Fimela.com, Jakarta Selain leukemia, Retinoblastoma atau kanker bola mata termasuk kanker yang sering dijumpai pada anak, di bawah usia 4 tahun. Orangtua pun bisa mengenalonya lewat gejala awal.
Konsultan Pediatrik Oftalmologi dari RSCM, Dr Julie D Berliana SpM(K)), M.Biomed mengatakan gejala awal bisa ditemukan di satu atau dua mata. Namun, jika genetika biasanya terjadi pada dua mata.
“Di RSC 30-40 kasus baru per tahun. Biasanya kasusnya sudah berat, tumor sudah keluar dari bola mata. Data tersebut menunjukkan deteksi dini belum dijalankan dengan baik,”paparnya.
Studi pada 153 negara, meunjukkan rata-rata didiagnosis di usia 14,5 bulan di negara maju. Di negara miskin dan berkembang rata-rata baru terdiagnosis di usia 30,5 bulan atau usia hampir 3 tahun.
Gejala paling sering ditemui, manik mata atau bintik putih (leukoria) yang bila terkena sinar akan bersinar, Bintik putih ini bisa di satu atau dua mata sekaligus. 62% kasus memiliki gejala ini.
Gejala lainnya seperti mata merah, mata menonjol, juling. (strabismus) Gejala tersebut harus diwaspadai jika ditemukan pada anak usia 1-3 tahun, apalagi ada riwayat retinoblastoma di keluarga, atau ada infeksi saat kehamilan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan diagnosis. Semakin dini ditemukan, maka semakin cepat diberikan terapi dan kualitas hidup anak bisa membaik.
Terapi radiasi pada kanker mata
Prof. Dr. dr. Soehartati Gondowiardjo Sp.Rad (K) onk.Rad mengatakan terapi kanker mata ini bisa dengan terapi radiasi yang menggunakan sinar pengion/energi nuklir untuk mengobati penyakit kanker.
Sinar memiliki sofat tidak berbau, berwarna, atau berbau dan tidak kelihatan. Radioterapi pada pasien kanker tidak sama dengan radioterapi pada orang dewasa. Mayoritas tumor anak sangat sensitif pada radioterai sehingga dikhawatirkan efek lanjut pasca radiasi. Misalnya gangguan pertumbuhan.
“Namun radioterapi harus dilakukan untuk kasus retinoblastoma karena belum ada terapi pengganti,” paparnya.
Meksipun begitu, pemberian radioterapi tetap mempertaimbangakan antara manfaat dan efek sampingnya. Efek samping yang dikhawatirkan adalah terjdi gangguan pertumbuhan di rongga orbital.
" Kalau lesinya masih kecil, kornea dan lensa bisa dilindungi dari efek sinar pengion. Jika tumornya besar, maka semua bagian mata tidak ada yang bisa diselamatkan dan efek samping hingga ke rongga orbital," tambahnya.
Pencegahan Retinolastoma
Pencegahan bisa dilakukan mulai dari pola makan sehat sejak hamil, rutin ceek mata bayi setelah lahir jika ada riwayat retinoblastoma di keluarga, serta asien dengan riwayat retinoblastoma di keluarga disarakan menjalani konseling genetik sebelum hamil.
Pemeriksaan dini bisa dilakukan di Puskesmas, petugas kesehatan cukup membuka mata bayi untuk melihat keberadaan bitnik putih di bola mata. Orangtua juga mesti memantau, misalnya di usia 3 bulan apakah bayi sudah bisa melihat dengan jelas, ditandai dengan bayi bisa mengikuti gerakan benda atau meraih benda.
Cek kelainan mata bayi dan balita tidak tidak hanya bermanfaat untuk deteksi dini retinoblastoma. Beberapa kasus balita dengan penglihatannya berkurang, ternyata berkaitan dengan leukemia. Atau mata menonjol keluar ternyata ada massa tumor yang mendesak bola mata.
#women for women