5 Dampak Buruk Mengonsumsi Gula Terlalu Banyak dan Batas Normal Konsumsinya

Fimela Reporter diperbarui 26 Sep 2022, 08:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Banyak orang mengonsumsi makanan cepat saji dalam porsi banyak setiap harinya. Selain rasanya yang enak, kandungan gula tambahan yang terdapat di dalamnya membuat asupan kalori harian yang dibutuhkan terpenuhi. Padahal mengonsumsi gula dalam jumlah banyak memberi dampak buruk pada tubuh.

Melansir dari Health Line, konsumsi gula adalah penyebab utama obesitas dan berbagai penyakit kronis lainnya seperti diabetes. Orang yang menjalani program diet pun harus membatasi kalori dan gula tambahan yang dikonsumsi karena berdampak pada kenaikan berat badan.

Berikut 5 dampak buruk terlalu banyak konsumsi gula bagi kesehatan tubuh.

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Kenaikan Berat Badan

Gula sebagai penyebab utama obesitas. Credit: freepik.com

Tingkat obesitas meningkat setiap tahunnya dan gula tambahan, terutama yang berasal dari minuman manis dianggap sebagai penyebab utama. Soda, teh manis, dan minuman manis lainnya mengandung salah satu jenis gula bernama fruktosa. Saat mengonsumsi fruktosa, tubuh akan cenderung mudah lapar dan ingin mengonsumsi lebih banyak glukosa. Hal ini menyebabkan seseorang akan mengonsumsi lebih banyak gula yang berakibat pada kenaikan berat badan. Penelitian menunjukkan seseorang yang sering mengonsumsi minuman manis memiliki berat badan lebih banyak daripada yang tidak.

3 dari 6 halaman

2. Memiliki Efek Samping Pada Kulit

Makanan manis juga menyebabkan timbulnya jerawat dan penuaan kulit. (dok. pexels/Anna Nekrashevich)

Gula dapat menyebabkan kulit mudah berjerawat dan mempercepat proses penuaan. Makanan manis seperti permen menyebabkan peningkatan produksi sekresi androgen yang berperan dalam produksi minyak di wajah dan peradangan jerawat. Selain itu, mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan gula menyebabkan produksi AGEs yang dapat menyebabkan kulit Anda menua sebelum waktunya.

4 dari 6 halaman

3. Pencetus Berbagai Penyakit Kronis

Penyakit kronis seperti sakit jantung dipicu oleh konsumsi gula berlebih. Credit: freepik.com

Tak hanya menyebabkan obesitas, gula juga dianggap sebagai pencetus penyakit kronis lain seperti jantung, diabetes tipe 2, dan meningkatkan risiko kanker. Terlalu banyak gula menyebabkan penumpukan lemak yang menyumbat arteri. Selain itu, gula yang menjadi penyebab obesitas, dianggap sebagai faktor utama penyebab diabetes. Mengonsumsi satu kaleng soda yang mengandung 150 kalori gula dapat meningkatkan risiko penyakit kronis di atas. Penelitian menemukan bahwa konsumsi gula tambahan secara positif terkait dengan peningkatan risiko kanker kerongkongan, kanker pleura, dan kanker usus kecil.

5 dari 6 halaman

4. Menguras Energi

Gula tambahan menyebabkan rasa lelah/Credit: pexels.com/Ron

Makanan tinggi gula mampu meningkatkan kadar gula darah dan insulin dengan cepat yang mengarah pada peningkatan energi. Namun, peningkatan energi ini cepat berlalu karena tidak dibarengi dengan konsumsi protein, serat, atau lemak sehat. Memiliki perubahan gula darah yang konstan dapat menyebabkan fluktuasi besar dalam tingkat energi.

6 dari 6 halaman

5. Meningkatkan Risiko Depresi

Gula memberi dampak buruk bagi kesehatan mental/Credit: pexels.com/Ivan

Mengonsumsi makanan olahan yang mengandung gula tinggi seperti kue dan minuman manis meningkatkan risiko depresi. Peneliti percaya bahwa perubahan gula darah, disregulasi neurotransmiter, dan peradangan adalah alasan mengapa gula merugikan kesehatan mental. Hal ini dibuktikan melalui studi yang menunjukkan perempuan dengan asupan gula tambahan yang tinggi memiliki risiko depresi lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki asupan terendah.

Batas normal asupan gula harian adalah 36 gram yang setara dengan 9 sendok teh untuk pria, 24 gram atau 6 sendok teh untuk perempuan, dan kurang dari 24 gram atau 6 sendok teh untuk anak-anak usia 2 hingga 18 tahun. Tambahan gula harus dijaga seminimal mungkin. Bila perlu, lakukanlah diet sehat untuk menjaga asupan gula.

Penulis : Mufiidaanaiilaa Alifah S.