Fimela.com, Jakarta Pertambahan kasus yang masih terus berlanjut membuat beberapa negara terus melakukan antisipasi, dari mulai peningkatan protokol kesehatan hingga vaksin booster. Baru-baru ini, Singapura merekomendasikan anak-anak berusia hingga 11 tahun menerima suntikan dosis vaksin booster vaksin jenis Pfizer-BioNTech/Comirnaty, dengan syarat menerima booster lima bulan setelah dosis kedua dari vaksinasi utama mereka.
Dilansir dari Liputan6.com langkah ini diambil berdasarkan rekomendasi dari Komite Pakar Vaksinasi Covid-19. Kementerian Kesehatan (MOH) mengatakan bahwa dosis booster dapat memberikan pertahanan dan perlindungan terhadap penyakit yang lebih parah, sehingga masyarakat Singapura lebih kuat dalam mempersiapkan gelombang infeksi yang mungkin terjadi berikutnya.
Saat ini persiapan sedang dilakukan untuk menginokulasi kelompok tersebut pada kuartal keempat tahun ini. Salah satunya dengan merencanakan waktu pemberian dosis dan mendirikan lima pusat vaksinasi khusus untuk memberikan dosis booster untuk anak-anak.
Menurut direktur layanan medis Departemen Kesehatan, Kenneth Mak, vaksin jenis Pfizer-BioNTech/Cominarty terbukti dapat meningkatkan antibodi anak-anak usia 5 hingga 11 tahun dengan lebih dari dua kali tingkat setelah menyelesaikan dosis kedua.
Direktur layanan medis Depkes Kenneth Mak menambahkan, data lokal menunjukkan bahwa pada anak-anak, tingkat perlindungan vaksin terhadap rawat inap untuk infeksi COVID yang parah memang menurun dari waktu ke waktu, seperti halnya pada remaja dan orang dewasa.
What's On Fimela
powered by
Efek samping penggunaan vaksin bagi anak-anak
Dalam sebuah penelitian lokal Associate Professor Mak mengatakan bahwa pemberian vaksin untuk anak dengan kelompok usia 5 hingga 11 tahun memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua setelah melakukan vaksinasi.
Departemen Kesehatan (Depkes) juga menyampaikan bahwa Health Sciences Authority baru saja memperpanjang otorisasi vaksin Spikevax Covid-19 Moderna melalui Jalur Akses Khusus Pandemi (PSAR) kepada anak-anak, termasuk anak-anak berusia enam bulan hingga lima tahun.
Anak-anak akan menerima vaksin dalam dua dosis 25 mikrogram yang merupakan formulasi dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan jumlah dosis yang ditawarkan pada kelompok usia yang lebih tua. Selain itu, berdasarkan studi uji klinis menunjukkan bahwa tingkat antibodi setelah mendapatkan dua dosis Spikevax pada anak-anak, sebanding dengan efek yang terlihat pada orang dewasa.
Siap longgarkan aturan penggunaan masker
Melihat jumlah kasus Covid-19 yang berangsur-angsur membaik, Singapura siap untuk melonggarkan aturan penggunaan masker sehingga penggunaan masker hanya perlu dilakukan di tempat umum terutama di dalam transportasi umum yang digunakan.
PM Lee Hsien Loong dalam keterangannya menjelaskan, dengan situasi yang stabil Singapura akan terus mengurangi persyaratan masker untuk mencegah orang-orang kelelahan. Singapura hanya mempersyaratkan masker di transportasi publik ketika orang berada dalam kontak dekat berkepanjangan di tempat ramai dan di lokasi pelayanan kesehatan.
Penggunaan masker di luar dari tempat yang sudah disebutkan hanya menjadi pilihan bagi masyarakat. Sembari bercanda PM Lee berkata bahwa anak-anak butuh melihat ekspresi untuk memahami perasaan guru atau teman, sehingga penggunaan masker di lingkungan sekolah atau dalam kelas pun menjadi pilihan bagi para siswa.
Seorang dekan dari Saw Swee Hock School of Public Health, Prof Teo Yik Ying mengatakan bahwa kegiatan vaksinasi yang dilakukan selama ini ampuh untuk menekan jumlah kasus dan mencegah penularan virus Covid-19. Meskipun masyarakat telah melakukan vaksinasi, saat ini penggunaan masker masih menjadi hal yang penting dalam keadaan tertentu.
Ia juga menambahkan bahwa penggunaan masker bagi lansia dan orang-orang yang memiliki masalah pada imun merupakan hal yang sangat penting, sehingga disarankan untuk terus menggunakan masker. Bukan hanya untuk mencegah penularan dari virus Covid-10, melainkan dari penyakit pernafasan yang dapat mengancam nyawa mereka.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women