Fimela.com, Jakarta Rasa malas sering dikonotasikan sebagai kebiasaan negatif yang menghambat produktivitas. Padahal setiap orang memiliki rasa malas dengan cara yang berbeda.
Mengutip dari Bright Side, malas tidak melulu berarti tidak peduli dengan pekerjaan kita atau tidak cukup berusaha untuk mengerjakan sesuatu. Kemalasan menjadi sebuah kebiasaan konstan yang terjadi pada setiao orang.
Menjadi malas bisa membuat produktivitas lebih baik dan bisa membuatmu bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras seperti yang dilakukan orang kebanyakan. Mengapa bisa demikian? Berikut jawabannya.
What's On Fimela
powered by
1. Kemalasan berakar pada alasan
Munculnya kemalasan tentu bukan tanpa sebab. Menurut psikologi, ini bisa dikaitkan dengan ketakutan dan kehilangan harapan karena orang belum menemukan hal atau pekerjana yang benar-benar ingin dilakukan.
Menjadi orang malas tidak sepenuhnya negatif. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan bahwa orang cerdas menghabiskan lebih banyak waktu bermalas-malasan. Akibatnya, orang-orang ini menjadi kurang mudah bosan karena mereka asyik berpikir untuk jangka waktu yang lebih lama daripada yang lain.
2. Kunci produktivias
Beberapa orang mungkin bertanya-tanya apakah perasaan terbaik adalah menjadi produktif sepanjang waktu, tetapi, sayangnya, tidak selalu demikian. Menurut sebuah penelitian, ketika pikiran kita malas, hasilnya adalah kita berpikir tentang masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan dalam proses ini, orang membuka kreativitas dan lebih baik dalam memecahkan masalah.
Saat malas, anpa sadar kita berpikir dan merenungkan tindakan kita, kemudian menemukan solusi atau cara untuk menjadi versi diri kita yang lebih baik. Jangan takut untuk bermalas-malasan sesekali. Penting untuk diam dari waktu ke waktu agar suara-suara di kepala kita bisa tenang. Produktivitas tidak selalu identik dengan berpikir tanpa henti dan bekerja sepanjang hari hanya untuk merasa produktif.
3. Bekerja lebih pintar
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, orang pintar tidak mudah bosan dibandingkan orang lain. Dikatakan demikian, orang-orang seperti ini memiliki kendali penuh atas diri mereka sendiri, bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri, dan apa yang mereka pikirkan ketika pikiran mereka bebas berkeliaran.
Akibatnya, orang pintar bekerja lebih cerdas daripada lebih keras. Bahkan Bill Gates pernah menyatakan bahwa dia lebih suka mempekerjakan orang yang malas untuk mengerjakan tugas yang sulit karena dia percaya bahwa orang yang malas akan menemukan solusi yang mudah dan cepat.
4. Kemalasan relatif sukses
Orang malas lebih suka melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri yang unik daripada mengikuti aturan. Dengan cara ini, mereka bebas untuk berpikir apa pun yang mereka inginkan dan melakukan apa pun yang paling mudah sampai mereka menemukan ide inovatif.
Mereka dapat menghasilkan ide kapan pun mereka mau karena mereka tenang dan bekerja dengan kecepatan mereka sendiri. Bekerja berlebihan dapat merusak produktivitas dan kesehatan mental, itulah sebabnya mereka merasa nyaman dengan waktu dan kecepatan. Mereka juga suka menggunakan setiap alat dan teknologi yang tersedia untuk membantu mereka mempermudah pekerjaan atau menemukan hal-hal baru untuk memaksimalkan waktu dan tenaga.
5. Malas membawa kenyamanan dalam batas tertentu
Kemalasan memunculkan kreativitas batin. Kita menjadi inovatif dan pintar bahkan ketika pikiran kita berpacu dan menatap kosong pada semua yang kita lihat. Ini menguntungkan kita dalam beberapa hal, seperti menemukan strategi yang efisien dan efektif, memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia, membayangkan hal-hal berbeda yang akan mengarah pada refleksi diri, dan menghasilkan solusi yang lebih baik tentang bagaimana menjadikannya benar atau lebih baik.
Meskipun memiliki semua manfaat menjadi malas, penting untuk diingat bahwa kemalasan bermanfaat sampai batas tertentu. Melakukannya secara berlebihan dapat berdampak negatif pada gaya hidup dan pola pikir seseorang; tidak pernah merupakan ide yang baik untuk tinggal terlalu lama dan merasa terlalu nyaman.