Fimela.com, Jakarta Hidup sebagai seorang aktris nasional yang terkenal tak membuat Ava Alessandara bahagia setiap saat. Bahkan tiap kali selesai memainkan sebuah peran, dia selalu butuh waktu menyendiri di sebuah tempat yang ia sebut Heartbreak Motel. Sejak usia 16 tahun menekuni dunia akting yang sangat dicintainya, ada perjalanan penuh liku yang ia alami termasuk perjalanan cintanya sendiri.
Bersama seorang pria, Ava sempat menemukan kebahagiaan. Hanya saja ternyata mempertahankan hubungan sebagai sesama figur publik tidak mudah. Sebuah momen pahit harus diterima Ava dalam hubungan tersebut yang membuat hatinya dan hidupnya terasa tak sama lagi. Kehadiran pria baru dalam hidupnya menghadirkan secercah nyala harapan. Hanya saja tak segala yang tampak indah dan menyenangkan bisa hadir dengan mudah, apalagi jika masih ada rahasia yang disimpan rapat-rapat.
Novel Heartbreak Motel
Judul: Heartbreak Motel
Penulis: Ika Natassa
Cetakan ketiga: Mei 2022
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dalam hidup yang tidak pernah berhenti menyimpan misteri dan menyembunyikan arti, tidak selalu memberikan jawaban atas setiap pertanyaan, dan waktu bergulir—satu jam, satu momen, satu hari, satu minggu, satu bulan—pertanyaan dan permasalahan baru terus lahir sebelum yang lama sempat terurai, Ava menemukan panggilan hati sebagai aktris sejak usianya enam belas tahun. Berpindah dari satu peran ke peran lain—ada yang dia pilih, ada yang memilihnya—Ava berupaya membuat semua yang tidak dipahaminya tentang takdir menjadi terasa masuk akal. Dia tidak peduli bahwa setiap selesai memikul peran, dia harus menyepi, jungkir balik memulihkan diri di ssatu tempat yang disebutnya Heartbreak Motel.
Di ulang tahunnya yang ketiga puluh, dimulai dari tempat itu, pertanyaan-pertanyaan baru menyergapnya tumpang-tindih, dihadirkan oleh tiga lelaki yang mengisyaratkan sekaligus mengecoh masa lalu, masa kini, dan masa depannya.
***
"Tempat asing punya kekuatannya sendiri untuk menghadirkan rasa nyaman. Mungkin karena di situ kau bisa jadi siapa pun yang kau mau, atau mungkin karena tidak ada benda-benda yang menjadi jangkar kenangan-kenangan lama yang tidak perlu diingat lagi."
"Dalam banyak perkara di hidupku, sendiri bukanlah pilihan tapi keniscayaan."
"Waktu itu cuma ruang, peristiwa di dalamnya yang membuat kita mengenal, dan mungkin, memaklumi, memahami, atau justru membenci."
"I'm going to be a protagonist in my own story. Aku mau jadi protagonis dalam hidupku sendiri. I'm going to stop treating my life as a tragedy, because it's not."
"Usiaku bertambah, naifku berkurang, ada hal-hal yang mulai kusadari dalam pekaku yang tak lagi seperti anak kecil. Beranjak dewasa tidak mengubah realitas, ia hanya menyingkap perkara-perkara yang tadinya ada namun luput dari sadar dan rasa."
"Hidup tidak menunggu kau pulih. Waktu tidak berhenti bergulir sementara kau mengobati perih."
Tak banyak orang yang cukup dipercaya oleh Ava. Syukurlah ia punya Lara, sahabat yang selalu ada untuknya dan menjadi sumber kekuatan hidupnya. Bahkan Lara selalu menjadi orang pertama yang memahami isi hati Ava.
Menjaga citra diri bukan perkara mudah bagi Ava. Saat kehidupan pribadinya dikulik dan berbagai hal tentang dirinya jadi bahan hujatan di media sosial, Ava harus bisa bertahan menghadapi itu semua dengan tegar. Ketika dia mengalami tindak pelecehan pun, butuh waktu yang cukup lama bagi Ava untuk membuat sebuah keputusan besar.
Sosok Ava juga mewakili isi hati terdalam banyak perempuan soal pencapaian hidup dan pengakuan. Ada rasa marah, frustrasi, dan kecewa ketika identitas diri hanya dilihat dari "status sedang menjalin hubungan dengan siapa". Pada kenyataannya, seorang perempuan kerap hanya dinilai dari status hubungannya dengan seorang pria, bukan pada prestasi-prestasi diri yang dicapai dengan perjuangan panjang.
Membaca novel Heartbreak Motel, kita juga bisa mengetahui lebih banyak hal menarik soal dunia akting dan berbagai hal teknis terkait proses syuting film. Serba-serbi dunia perfilman dan kehidupan seorang aktris bisa kita lihat dari keseharian dan kehidupan seorang Ava. Serta ada sejumlah poin tentang menjalani kehidupan tanpa harus cemas berlebihan yang dilihat dari konsep risk, reward, dan mitigasi.
Hanya saja butuh kejelian sendiri untuk mengikuti alur cerita yang maju mundur. Ada momen-momen flashback yang diceritakan di masa kini, dan membuat pembaca perlu berhenti sejenak untuk bisa kembali mengaitkannya dengan alur masa kini.
Yang menarik dari novel ini adalah narasi-narasi yang menghadirkan perenunangan soal makna kehidupan, kesepian, perjalanan, dan hubungan. Penggunaan diksi yang indah dalam novel ini juga memberi pengalaman membaca yang berkesan.
Perjuangan untuk bisa berada di momen bisa mencintai sekaligus dicintai, menerima sekaligus diterima, tak selalu mudah. Heartbreak Motel menyajikan cerita yang mewakili kegelisahan perempuan yang berjuang untuk tetap kuat menjalani lika-liku hidup sekaligus menghadirkan senyuman saat kita selesai membacanya.
#WomenforWomen