Ketertarikan Perempun Meningkat di Bidang Teknologi Lewat Program Generasi GIGIH 2.0 dan Siap untuk Bekerja

Anisha Saktian Putri diperbarui 25 Agu 2022, 21:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), organisasi nirlaba bagian dari Grup GoTo, telah resmi meluluskan lebih dari 1.000 future-ready tech talent, hasil dari program Generasi GIGIH 2.0 sepanjang enam bulan dimulai sejak 28 Februari - 29 Juli 2022.

 

Dimulai sejak 2021, YABB bersama para mitra merancang program ini untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar memiliki kompetensi teknis, pola pikir yang tepat, dan ketangguhan dalam menghadapi perubahan. Sebab Indonesia masih membutuhkan jutaan talenta unggul dan menguasai teknologi untuk mempercepat transformasi digital dan menuju Indonesia Emas 2045.

Program dimulai dari pelatihan kompetensi komprehensif di jalur backend dan frontend engineer serta data analyst, dari pembelajaran di kelas sampai praktik melalui magang dan capstone project secara virtual. 

“Dukungan dari berbagai pihak amat dibutuhkan untuk melahirkan talenta teknologi muda Indonesia agar bisa memenuhi kebutuhan industri digital yang terus berkembang. Kami ingin program ini dapat menjadi jembatan antara generasi muda dengan industri digital,” tegas Monica Oudang, Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa. 

Generasi GIGIH 2.0 turut meningkatkan inklusi dalam pendidikan teknologi, sebagaimana ditunjukkan dengan proporsi jumlah peserta perempuan yang meningkat menjadi 38%, dan meningkatkan total jumlah peserta sebesar 40% dibandingkan tahun 2021, karena membuka kesempatan lebih besar untuk mahasiswa ataupun lulusan program kejuruan dan universitas yang berlatar belakang pendidikan nonteknologi.

Raden Ariyo Putro, Chief Human Capital Officer Investree yang juga merupakan Mitra Industri Generasi GIGIH 2.0 mengatakan para peserta program, atau yang biasa disebut Si GIGIH, turut berkontribusi dalam membawa perubahan kepada UMKM yang menjadi nasabah di platformnya.

"Ini menjadi bukti dari keberhasilan pelatihan kompetensi teknis backend dan frontend engineer, dan karakter mereka yang kreatif dan bisa beradaptasi dengan cepat,” papar Ariyo.

Generasi GIGIH memberikan pelatihan kompetensi teknis fundamental, non-teknis, dan bahasa Inggris, yang didesain oleh para pakar dari industri agar peserta mampu menghadapi tantangan dan membawa perubahan di masa yang akan datang.

2 dari 2 halaman

Pengelaman

(Shutterstock)

 

 

 

Iqbal Farabi, Engineering Manager GoTo Financial dan Master Mentor Generasi GIGIH, menjelaskan bahwa kompetensi teknis yang fundamental akan membantu Si GIGIH untuk beradaptasi dengan cepat dan mudah saat menghadapi teknologi baru. Ia pun menyatakan keunikan program ini selaras dengan pengalaman pribadi.

“Ketika saya lulus dari jurusan teknik informatika beberapa tahun silam, saya merasa ada gap dari apa yang diajarkan di bangku kuliah dengan yang saya hadapi saat terjun ke industri. Selain kompetensi teknis, cara berpikir yang baru dan kritis, serta kemampuan menyelesaikan masalah sangat diperlukan. Ini didapat Si GIGIH dari proses belajar yang menggunakan metode socratic dan flipped learning,” paparnya.

Gendis Yuanisa, salah satu Si GIGIH yang juga seorang mahasiswi jurusan bisnis internasional di Universitas Padjadjaran menceritakan pengalaman berharga yang ia dapat di sepanjang program.

Meskipun tantangan yang ia hadapi lebih berat karena harus terlebih dahulu mempelajari dasar-dasar IT , namun paket pembelajaran yang diberikan mulai dari self-learning sampai belajar dalam kelas virtual, ditambah bimbingan dari para mentor hebat membuatnya bisa melalui prosesnya.

“Yang luar biasa dari program ini, setelah proses belajar 3 bulan, kami ditantang mempraktikkan ilmu ke dalam capstone project. Di sini kami melahirkan solusi inovatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia. Sekarang saya sudah menjadi Gendis yang baru, dengan framework pemikiran berbeda, bahkan saya jadi lebih berani berpendapat berkat kepercayaan diri yang meningkat,” tambah Gendis.