Siapa Saja yang Bisa Mendapatkan Vaksin Cacar Monyet?

Fimela Reporter diperbarui 06 Jan 2023, 15:53 WIB

Fimela.com, Jakarta Penerima vaksin cacar monyet atau monkeypox akan ditargetkan kepada orang-orang dengan kriteria tertentu dan tidak akan dilakukan secara massal. Hal ini dijelaskan langsung oleh Ketua Satuan Tugas atau Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dokter Hanny Nilasari, SpKK.

Dilansir dari liputan6.com, Selasa (30/8/2022), Hanny selaku Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan bahwa vaksin cacar monyet bisa mengakomodasi untuk seluruh populasi yang memiliki kontak erat. Vaksin cacar monyet sendiri tidak diindikasikan untuk diberikan secara massal. Ia juga menyampaikan ada dua jenis vaksin cacar monyet yakni post-exposure dan pre-exposure.

Hanny mengatakan bahwa Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia sedang melakukan konsolidasi untuk memberikan rekomendasi tentunya vaksin yang terbaik untuk dipilih oleh Kementerian Kesehatan. Menurutnya sampai saat ini masih belum ada vaksin cacar monyet yang direkomendasikan karena divisi tata laksana masih akan berkonsolidasi dan memfinalisasi hasil kajiannya di pekan ini. Hal ini dikarenakan untuk vaksin generasi pertama tidak diindikasikan, sehingga sekarang sekarang sedang dalam kajian kami adalah vaksin generasi kedua dan ketiga.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan bahwa vaksin memang salah satu cara penanggulangan penyakit infeksi. Namun, hingga saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memberi anjuran ke berbagai negara untuk mengadakan vaksinasi massal cacar monyet layaknya Covid-19.

2 dari 2 halaman

Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Pemerintah mulai menargetkan masyarakat yang akan mendapatkan vaksin cacar monyet / Credits: pixabay.com by Alexandra_Koch

Dijelaskan pula oleh Hanny bahwa sejauh ini Indonesia mencatat satu kasus konfirmasi, satu suspek, satu kasus kontak erat, dan 32 lainnya discarded cacar monyet. Artinya, yang satu kasus terkonfirmasi ini berdasarkan hasil penelitian atau observasi secara klinis dan pemeriksaan PCR yang sudah dilakukan. Sampai saat ini, pasien positif masih dalam pantauan dari dinas kesehatan.

Untuk kasus suspek dan kontak erat sudah diminta untuk menjalani isolasi mandiri. Sedangkan, pada pasien pertama cacar monyet di Indonesia, manifestasi kulit dan gejala subjektif lainnya tidak terlalu berat, sehingga dimungkinkan untuk isolasi mandiri. Syarat dari isolasi mandiri adalah bisa tetap menjaga bahwa dia tidak banyak berkontak dengan orang luar. Pasien juga perlu bisa memastikan bahwa dirinya bisa masuk dalam satu kamar khusus dengan kamar mandi yang khusus, kemudian ventilasinya juga harus baik.

Pada kesempatan yang sama, Mohammad Syahril mengatakan kondisi pasien pertama cacar monyet sudah membaik. Syahril berpendapat bahwa seseorang yang terkena cacar monyet dinyatakan sembuh jika gejala klinisnya membaik, bintil-bintil mengelupas, mengering dan diganti kulit baru, tidak ada gejala lain, dan tidak diperlukan PCR ulang.

Keluarga dari pasien pertama sudah menjalani tracing. Kontak erat yang terdiri dari 5 orang sudah dites dan tidak ada yang positif cacar monyet. Ia juga menyinggung soal kasus suspek yang ada di Sulawesi Selatan. Mengapa hal ini disebut sebagai suspek, karena gejalanya yang mirip dengan cacar monyet, tetapi sudah dinyatakan negatif cacar monyet.

Kemenkes sudah melakukan kewaspadaan edukasi dan sosialisasi di masyarakat sebelum kasus pertama ditemukan. Sejalan dengan ini, pengetatan demi pencegahan cacar monyet berbeda dengan Covid-19, jika Covid-19 bisa dilakukan dengan antigen atau PCR. Kalau cacar monyet pengetatannya dari suhu kemudian dari dukungan riwayat perjalanan hal ini berlaku bagi pelaku perjalanan luar negeri.

 

Penulis: Sri Widyastuti

#Women For Women