Fimela.com, Jakarta Sea Grain Restaurant & Bar kembali membuka pintunya setelah 'hibernasi' di masa pandemi. Dalam pembukaan kembalinya, Sea Grain Restaurant & Bar memberikan pengalaman baru dengan menyelaraskan perpaduan makanan Barat dan Indonesia.
Salah satu yang paling ditunggu adalah hidangan Tomawahk Steak, yang bagi 'orang lama' juga jadi favorit. Namun kali ini di-twist dengan fusion side-dish dan sambal ala nusantara.
Chef de Cuisine Rendy Reynaldi sendiri yang memotong Tomahawk dengan daging wagyu premium Australia seberat 1,5 kg saat tersaji di meja makan. Sambil meringkas cerita di balik makanan, dari bahan baku sampai cara memasak.
"Andalimannya dari Karo, Sumatera Barat, salah satu bumbu masak lokal yang mahal. Lalu untuk sambal matah, minyak kelapanya homemade dan jus red wine-nya dari 50 liter yang tinggal menyisakan 3 liter setelah diolah," ujar Chef Rendy pekan lalu.
Tingkat kematangan yang disarankan adalah medium rare untuk mendapatkan pengalaman terbaik. Saat kami mem-pairing-nya dengan saus andaliman, terasa sensasi mint di tenggorokan yang menambah kenikmatan.
Begitu juga dengan sambal matah yang tetap terasa light dengan dominasi minyak. Dan tentunya saat daging bertemu dengan 'jodoh' abadinyanya red wine juice yang menyempurnakan makan steak.
"Semua memang enggak dibikin pedas, untuk merangkul selera orang asing, begitu juga dengan semua hidangan yang dibuat light. Karena Tomahawk ini memang jadi favorit para tamu, terutama foreigner yang jadi loyal customer Sea Grain sejak lama," lanjut Chef Rendy.
Saat tiga jenis saus saling melengkapi tanpa ada yang mendominasi, begitu juga dengan opsi side dish yang diberikan. Nasi jeruk yang sedang hist, lawar khas bali yang memakai buncis untuk tetap memanjakan selera internasional, dan grilled baby carrot hasil petani lokal.