Fimela.com, Jakarta Tantrum menjadi hal yang biasa terjadi pada anak-anak. Biasanya, si kecil akan menangis tidak dikaruan, mengamuk dengan waktu yang lama, hingga bisa melukai diri sendiri hingga orang lain.
Menurut Fery Farhati, S.Psi., M.Sc., Bunda PAUD dan Ketua TP PKK DKI Jakarta, juga mangatakan bahwa tantrum adalah bentuk ketidaknyamanan yang terjadi pada anak dan tidak bisa atau kesulitan mengetahui atau mengekspresikan apa yang dirasakannya.
“Kadang anak tantrum itu terjadi karena sudah kelelahan fisik dan emosional. Anak tidak tahu ap yang dirasakan, ” ujar Fery Farhati dalam acara webinar Cegah dan Atasi Tantrum Pada Anak, Tingkatkan Performa si Kecil di Sekolah yang digagas Tentang Anak, Rabu (24/8).
Sayangnya saat tantrum, Fery Farhati mengatakan orangtua justru mengambil jalan pintas meredakan emosi seperti mengancam atau menakut-nakuti. Sebab orangtua juga terkadang ikut emosi dan malu apalagi anak tantrum di tempat umum.
“Banyak yang mengancam seperti kalo nangis trus nanti ditinggal atau nanti dipanggil satpam kalo trus menangis. Padahal tantrum merupakan proses belajar mengendalikan emosional anak, sebab kita juga pernah mengalaminya”, tambahnya.
What's On Fimela
powered by
Mencegah tantrum pada anak
Oleh karenanya, Fery Farhati menyampikan sebaiknya orangtua dapat mengenali emosi anak-anak dan memperkenalkan berbagai emosi pada anak mereka agar tidak mengambil jalan pintas tanpa menyelesaikan masalah saat emosi anak tantrum.
“Anak perlu tahu juga reaksi kita saat emosi ntah itu sedang marah, bahagia, atau sedih. Misalnya saja sedang cape banget karena macet tentu kita tunjukan dengan berkata cape ya macet, kita denger lagu aja yuk. Jadi anak belajar tentang emosi kita yang kelelahan namun punya solusi tanpa harus menangis atau marah. Jadi ada solusi dari emosi tersebut,” papar Fery Farhati.
Selain itu, sebelum berpergian jelaskan situasi yang akan dituju. Misalnya kita akan pergi ketempat yang ramai dan tidak beli mainan di sana. “Selain rasa kasih sayang, tapi pahami juga apa yang dibutuhkan anak seperti anak bahagai, gizi cukup, dan stimulasi yang tepat,” paparnya.
Gianti Amanda, M. Psi. T., Montessori, Dipl. (Principal Early Childhood Education Tentang Anak) mengungkap pula orangtua harus visioner mempersipakan sekolah di masa depan harus disiapkan sejak dini, seperti umur 1 atau 2 tahun dengan cara memperkenalkan emosi dasar (marah, senang, sedih, takut, dan masih banyak lagi).
Jika anak sudah bisa memahami emosi, maka anak dapat lebih mudah meregulasi emosinya, dan secara tidak langsung akan berdampak baik pula ketika anak memasuki fase sekolah.
“Seperti contohnya anak bisa lebih mudah beradaptasi dengan segala situasi baru, bersosialisasi dengan teman, hingga tenang dalam menghadapi hal yang sulit di sekolah,” ujarnya.
Cara agar anak bisa mengenal emosi: orangtua harus bisa meregulasi emosinya terlebih dahulu sebelum mengajarkan hal tersebut ke anak, selain itu komunikasi antara orangtua ke anak juga sangat penting salah satunya dengan cara mengkomunikasikan emosi melalui buku anak dan produk edukasi lainnya.
Buku dengan gambar bisa menjadi alat untuk anak meregulasi emosi: anak jadi bisa dengan mudah melihat berbagai situasi, kondisi dan ekspresi jika ada bantuan visualnya melalui buku.
Mengatasi anak tantrum
Gianti mengatakan jika anak tantrum di rumah biarkan dia terlebih dahulu, namun pastikan lingkungan tetap aman. Kita hanya cukup menemaninya jika sudah mereda coba tanyakan apa yang ia mau.
Namun, bila di tempat umum biasa membawanya ketempat aman dan tanyakan maunya seperti apa. Jangan memberikan gadget untuk pertolongan cepat, sebab nanti akan menjadi bom waktu. “Temani marahnya, tanyakan maunya seperti, jangan sambil main hp dan orangtua tetap tenang,” paparnya.
Grace E. Sameve, M.A, M.Psi, Psikolog (Principal Child Psychologist Tentang Anak) menyampaikan atasi anak tantrum dengan meregulasi emosi orang tua terlebih dahulu melalui teknik “bernafas 4,5,6”: orang tua untuk memastikan anak sudah dalam situasi aman (bisa dititipkan ke pasangan atau support system lainnya) sebelum meregulasi emosinya.
Lalu orangtua bisa menutup mata, menarik nafas selama 4 detik, menahannya selama 5 detik, dan membuang melalui mulut selama 6 detik.
“Setelah itu orangtua dapat mengambil keputusan atau aksi berikutnya untuk mengatasi anak tantrum dengan lebih bijak ketika sudah lebih tenang,” paparnya.
#women for women