Varian Lain Dari Covid-19 Tetap Perlu Diwaspadai

Fimela Reporter diperbarui 12 Sep 2022, 18:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Guru Besar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Amin Soebandrio menjelaskan bahwa kemunculan varian lain dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih cukup mengkhawatirkan dan tetap harus diwaspadai. Virus yang terus bermutasi termasuk pada SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, terjadi secara acak (random). Sebab, sebenarnya virus tidak ada untuk menjadi kuat atau lemah.

Dilansir dari liputan6.com, Senin (5/9/2022), proses itu secara alami terjadi setiap kali virus bereplikasi atau bermutasi, memperbanyak diri, maka bisa terjadi kesalahan penyalinan materi genetiknya. Kesalahan itu bisa kecil, bisa besar setiap kali replikasi.

Replikasi baru terjadi apabila virus masuk ke host atau inang yang baru. Sejauh ini, host atau inang nerupakan organisme yang terserang virus corona, yaitu hewan dan manusia. Jika kita bisa mencegah virus itu masuk menemukan host baru, maka struktur replikasi itu akan dikurangi.

Semakin banyak orang yang terinfeksi oleh virus, semakin besar kemungkinan virus itu bermutasi, walaupun 45 persen dari mutasi itu akan menyebabkan virus mati. Sekitar 30 persenan menyebabkan virus tambah lemah dan sekitar 20 persen mutasi itu tidak menyebabkan perubahan apa-apa.

Tapi hanya 4 sampai 5 persen yang mungkin menyebabkan virus itu survive atau bertahan, yang artinya bisa menjadi lebih fit, bisa mengatasi tekanan lingkungannya dari vaksin dan obat. 4 sampai 5 persen ini yang harus kita hadapi.

Diharapkan walaupun masih bermunculan beberapa varian-varian yang yang cukup mengkhawatirkan, tapi dengan rentang waktu tertentu, semakin lama justru akan semakin menurun, baik kemampuan menular maupun virulensinya.

2 dari 3 halaman

Varian yang Melemah

Varian Covid-19 tidak akan lebih berbahaya daripada varian yang beredar saat ini. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan prediksi terkait dengan varian Covid-19 tidak akan lebih berbahaya daripada varian yang beredar saat ini. Prediksi kemunculan varian tersebut diperkirakan terjadi pada 2023.

Hal ini juga dijelaskan lebih rinci oleh Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, varian Covid-19 tidak akan lebih berbahaya karena adanya peningkatan kekebalan antibodi masyarakat Indonesia.

Survei serologi antibodi yang diumumkan pada Juli 2022, ada peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2, yakni dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022.

Kadar antibodi penduduk Indonesia juga meningkat lebih dari 4 kali lipat. Secara ilmiah karena kekebalan sudah terbentuk dari beberapa dosis yang sudah diterima sebagian populasi, maka manifestasi gejala yang ditampakkan pun tidak akan terlalu parah.

Meskipun sudah divaksin, masyarakat diharapkan untuk tetap waspada. Karena tetap ada potensi seseorang terpapar virus. Ditandai dengan adanya reinfeksi, terutama ketika imunitas seseorang sedang lemah akibat aktivitas yang padat. Invasi varian baru maupun karena transmisi komunitas yang juga tinggi, sehingga virus pun akan mudah menginfeksi kembali.

3 dari 3 halaman

Penemuan Kelemahan Utama

Mengungkapkan titik lemah yang sebagian besar tidak berubah. credit @pixabay/jarmoluk

Para peneliti di University of British Columbia, Inggris memberikan kabar terbaru, mereka telah menemukan kelemahan utama di semua varian virus SARS-CoV-2, termasuk subvarian Omikron BA.1 dan BA.2 yang muncul. Kelemahan dapat ditargetkan dengan menetralkan antibodi, yang berpotensi membuka jalan bagi perawatan yang akan efektif secara universal di seluruh varian.

Dr. Sriram Subramaniam mengungkapkan SARS-CoV-2 adalah virus yang sangat mudah beradaptasi dan telah berevolusi untuk menghindari sebagian besar perawatan antibodi yang ada, serta sebagian besar kekebalan yang diberikan oleh vaksin dan infeksi alami.

Riset ini mengungkapkan titik lemah yang sebagian besar tidak berubah di seluruh varian dan dapat dinetralkan oleh fragmen antibodi. Ini bisa jadi fokus kita untuk bagaimana perawatan lebih lanjut sehingga membantu banyak orang yang rentan (terinfeksi Covid-19).

Penemuan ini tertuang melalui riset berjudul, SARS-CoV-2 variants of concern: spike protein mutational analysis and epitope for broad neutralization, yang dipublikasikan di Nature Communications pada 18 Agustus 2022. Riset menggunakan cryo-electron microscopy (cryo-EM) untuk mengungkapkan struktur tingkat atom dari titik rentan pada protein lonjakan virus, yang dikenal sebagai epitop. Studi ini lebih lanjut menjelaskan fragmen antibodi yang disebut VH Ab6 yang mampu menempel dan menetralisir setiap varian Covid-19.

 

*Penulis: Sri Widyastuti

#Women For Women