5 Tips Mendampingi Anak yang Mulai Banyak Akal dengan Sabar

Fimela Reporter diperbarui 16 Jan 2023, 21:31 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi orangtua, mengasuh anak yang mulai memasuki usia remaja menjadi tantangan tersendiri. Ketika beranjak remaja, anak cenderung nakal, bicaranya kasar, dan mulai melakukan hal aneh yang berbeda dari biasanya.

Bisa jadi ini terjadi karena anak sedang menghadapi tekanan dari teman sebayanya, dimana anak akan diterima oleh lingkungannya jika melakukan hal yang sama dengan mereka.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk mendampingi anak yang mulai nakal karena mendapat tekanan dan pengaruh negatif dari lingkungan sebayanya. Ini diantaranya.

2 dari 6 halaman

1. Bantu Anak Membedakan

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Bantu anak untuk bisa membedakan mana hal yang pantas dilakukan dan mana yang berisiko tinggi jika dilakukan. Dampingi terus anak dan beri pengarahan. Jangan bosan untuk terus mengajarkan dan mengingatkan anak tentang mana yang baik dilakukan dan yang tidak.

3 dari 6 halaman

2. Arahkan Anak untuk Menolak

Arahkan anak untuk menolak/copyright shutterstock.com

Ajarkan anak mengenai penolakan. Jika anak sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak, maka anak akan bisa memilih untuk mengikuti atau menolak ajakan teman. Jika pengaruh atau ajakan teman tidak baik, arahkan anak untuk berani berkata ‘tidak’.

4 dari 6 halaman

3. Bangun Rasa Percaya Diri Anak

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Pelan-pelan, bangun rasa percaya diri anak. Beri afirmasi positif dan pujian yang tidak berlebihan. Anak yang punya rasa percaya diri yang tinggi tidak akan gampang terpengaruh oleh ajakan teman, sekalipun temannya memaksa atau hampir semua temannya melakukan hal tersebut.

5 dari 6 halaman

4. Ajari Prinsip Pertemanan

Mengajari anak tentang perbedaan/copyright shutterstock.com

Orang tua mungkin berpikir jika ini tidak perlu, padahal mengajarkan prinsip pertemanan kepada anak sebenarnya penting. Ajarkan anak untuk punya prinsip dalam menjalani kehidupan pertemanan: batas-batas dalam pertemanan, sejauh mana anak boleh mentolerir hal buruk dalam pertemanan, dll.

6 dari 6 halaman

5. Menjadi Berbeda Itu Tidak Apa-Apa

Memberi pemahaman pada anak tentang makna berbeda/copyright shutterstock.com

Membangun percaya diri anak sudah, sekarang yakinkan anak bahwa menjadi “berbeda” itu bukan hal yang buruk, justru dengan berbeda anak punya keunikan tersendiri. Tidak apa-apa untuk tidak mengikuti teman atau tidak mudah terpengaruh dengan apa yang kebanyakan teman lakukan. Semua tergantung pada kenyamanan dan kemauan anak sendiri.

Jadi, peran orangtua dalam mengarahkan anak dan mengajarkan tentang prinsip pertemanan sangat penting untuk bisa membantu anak terhindari dari hal-hal yang tidak baik.

Ditulis oleh: Aulia Oktafia Mahmudah