Lady Boss: Sudut Pandang Unik Agnes Yuliavitriani Bangun Platform Donasi, Manfaatkan Tren Terkini

Nizar Zulmi diperbarui 31 Agu 2022, 10:48 WIB

Fimela.com, Jakarta Semangat membantu sesama sepertinya sudah masuk ke dalam DNA kita sebagai orang Indonesia. Kebiasaan ringan tangan dan gotong royong ini pun harus terus dilestarikan melalui berbagai cara dan media termasuk platform donasi. Agnes Yuliavitriani termasuk salah satu yang tergerak untuk memberi fasilitas tersebut.

Berbekal niat baik untuk membantu lebih banyak orang, Agnes menggagas platform donasi ayobantu.com. Ia menjabat sebagai CEO dan mulai mengembangkan platform tersebut di tahun 2020. Dan pastinya setiap perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil. Begitupun ayobantu.com yang proses lahirnya tercetus dari gagasan para anggota komunitas olahraga Agnes dan kawan-kawan.

"Awal mulanya sebenarnya karena teman-teman komunitas-komunitas olahraga. Kebetulan saya suka banget olahraga lari. sepeda bahkan triathlon. Di olahraga seperti yang kita ketahui pasti ada komunitasnya dan di komunitas-komunitas tersebut teman-teman saya peduli dan sering banget galang dana kumpulin donasi untuk tujuannya bantu sesama jadi tercetuslah ayobantu.com," ujar Agnes Yuliavitriani dalam sesi wawancara khusus dengan FIMELA belum lama ini.

Berbeda dari platform sejenis, ayobantu.com yang berangkat dari komunitas mengandalkan aktivasi menarik untuk menggalang dana, di antaranya event olahraga, bincang Cryptocurrency dan NFT. Dengan begitu campaign bisa berjalan beriringan antara yang online dan aktivitas langsung. 

Pemanfaatan tren terkini sebagai bagian campaign diharapkan bisa menjangkau lebih banyak orang dengan bantuan media sosial. Di saat yang sama hal tersebut juga berpotensi meningkatkan motivasi generasi muda untuk berderma.

Lady Boss: Agnes Yuliavitriani (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

"Kunci startup itu kan salah satunya ngikutin generasi yang muda. Harapannya kita bisa sustainable, jadi berkesinambungan dengan anak muda yang ikut semangat campaign untuk galang dana. Mau nggak mau harus bergaul dengan anak muda karena point of view-nya bisa beda banget. harus keep up dengan banyak ngobrol. dan ngikutin trend," jelasnya. 

Tantangan tentu juga dirasakan Agnes dalam membangun sebuah platform baru, apalagi saat itu ayobantu.com dilahirkan di tengah pandemi. Ketimbang hanya bisa mengeluh, ia dan timnya memilih untuk berbuat sesuatu yang nyata untuk membantu sesama.

"Sesimpel saya pengen bantu orang. Kan ada orang yang kritik ke orang lain atau bahkan ke pemerintah gitu kenapa gini kenapa gitu, kenapa pemerintah nggak bisa bikin lapangan pekerjaan nih buat para pengangguran dan gelandangan. Daripada kita kayak gitu lebih baik kita bergerak, jadi lebih puas karena saya bisa melakukan sesuatu nggak hanya nggrundel," jelasnya.

Beberapa insight menarik dituangkan Agnes Yuliavitriani dalam sesi wawancara ini. Selain jadi CEO, ia juga merasakan tantangan sebagai ibu rumah tangga yang juga punya mimpi untuk diwujudkan. Simak hasil kutipan wawancara selengkapnya berikut.

2 dari 3 halaman

Membantu dengan Strategi Unik

Lady Boss: Agnes Yuliavitriani (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Boleh diceritakan bagaimana awal mula terbentuknya ayobantu.com?

Awal mula terbentuknya Ayo bantu.com itu sebenarnya karena teman-teman komunitas-komunitas apa ya kamu olahraga karena Kebetulan saya suka banget olahraga olahraga lari sepeda makanan triathlon di olahraga tersebut itu seperti yang kita ketahui pasti ada komunitasnya dan kebetulan di komunitas-komunitas tersebut teman-teman saya peduli dan sering banget galang dana kumpulin donasi untuk tujuannya bantu sesama jadi teruslah ayobantu.com

Urgency apa yang dirasa jadi pemicu untuk menggagas platform tersebut?

