan orang dewasa? Itu karena anak-anak masih belum bisa merasakan emosinya, apalagi mengendalikan emosinya sendiri.
4. Merasakan sesuatu yang bersifat fisiologis
Faktor yang bersifat fisiologis, seperti mengantuk, lapar, lelah, bosan, terlalu banyak stimulasi, dll bisa menyebabkan tantrum pada anak.
5. Pola berulang yang telah dipelajari anak
Pernah nggak, saat anak menginginkan mainan, karena kita menolak untuk membelikannya, anak jadi tantrum (kesal, berteriak, marah, dan menangis), dan akhirnya kita mengatasi tantrum anak dengan langsung menuruti keinginannya dan membelikannnya mainan.
Nah, karena pola ini anak jadi belajar bahwa kalau menginginkan sesuatu, maka ia harus tantrum dulu supaya keinginannya bisa terpenuhi.
Sekian penjelasan tentang beberapa hal yang bisa menyebabkan anak mengalami tantrum. Saat anak sedang tantrum, jangan ikutan tantrum juga, ya. Ingat, kuncinya adalah sabar dan tenang. Memang susah, tapi pasti bisa. Semangat!
Ditulis oleh: Aulia