Fimela.com, Jakarta Para ilmuwan telah mencipatakan masker luar biasa dan unik dengan fungsi sangat bermanfaat yaitu dapat mengidentifikasi virus pernapasan umum yang dapat tersebar dalam bentuk airdrop (lewat tetesan atau aerosol yang tersebar di udara) seperti virus influenza dan COVID-19. Masker virus buatan para ilmuwan ini memliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi sehingga dapat memperingatkan penggunanya hanya dalam waktu 10 menit melalui perangkat seluler jika ada virus tertentu yang terdeteksi di udara.
Ketika seseorang yang terinfeksi suatu virus melakukan kegiatan seperti berbicara, batuk, atau bersin, ia mengeluarkan bakteri pernapasan dalam bentuk tetesan mikroskopis dan aerosol ke udara yang menyebabkan penyakit seperti influenza, COVID-19, dan H1N1. Molekul yang mengandung virus ini memiliki waktu suspensi yang cukup panjang di atmosfer (udara), terutama aerosol kecil.
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pemakaian masker wajah dapat mengurangi risiko penyebaran dan penularan penyakit. Jadi, kami ingin membuat masker yang dapat mendeteksi keberadaan virus di udara dan mengingatkan pemakainya," kata Yin Fang, seorang koresponden studi yang juga penulis dan ilmuwan material di Shanghai Tongji University seperti yang dilansir dari Liputan6.com yang mengutip dari Livemint.
"Masker kami akan bekerja dengan sangat baik di ruangan dengan ventilasi yang buruk, seperti lift atau ruangan tertutup, di mana risiko terinfeksi tinggi," tambah Fang.
What's On Fimela
powered by
Mampu Mendeteksi Virus COVID-19, H5N1, dan H1N1
Melansir dari Liputan6.com, Fang menambahkan bahwa jika nantinya ada jenis infeksi pernapasan baru yang muncul di masa depan, ia dan timnya akan dengan mudah mengubah desain sensor yang terdapat pada masker ini untuk dapat mengidentifikasinya. Fang dan timnya juga berencana untuk mengoptimalkan desain polimer dan transistor untuk mengurangi waktu deteksi dan secara signifikan meningkatkan sensitivitas sensor.
Selain masker, mereka juga mengembangkan peralatan medis yang dapat dipakai untuk mengobati beberapa penyakit termasuk kanker dan masalah kardiovaskular. Aptamers, yang merupakan sejenis molekul sintesis yang dapat mengenali protein patogen tertentu seperti antibodi yang digunakan untuk membuat sensor kecil.
Fang dan timnya mengubah sensor multi-saluran dalam desain proof-of-concept yang mereka buat sehingga memiliki fungsi lebih baik lagi dan dapat mengenali protein permukaan pada permukaan virus SARS-CoV-2, H5N1, dan H1N1 secara bersamaan.
Dapat Mendeteksi Virus di Udara dengan Cepat
Fang beserta para anggota timnya melakukan pengujian pada masker pendeteksi virus ini dengan menyemprotkan cairan dan aerosol yang mengandung protein permukaan virus pada masker dalam wadah yang tertutup rapat. Melansir dari Liputan6.com, Fang mengatakan bahwa volume cairan yang dihasilkan oleh batuk atau berbicara jauh lebih banyak dibandingkan 0,3 mikroliter cairan yang membawa protein virus.
Berdasarkan jumlah tersebut, orang yang batuk atau berbicara menghasilkan volume cairan sekitar 70 sampai 560 lebih kecil dari volume satu bersin. Meskipun begitu, sensor yang terdapat pada masker ini tetap menimbulkan respons atas virus yang lebih kecil.
Setelah aptamers menautkan ke protein target di udara, transistor ion-gated terkait akan meningkatkan sinyal dan memperingatkan pemakainya melalui telepon mereka. Berkat perangkat baru dan tingkat sensitifnya yang sangat tinggi yang disebut transistor berpintu ion, masker ini memiliki kecepatan tinggi dalam mendeteksi virus di udara bahkan virus dalam ukuran yang sangat kecil.
"Saat ini, para dokter sangat mengandalkan pengalaman mereka dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit. Namun dengan data yang lebih kaya yang dikumpulkan oleh perangkat yang dapat dipakai, diagnosis dan pengobatan penyakit dapat menjadi lebih tepat," ujar Fang.
Penulis: Frida Anggi Pratasya
#Women for Women