Urgency-nya sih waktu itu karena teman-teman ini kesulitan ya untuk transparansi dananya. Dari teman-teman sendiri pasti kan sibuk masing-masing, kalau ditransfer jadi satu ke rekening pribadi itu kan agak rancu dan beresiko bercampur dengan pemasukan dan pengeluaran. Nah di situlah ayobantu.com menjadi solusi dengan adanya platform ini temen-temen komunitas bahkan di luar komunitas juga bisa berdonasi menggunakan metode pembayaran apapun itu fleksibel banget dari mulai dompet digital kemudian virtual account kemudian transfer bank apapun itu mereka fleksibel, nominalnya juga bervariasi mulai dari 10000 pun bisa. Kemudian dari sisi pelaporan penyaluran dana nya itu teman-teman komunitas sangat terbantu. Kalau teman-teman mau buka website kami itu tuh laporannya sangat transparan bisa dilihat deskripsinya bagaimana. Kami hadir untuk mempermudah para komunitas ini menggalang dana dan donasi.

Di masa-masa awal tantangan apa saja yang dirasakan?

Sulit banget sih. Masa penyesuaian selalu sulit ya apalagi 2020 awal itu kita dihantam pandemi yang mengharuskan kita meeting harus online. kemudian bentuk tim rekrutmen harus online. Itu kan masalah yang baru ya. Kita adjustment-nya ngga cuma soal membangun platform ini aja, tapi juga tantangan tersendiri membentuk tim kala pandemi.

Bagaimana cara Anda memperkenalkan platform baru?

Selain dari mulut ke mulut, dari komunitas ke komunitas, kami juga lewat sosial media ya. Kebetulan saya dibantu oleh temen-temen influencer yang mereka juga menggalang dana terus jadi kan nama ayobantu.com linknya tersebar ya di sosial media mereka dari situ sih mulai dari situ.

Seberapa perlu untuk mengikuti tren?

Kunci startup itu kan salah satunya ngikutin generasi yang muda. Harapannya kita bisa sustainable, jadi berkesinambungan dengan anak muda yang ikut semangat campaign untuk galang dana. Mau nggak mau harus bergaul dengan anak muda karena point of view-nya bisa beda banget. Harus keep up dengan banyak ngobrol dan ngikutin trend

Peran media sosial sejauh mana terhadap perkembangan platform Anda?

Saya merasa sosmed sangat penting karena pertama sebagai wajah, udah seperti company profile di zaman sekarang. Di situ juga orang bisa melihat ayobantu udah ngapain aja, ada track recordnya. Selain itu kita juga lebih mudah umumin campaign dengan bantuan media sosial. Jadi memang penting banget.

Lady Boss: Agnes Yuliavitriani (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Sempat ada keraguan saat akan memulai semua ini?

Keraguan itu datangnya dari teman-teman terdekat sebenarnya, mereka  kasih saya nasehat karena kita di awal pandemi, Kemudian teman saya ini komentar ‘kamu yakin mau buka platform donasi? emang ada yang masih mau donasi kan mereka buat makan sendiri susah, usaha juga udah berguguran. Untuk mereka sendiri aja sulit, masa mereka mau mikirin orang lain?

Tapi nyatanya nggak. Komunitas malah lebih giat bikin acara virtual seperti sepedaan gowes virtual. Waktu itu campaign-nya untuk tenaga medis karena kita tahu sendiri waktu itu parah dan kekurangan alat-alat untuk mereka APD dan sebagainya. Teman-teman komunitas malah semakin gencar dan puji tuhan nih yang donasi juga banyak karena kita yang hidup di Indonesia ya Indonesia ini kan negara yang gotong royongnya, saling bantunya itu kuat banget gitu ya syukurlah Sampai sekarang masih berjalan dan semoga masih berkembang terus.

Jadi apa keunggulan terbesar yang dimiliki ayobantu.com dibanding platform lain?

Keunggulan ayobantu.com itu dibanding platform sejenis adalah mungkin optimasi campaign-nya ya, kami lumayan unik karena kami berbasis komunitas. Kami sering ada event activation. selain itu juga ngajak Ayo olahraga bareng gitu jadi Kami merasa uniknya di situ sih.

Apa mimpi yang ingin Anda wujudkan untuk ayobantu.com?

Saya punya mimpi semoga ayobantu.com menjadi top of mind bagi masyarakat Indonesia untuk galang dana dan donasi.

Apa cerita paling berkesan tentang orang yang terbantu melalui platform ini?

Yang paling membekas adalah seorang ODGJ di Bali yang dipasung.  Karena di pelosok Bali jauh dari Puskesmas, apalagi dokter jiwa, jadi keluarganya nggak tahu kalau dia punya gangguan jiwa. Orang percaya kalau dia kerasukan, jadi instead of diberi pengobatan dia justru dipasung, diborgol dan dirantai ke tanah gitu. Ada juga yang sampai dikerangkeng, jadi makan dan buang air di situ selama bertahun-tahun.

