Fimela.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengungkapkan bahwa kondisi pasien pertama cacar monyet di Indonesia mulai membaik. Kabar ini disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril. Meskipun begitu, pasien tersebut masih dalam proses pemulihan sehingga saat ini masih melakukan isolasi.
"Alhamdulillah sudah membaik tetapi tetap isolasi," kata Syahril ketika ditemui di Gedung Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dikutip dari Liputan6.com.
Melansir dari Liputan6.com Syahril menjelaskan seseorang yang terpapar cacar monyet akan dinyatakan sembuh apabila gejala klinis yang dihadapi membaik, bintil-bintil mengelupas, serta mengering dan diganti dengan kulit yang baru. Selain itu, tidak disertai dengan gejala lain yang timbul akibat terkena cacar monyet, sehingga tidak perlu melakukan PCR lagi.
Dinas kesehatan juga melakukan pemeriksaan terhadap keluarga pasien cacar monyet yang melakukan kontak erat. Kelima orang yang diperiksa tersebut dinyatakan tidak tertular cacar monyet atau monkeypox.
Selain itu, Syahril juga menyinggung soal kasus suspek cacar monyet yang ada di Sulawesi Selatan. Menurutnya semua kasus suspek telah dinyatakan negatif, meskipun gejalanya mirip dengan cacar monyet. Sejak ditemukannya kasus pertama cacar monyet di Indonesia, Kemenkes telah melakukan berbagai antisipasi salah satunya dengan pengawasan ketat terhadap masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri.
"Kita sudah siap sejak awal dengan kewaspadaan edukasi dan sosialisasi di masyarakat, waspada untuk menghindari orang-orang yang ada lesi. Pengetatan beda sama Covid, kalau Covid bisa antigen atau PCR. Kalau cacar monyet pengetatannya dari suhu kemudian dari dukungan riwayat perjalanan." dikutip dari Liputan6.com
Kasus pertama cacar monyet di Indonesia
Sebelumnya Kemenkes RI telah mengumumkan kasus pertama cacar monyet di Indonesia dengan pasien seorang pria asal DKI Jakarta pada Sabtu, 20 Agustus 2022. Pria tersebut memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri seperti Belanda, Prancis, Swiss, dan Belgia.
Saat itu, pria tersebut tiba di Jakarta pada 8 Agustus 2022, kemudian ia merasakan gejala demam pada 14 Agustus, serta 16 Agustus muncul gejala lain seperti ruam atau lesi di telapak tangan, kaki, dan area sekitar alat genitalia.
Menurut Syahril pasien tersebut mengalami gejala ringan sehingga hanya melakukan isolasi mandiri di tempat tinggalnya. Ia juga mengatakan bahwa pasien cacar monyet tidak perlu melakukan isolasi layaknya pasien Covid-19 karena tidak perlu bertekanan negatif ruang isolasinya.
“Gejalanya demam, ruam di telapak tangan, kaki dan di sekitar alat genital. Gejalanya ringan dan pasien tidak perlu rawat inap,” kata Syahril saat itu dikutip dari Liputan6.com.
Vaksin cacar monyet
Vaksin merupakan salah satu cara untuk menanggulangi penyakit infeksi, namun tidak semua pengobatan penyakit perlu menggunakan vaksin. Sampai hari ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memberikan anjuran terkait penggunaan vaksin untuk mengurangi penularan cacar monyet atau monkeypox di berbagai negara.
Syahril menuturkan bahwa vaksinasi cacar yang pernah dilakukan dulu masih efektif untuk melindungi diri dari penularan cacar monyet, sehingga vaksin khusus untuk cacar monyet masih belum begitu perlu untuk dilakukan sekarang.
Melansir dari Liputan6.com Ketua Satgas Monkeypox PB IDI Dr Hanny Nilasari, SpKK mengatakan bahwa sampai dengan hari ini di Indonesia terdapat satu kasus konfirmasi, satu suspek, satu kasus kontak erat, dan 32 lainnya discarded.
Ia juga menambahkan bahwa pasien pertama yang terkonfirmasi positif cacar monyet sudah lepas pari pantauan Kemenkes karena gejala yang dialami sudah mulai membaik. Kemudian terkait dengan kasus suspek yang ditemukan bukan berasal dari kontak erat pasien pertama cacar monyet.
“Artinya, yang satu kasus terkonfirmasi ini berdasarkan hasil penelitian atau observasi secara klinis dan pemeriksaan PCR yang sudah dilakukan. Sampai saat ini, (pasien positif) masih dalam pantauan dari dinas kesehatan.” tutup Hanny.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women