Penularan COVID-19 Rentan Terjadi di Sekolah

Fimela Reporter diperbarui 20 Sep 2022, 11:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Saat ini sudah banyak sekolah yang menerapkan ppembelajaran tatap muka. Meskipun hingga saat ini masih terdapat penularan COVID-19 yang terjadi di Indonesia. rentan terjadi saat jam-jam di luar sekolah bukan pada saat jam belajar di sekolah. Pasalnya terdapat waktu-waktu tertentu dimana siswa tidak ketat menjalankan protokol kesehatan. Misalnya, waktu istirahat, waktu pergi sekolah, dan waktu pulang sekolah.

Dilansir dari liputan6.com, Senin (12/9/2022), Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid. mengingatkan agar pihak sekolah dapat mendorong siswa dan guru untuk mengikuti protokol kesehatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masa pandemi COVID-19. Jika perlu, akan dibentuk tim khusus untuk pengawasan untuk memantau.

Ketika anak berada di sekolah, tanggung jawab terletak pada guru dan pengurus sekolah. Edukasi maupun informasi dapat sekolah tingkatkan dengan poster dan stiker. Dia mengatakan ini karena melihat adanya waktu-waktu dengan protokol kesehatan yang rendah, sehingga sangat rentan bagi siswa terindikasi penularan COVID-19.

Asti kemudian juga mengingatkan jika ada yang mengalami gejala dan dinyatakan positif COVID-19, sudah ada sistem untuk segera melaporkannya ke kecamatan. Jika memang ada orang yang terinfeksi virus corona, seperti murid, staf pengajar maupun pekerja di sekolah, diharapkan bisa segera dilakukan tracing agar dapat memutus rantai penularan guna mencegah penularan ke klaster keluarga.

2 dari 2 halaman

Gejala yang Mirip Dengan Flu

Pada COVID-19 gejala yang muncul biasanya tidak enak badan, demam tinggi, batuk, bersin. Credits: pexels.com by Gustavo Fring

Salah satu varian dari virus COVID-19 yang saat ini beredar di Indonesia adalah Omicron yang biasanya menyerang saluran pernapasan bagian atas. Padahal, sebelum COVID-19, anak-anak rentan terkena penyakit saluran pernapasan atas. Ini jelas menimbulkan pertanyaan bagi orangtua jika anak mereka memiliki gejala. Asti menjelaskan bahwa pada COVID-19 gejala yang muncul biasanya tidak enak badan, demam tinggi, batuk, bersin.

Menurut Asti, karena semuanya menyerupai gejala flu. Penting bagi orangtua untuk bersikap proaktif meski anaknya memiliki gejala seperti flu atau influenza like illness. Namun, perlu diingat bahwa gejala COVID-19 pada anak biasanya ringan atau tanpa gejala. Oleh karena itu, orangtua dianjurkan untuk membawa anak-anak mereka untuk tes COVID-19 untuk mengetahui kondisi status mereka. Karena tidak ada yang salah dengan tes COVID-19.

Jika anak dinyatakan positif COVID-19, orangtua dapat melaporkannya ke sekolah dan akan segera ditindak lanjuti. Hal ini untuk mencegah penyebaran COVID-19 ke komunitas lain. Bahkan jika anak tidak menderita COVID-19, jika mereka memiliki gejala seperti batuk, pilek, atau sakit tenggorokan, mereka dapat beristirahat agar bisa pulih lebih cepat.

dr Yogi Prawira SpA(K), Ketua Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masa pandemi COVID-19 tetap perlu dilakukan. Menurutnya PHBS ini bisa mencegah banyak hal.

Dengan begitu banyak PHBS dan protokol kesehatan, awalnya 3M menjadi 5M menjadi 10M sampai orang-orang sudah pusing. PHBS yang paling efektif adalah menggunakan masker dan yang kedua ventilasi.

Yogi mengatakan, dengan banyaknya protokol kesehatan dan orang yang mulai lelah, perhatian khusus harus diberikan, setidaknya untuk masker dan ventilasi, harus mendapatkan perhatian khusus termasuk dalam hal PTM. Misalnya kalau lagi capek. Paling tidak pakai dua hal ini yaitu masker dan ventilasi. Masker yang dapat kita gunakan adalah masker yang dapat berkompromi dengan kenyamanan dan keamanan.

 

*Penulis: Sri Widyastuti

#Women For Women