Waktu itu kita adain event Ultra Run 50km di Bali. Jadi H-1 event kita mengunjungi pasien tersebut. Ya ampun kasihan banget. Setelah mereka diberi pengobatan intensif, perubahan mereka drastis. Selang waktu berlalu kami diberi kabar, dikasih lihat perubahannya kayak make over, karena mereka yang tadinya kotor nggak terawat jadi dicukur dan lebih bersih. Dia juga bisa ngobrol dan bisa sebut namanya siapa. Dari situ kepikiran bahwa kita harus sering melakukan ini.

3 dari 3 halaman

Terus Mengupgrade Diri

Lady Boss: Agnes Yuliavitriani (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Kenapa Anda akhirnya berani menjabat sebagai CEO? 

Selain CEO saya sering terjun juga menjadi fundraiser. Bagi saya ada kesan tersendiri jika saya melakukan sesuatu untuk membantu mereka. Ingin bisa membantu lebih banyak orang, bisa memberi kemudahan kepada penerima donasi, donaturnya sendiri dan yayasan mitra. Jadi dengan menjadi CEO harapannya bisa memberi impact yang lebih besar lagi.

Kan ada orang yang kritik ke orang lain atau bahkan ke pemerintah gitu kenapa gini kenapa gitu, kenapa pemerintah nggak bisa bikin lapangan pekerjaan nih buat para pengangguran dan gelandangan. Daripada kita kayak gitu lebih baik kita bergerak, jadi lebih puas karena saya bisa melakukan sesuatu nggak hanya nggrundel (mengeluh).

Sejauh mana olahraga berdampak terhadap keseimbangan hidup Anda?

Jadi ibu rumah tangga dan CEO itu lumayan hectic kita perlu atur waktu kita perlu terus update berita dari tim kalau ada masalah, jadi ibu rumah tangga juga anak saya tiap hari sekolah harus dipersiapkan. Olahraga itu menjadi obat saya buat me time. Kalau lari. kalau gowes itu kayak ada rasa tenang gitu yang bikin saya semakin tenang, terus jadi moodbooster juga sehari-hari kalau nggak olahraga ya sehari itu bakal cranky sih.

Apa saja yang Anda lakukan untuk menguipgrade diri dalam lingkup karier atau keluarga?

Kalau saya suka ikut training ikut kelas-kelas komunikasi. Bahkan saya ambil Diploma guru karena saya suka banget ngajarin anak-anak. Ngajarin anak bikin PR minimal, kemudian ngajarin skil-skil juga. Jadi saya upgrade skill dan pengetahuan saya dengan training baik online maupun offline.

Semangat membantu sesama, apakah juga sudah ditularkan ke anak?

Sudah mulai diajarkan. Jadi mereka saya kasih liat video-video orang yang perlu dibantu, atau sesimpel di pinggir jalan ada bapak-bapak kasian, lebih ke masukin cerita. Kadang kita ada baksos ke panti asuhan mereka saya libatkan untuk milih-milih mau kasih mainan yang mana. Pelan-pelan mulai diperkenalkan.

 

Lady Boss: Agnes Yuliavitriani (Foto: Bambang E Ros, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Siapa dan bagaimana support system membantu Anda dalam berkarier?

Support system, paling utama suami ya, karena dia sangat mendukung dari awal, beliau sering banget ngasih ide, masukan. Karena dari nol banget jadi CEO, suami saya sangat suportif dan ajarin juga. Ada tim ayobantu.com juga yang membantu menjalankan program-program dan mewujudkan mimpi bersama.

Bagaimana cara Anda menjaga work-life balance?

Yang pasti punya support system yang baik, dan kita harus tahu prioritas. Kemudian kita juga harus bisa berkomunikasi dengan baik untuk mengatur waktu dan kegiatan. Misalnya pagi nyiapin anak berangkat sekoilah, siang-sore untuk pekerjaan, sore-malam untuk keluarga. Jadi ada hal-hal yang ga bisa diganggu gugat, harus belajar untuk say no dan lebih disiplin juga.

Apa prinsip hidup yang Anda pegang teguh dalam karier dan kehidupan?

Setiap orang punya jatah kegagalan masing2, setiap gagal optimis aja bahwa ini memang saatnya gagal. berati saya harus memperbaiki sesuatu untuk sukses. Kalo  masih gagal lagi berarti jatah gagal itu berkurang, harus yakin akan berhasil.

Apa motivasi terbesar Anda untuk bangkit dari momen-momen tersulit dalam hidup?

Apapun itu kalau misal rasanya berat hela napas aja kemudian katakan diri sendiri kita bisa kita pasti bisa nih bangkit dari keterpurukan ini pelan-pelan aja nggak nggak harus besok candi ini harus terbangun gitu kita bukan Roro Jonggrang, jadi sebisa mungkin nikmati prosesnya. Saya merasa hadiah itu ada di proses saat kita menuju sesuatu, jadi proses itu harus kita nikmatin. Sampai ketika kita di titik yang kita inginkan udah tercontreng, rasanya luar biasa sih.