Fimela.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan memastikan harga mi instan akan turun pada Oktober 2022. Penurunan ini terjadi karena musim panen raya di sejumlah negara yang membuat stok gandum mulai tercukupi.
Melansir dari Liputan6.com Mendag menilai bahwa tercukupinya stok gandum berasal dari keberhasilan dalam melobi sejumlah negara penghasil gandum yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Nah Bapak Presiden (melakukan) diplomasi, sekarang barangnya keluar nih gandum. Sudah banyak membanjiri pasar, Australia panen raya, Kanada panen raya, Amerika panen raya, jadi gandum melimpah. Mungkin Oktober sudah turun trennya turun harganya," ungkapnya di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Mendag juga mengakui bahwa harga mi instan ikut naik, lantaran karena kelangkaan gandung di pasar internasional yang menyebabkan harganya semakin naik.
"Kenapa terigu itu naik sedikit, karena di Australia itu panennya gagal, Kanada gagal, Amerika gagal. Maksudnya gagal itu tidak panen raya, tidak sesuai harapan. Kemudian Rusia-Ukraina perang barangnya tidak bisa keluar," bebernya.
What's On Fimela
powered by
Ekonom sekaligus Direktur Center of Econimic and Law Studies, Bhima Yudhistira memprediksi bahwa kenaikan harga mi akan tersebut naik secara bertahap, sehingga membuat kenaikan harga mi instan tidak bisa dihindari.
“Kenaikan harga mi instan tidak bisa dihindari, karena selama 6 bulan terakhir pelaku usaha sudah menahan penyesuaian harga jual,” kata Bhima dilansir dari Liputan6.com.
Menurut Bhima, inflasi yang terjadi dari sisi produsen industri makanan dan minuman dilaporkan mencapai 11 persen pada kuartal ke II 2022. Selama satu tahun terakhir biaya bahan baku mi instan, gandum naik hingga 9,79 persen di pasar spot, belum lagi ditambah rantai pasok gandum dari Ukraina yang terganggu perang.
Sampai saat ini Bhima belum melihat adanya tanda-tanda normalisasi pasokan pada pasar gandum, meski Ukraina sudah berhasil mengirim 26.000 ton gandum melalui pelabuhan Laut Hitam. Tak dipungkiri bahwa ketersediaannya masih sangat terbatas, masih ada estimasi 20 juta ton gandum yang tidak bisa di ekspor karena terperangkap di Ukraina.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women