5 Alasan Seorang Ibu Kerap Menahan Stresnya Sendiri

Fimela Reporter diperbarui 16 Jan 2023, 12:52 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi ibu bukan berarti terbebas dari segala tekanan. Baik ibu rumah tangga maupun ibu bekerja sama-sama menyimpan beban dan tanggung jawab yang besar dalam mengurus keluarga.

Belum lagi tuntutan untuk menjalani peran ganda: menjadi istri yang baik bagi suami, menyediakan segala keperluan dan kebutuhan rumah tangga, sekaligus mengasuh dan mendidik anak. Tidak jarang semua dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarga dan asisten rumah tangga.

Beban dan tanggung jawab itulah yang membuat ibu rentan mengalami stres atau bahkan depresi jika tidak memiliki manajemen stres yang baik. Keadaan yang memaksa ibu untuk menjadi kuat dan tangguh menyebabkan ibu sering menahan stresnya sendiri.

Selain beban dan tanggung jawab tadi, di bawah ini adalah lima alasan ibu kerap menahan stresnya sendiri.

2 dari 6 halaman

1. Faktor Ambiguitas

Ilustrasi/copyright shutterstock/miya227

Ada banyak alasan kenapa ibu mengalami stres, yaitu tanggung jawab dalam mengurus keluarga, kurang interaksi sosial, memiliki ekspektasi yang besar, dan terbebani dengan ekspekstasinya sendiri sebagai ibu yang baik. Sebenarnya, merasa stres itu normal. Tapi, karena merasa bingung apakah stres yang dirasakan normal atau memang problematik, ibu jadi lebih memilih untuk menahan stresnya sendiri.

3 dari 6 halaman

2. Faktor Kritik Diri Sendiri

Ilustrasi/copyright shutterstock/wavebreakmedia

Bukannya memotivasi, tapi mengkritik diri sendiri biasanya malah membuat kondisi lebih anjlok. Contohnya: "Aku kenapa sih? Masa aku capek sih? Eh, jadi ibu itu nggak boleh ngeluh. Jadi ibu harus bisa semuanya." Dengan tidak menyadari kemampuan/kapasitasnya dan malah mengkritik diri sendiri justru menjadi hal yang paling besar andilnya dalam menahan stres.

4 dari 6 halaman

3. Faktor Lingkungan

ilustrasi/theshots.co/Shutterstock

Support system memegang andil yang sangat penting supaya ibu tidak menahan stres sendiri. Merasa sendiri, ingin diperhatikan, dan ingin disayang, belum lagi label, cap, atau penilaian yang membuat kekhawatiran semakin bertambah. "Bukan ibu yang baik" "Kurang bersyukur" "Bagaimana masa depan anak-anak nantinya kalau ibunya seperti ini?" Pikiran ini pastinya sangat mengganggu dan tidak jarang membuat stres.

5 dari 6 halaman

4. Faktor Depresi

ilustrasidodotone/Shutterstock

Depresi bisa dipengaruhi dari pengalaman masa lalu, perspektif terhadap masalah, dan strategi yang biasa dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Bila tidak mendapat bantuan dan dukungan dari pasangan maupun, stres yang ditahan sendiri bisa berkembang menjadi depresi.

6 dari 6 halaman

5. Faktor What If

Ilustrasi/copyright shutterstock.com/violetblue

Pikiran-pikiran yang sebenarnya hanya ada di pikiran kita saja dan belum terjadi, tapi malah pikiran ini yang bisa mengontrol perilaku seseorang. Contohnya: "Bagaimana jika orang tahu kalau aku lemah dan nggak sanggup melakukan ini semua lagi?" "Bagaimana jika mereka berpikir aku tidak normal?" "Bagaimana jika kelak anak-anakku tidak bahagia hidupnya?"

Ibu, aku tahu semua terasa berat dan kamu menyimpannya sendiri. Tapi, kesehatan mentalmu sangat penting karena kamu adalah jiwa dari sebuah keluarga.

Ditulis oleh: Aulia Oktafia Mahmudah