4 Perbedaan Tes PCR Cacar Monyet Dengan Covid-19 Beserta Bahaya dan Gejala Virusnya

Fimela Reporter diperbarui 09 Sep 2022, 15:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Setelah adanya satu pasien yang terkonfirmasi terjangkit virus cacar monyet, tes PCR untuk cacar monyet pun mulai digencarkan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI) yang sudah menyiapkan lebih dari 1000 reagen untuk tes PCR cacar monyet ini. Melansir dari Liputan6.com, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Mohammad Syahril menjelaskan mengenai PCR cacar monyet.

Tes cacar monyet diketahui dapat dilakukan dengan dua cara, yakni melalui tenggorokan sama seperti tes PCR COVID-19, dan melalui lesi kulit. 

“Pemeriksaan PCR monkeypox ini berbeda dengan pemeriksaan PCR COVID-19. PCR monkeypox dilakukan dengan swab pada ruam-ruam yang ada di tubuh pasien,” ujar Jubir Syahril. Mengutip dari Liputan6.com.

Berikut merupakan perbedaan tes PCR cacar monyet dan COVID-19 serta bahaya dan gejala virus cacar monyet;

2 dari 4 halaman

4 Perbedaan Tes PCR Cacar Monyet dan COVID-19

Simak 4 Perbedaan Tes PCR Cacar Monyet dengan COVID-19 beserta bahaya dan gejalanya! (unsplash.com/JC Gellidon).

1. Lokasi Swab

Seperti yang sudah disampaikan oleh Jubir Kemenkes RI, tes PCR cacar monyet dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama yaitu melalui tenggorokan, sama seperti tes PCR COVID-19, dan cara kedua yaitu melalui ruam yang ada pada kulit.

2. Waktu Tes

Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI) sudah menyiapkan lebih dari 1000 reagen untuk tes PCR cacar monyet. Pemeriksaan status cacar monyet dapat dilakukan apabila mulai timbul gejala seperti ruam pada kulit yang dicurigai sebagai monkeypox.

Perbedaan antara cacar monyet dengan COVID-19 juga terdapat pada penanganan pasien positifnya. Pasien positif cacar monyet tidak memerlukan ruang isolasi sebagaimana pasien COVID-19, karena penanganan pasien positif cacar monyet lebih fokus pada meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala jangka panjang.

Untuk melakukan hal itu, Jubir Syahril mengatakan bahwa pasien positif cacar monyet harus diberi cairan obat serta makanan yang dapat mempertahankan gizi pada tubuh. Pasien yang tidak memiliki penyakit bawaan lain juga dikatakan dapat sembuh dengan sendirinya.

3. Tempat Tes

Berbeda dengan tes PCR COVID-19 yang sudah bisa dilakukan di seluruh laboratorium rumah sakit Indonesia, tes PCR cacar monyet baru bisa dilakukan di dua tempat, yaitu di laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes dan laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB). Untuk meningkatkan upaya penggencaran tes PCR cacar monyet, sedang dilakukan proses penambahan 10 laboraturium untuk melakukan tes PCR cacar monyet.

4. Efektivitas

Proses penularan cacar monyet yang melalui kontak darah, cairan tubuh, lesi kulit atau mukosa yang terinfeksi membuat tes PCR cacar monyet yang dilakukan melalui lesi kulit memiliki hasil yang lebih efektif dibanding melalui tenggorokan seperti tes PCR COVID-19. Hal ini terjadi karena virus cacar monyet berkembang biak pada ruam-ruam di tubuh pasien. Oleh karena itu, status cacar monyet tidak efektif jika dites pada tenggorokan seperti COVID-19.

 

3 dari 4 halaman

Bahaya Cacar Monyet bagi Manusia

Ilustrasi virus penyebab cacar monyet. Credits: pixabay.com by Geralt

Virus cacar monyet tidak boleh dianggap remeh, karena virus ini merupakan virus berbahaya bagi manusia yang bisa memberikan efek fatal hingga menyebabkan kematian. Dilansir dari Liputan6.com, berikut beberapa bahaya dari virus cacar monyet.

1. Menyebabkan Komplikasi

Meskipun tidak ada data yang menunjukkan pasien meninggal karena terjangkit virus cacar monyet, ternyata cacar monyet dapat menyebabkan komplikasi yang mematikan bagi manusia. Pasien cacar monyet beresiko tinggi untuk terkena pneumonia (peradangan paru-paru), dan ensefalitis (infeksi di otak atau mata) yang bisa berakibat fatal.

2. Menyebabkan Kematian

Berdasarkan data terbaru dari Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), rasio kasus kematian cacar monyet bagi manusia pada tahun 2022 berkisar 0.03 persen. Sampai tanggal 19 Agustus 2022, tercatat ada 41.358 orang yang terjangkit virus cacar monyet dan 12 orang diantaranya meninggal dunia. Menanggapi hal ini, Kemenkes RI menyatakan bahwa resiko kematian yang disebabkan oleh cacar monyet mencapai 11 persen dibanding cacar air dan campak.

3. Mempengaruhi Kemampuan Penglihatan

Penurunan kemampuan penglihatan atau bahkan sampai kehilangan kemampuan penglihatan dapat dialami oleh pasien cacar monyet yang termasuk ke dalam kondisi parah. Pasien yang beresiko mengalami hal ini merupakan pasien yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.

4. Menimbulkan Gejala Serius pada Kelompok Tertentu

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam keterangan tertulis resminya, mengungkapkan bahwa bayi yang baru lahir, anak-anak, dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh berisiko mengalami gejala lebih serius dan kematian akibat bahaya cacar monyet. Selain itu, ibu hamil yang terjangkit virus cacar monyet juga beresiko untuk menularkan penyakit ini ke janinnya saat melahirkan karena adanya kontak fisik yang dilakukan.

4 dari 4 halaman

Gejala Cacar Monyet

ilustrasi Penyebab Seluruh Badan Gatal/kwanchai.c/shutterstock

1. Demam Tinggi

Gejala demam yang disebabkan oleh virus cacar monyet biasanya mencapai 38 derajat celcius yang disertai letih, lemas, mengigil, sakit kepala, nyeri otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. 

2. Ruam di Seluruh Badan

Ruam yang dialami oleh penderita cacar monyet biasanya muncul 1-3 hari setelah gejala demam tinggi. Ruam ini timbul mulai dari kepala, muka, lengan, telapak tangan, dan telapak kaki. Selain itu, ruam-ruam ditubuh ini akan berkembang dari bintil berisi cairan atau nanah, lalu pecah dan berkerak, hingga menyebabkan luka atau borok di kulit. Perkembangan ruam ini biasanya terjadi selama 3-4 minggu.

3. Munculnya Ruam Makula sampai Pustula

Gejala cacar monyet yang paling umum adalah munculnya ruam pada kulit. Pada penderita cacar monyet, terdapat beberapa jenis ruam yang dialami yaitu ruam secara sederhana tampak seperti makula (perubahan warna kulit), papula (tonjolan yang padat dan nyeri tanpa nanah), vesikel (lepuhan dengan cairan pada epidermis), dan pustula (peradangan).

Penulis: Frida Anggi Pratasya

#Women for Women