Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu memiliki keinginan untuk terus menerus bekerja? Semisal sebuah kegiatan baru saja selesai lalu kamu mencari lagi kegiatan lain meskipun agendamu sudah padat? Keinginan untuk terus produktif seperti ini disebut toxic productivity atau dulu lebih dikenal dengan istilah workaholic.
Sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Apalagi dalam kasus toxic productivity ini kamu mengorbankan jam tidur, pola makan, dan tenaga yang dikuras habis-habisan. Meskipun lelah, toxic productivity menimbulkan kepuasaan tersendiri sebab merasa bahwa diri kita produktif sepanjang waktu. Bahkan jika tidak melakukan kegiatan yang padat secara terus menerus maka akan timbul rasa bersalah dalam diri sendiri.
Mindset atau pola pikir agar bisa terus melakukan sesuatu seperti inilah yang akhirnya menimbulkan burnout–kelelahan baik fisik dan mental yang berakibat sangat buruk untuk kesehatan. Dilansir dari LinkedIn, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu coba untuk mengontrol toxic productivity kamu.
What's On Fimela
powered by
Menerapkan Matriks Eisenhower
Orang dengan toxic productivity menjalani hari dengan melakukan aktivitas dari satu agenda ke agenda lain secara terburu-buru, mengerjakan satu tugas mendesak ke tugas mendesak lain. Hal ini membuat kita hanya berfokus pada kepentingan orang lain tanpa memperhatikan kepentingan kita sendiri.
Untuk mengatasinya, cobalah fokus pada hal yang penting dan bukan hanya mendesak. Bedakan antara hal yang penting dan mendesak. Kamu bisa membuat menyusun skala prioritas tugas dengan menggunakan Matriks Eisenhower. Aturannya sederhana: di satu sisi kamu memiliki kepentingan, dan di sisi lain kamu memiliki yang namanya urgensi. Matriks Eisenhower tersusun ke dalam 4 kategori berikut ini:
- Mendesak dan penting
- Tidak mendesak tapi penting
- Mendesak tapi tidak penting
- Tidak mendesak juga tidak penting
Kategori pertama sudah jelas adalah prioritas utama kamu. Kemudian kamu bisa meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan dengan kategori kedua. Untuk kategori tiga dan empat sebisa mungkin dihindari karena berisiko menyedot waktu dan tenaga kamu tanpa memberikan dampak yang berarti.
Menjadwalkan Waktu Bersantai
Setiap harinya luangkan waktu untuk bersantai dari segala pekerjaan, atau paling tidak setiap minggu. Kamu bisa berjalan-jalan santai di luar, meditasi, melihat-lihat langit, atau bahkan mendapatkan waktu tidur yang lebih lama dari biasanya. Melakukan hal ini mungkin akan sedikit mengagetkan bagi kamu yang terbiasa sibuk setiap saat, namun dengan rutin memberikan waktu santai untuk tubuh akan membuat diri kamu terbiasa nantinya. Penting juga untuk mengabaikan ponsel di saat seperti ini karena akan mengalihkan fokusmu, bukannya bersantai malah tetap memikirkan pekerjaan.
Tetapkan Batasan antara Waktu Kerja dan Kehidupan Pribadi
Kunci dari ketenangan hati dan pikiran adalah dengan menyeimbangkan kehidupan kerja dengan kehidupan pribadi atau biasa kita kenal dengan work-life balance. Cobalah untuk tegas pada diri sendiri bahwa pada waktu pribadi tidak ada lagi pembahasan atau bahkan melakukan pekerjaan. Kamu mungkin bisa mengaturnya di jam-jam tertentu, ketika semua anggota keluarga sudah berkumpul, atau pada akhir pekan. Kamu bisa menghabiskan waktu bersama keluarga, melakukan hobi, atau hanya tidur untuk mengistirahatkan tubuh. Dengan begitu esoknya kamu berangkat kerja dengan segar dan bugar dan bukannya stress sebab setiap saat selalu memikirkan pekerjaan.
Toxic productivity memang tidak baik. Sahabat Fimela bisa mulai mengatasinya dengan cara-cara di atas agar memperoleh keseimbangan hidup yang baik dan tidak berujung pada stress dan depresi.
Penulis: Malichatus Sa’diyah