Menjawab Tantangan Hingga Memperluas Bisnis Bagi Perempuan dengan Supplier Diversity

Anisha Saktian Putri diperbarui 12 Agu 2022, 11:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Secara global, data dari The World Bank menyatakan bahwa sebanyak 30 persen kewirausahaan dimiliki oleh perempuan. Di Indonesia sendiri, melansir data dari Kementerian Keuangan, sebanyak 53,76 persen sektor UMKM didominasi oleh perempuan.

Bahkan pengusahan perempuan dapat berkontribusi sebesar 61 persen terhadap perekonomian Indonesia. Meski begitu, tantangan bagi perempuan untuk mengembangkan bisnis juga semakin meningkat, padahal masih banyak potensi yang dapat dikembangkan. 

Salah satu tantangan tersebut adalah bias terhadap wirausaha perempuan yang jika tidak segera diatasi, akan berpengaruh pada keberlanjutan usaha mereka.

Pemilik Bisnis CMM Translation, Rika Agusmelda mengatakan tantangan yang dihadapi seperti mudah merasa puas, tidak push power, hingga membuat laporan keuangan. 

“Tantangan cepat puas, seperti di dua tahun pertama cepat puas tidak ada keinginan menjemput klien, jadi itu tantangan terbesar dari sana. Saya juga tidak mempersiapkan laporan keuangan dengan baik,” ujarnya saat acara virtual dalam acara  “How to Do Business” yang diselenggarakan Procter & Gamble (P&G) Indonesia bersama WEConnect International dan WomenWorks.

Selain itu, menurutnya mendapatkan klien perusahaan besar persaingannya makin ketat. Untuk menjawab tantangan tersebut, Rika pun memperbaiki keabsahan perusahaan, laporan keuangan, company profile dan serius dalam berbisnis.

“Sekarang lebih mencari bisnis yang jangka panjang, mendapat supplier jangka panjang akan bertahan lama. Hal ini juga membuat lebkh fokus karena ada tanggung jawab, lebih kompetitif lagi, dan keluar dari zona nyaman,” tambahnya. 

2 dari 2 halaman

Supplier diversity

Ilustrasi bisnis perempuan/Copyright shutterstock.com/id/g/nengnatee

Selain itu, salah satu cara untuk memerangi bias ini adalah dengan mempertimbangkan bisnis yang dimiliki perempuan sebagai supplier diversity atau keberagaman pemasok dan lebih banyak terlibat dalam rantai pasokan perusahaan (pembeli). Hal ini dapat mengembangkan hingga memperluas bisnis.

Data dari WeConnect International menyatakan bahwa perempuan saat ini menerima kurang dari 1% dari pengeluaran pengadaan global yang besar. Meningkatkannya menjadi 2% saja dapat menambah hingga 10 miliar dolar AS lebih banyak di tangan perempuan.

P&G Indonesia sebagai salah satu perusahaan besar multinasional pun membuka peluang untuk pengusaha perempuan berkolaborasi.

Annisa Darojati selaku Director of Purchases P&G Indonesia menyampaikan, keragaman pemasok dapat membantu mempercepat pertumbuhan bisnis bagi para pelaku usaha perempuan serta memberdayakan mereka dalam mendorong kemajuan di masyarakat sekitarnya.

Tujuan dari keragaman pemasok adalah memberdayakan perempuan, sebagai salah satu elemen masyarakat yang seringkali kurang terwakili secara ekonomi, dan memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk berkembang.

“Sudah terbukti bahwa mendorong keragaman pada rantai pasokan dapat memberikan P&G akses yang lebih besar kepada inovasi serta penawaran dan ide yang lebih beragam yang lebih mewakili konsumen kami,” ungkap Annisa.

Selain itu, pelanggan juga jadi beragam hingga perusahaan pun mendapatkan banyak ide yang baru. Dapat juga menjadi peluang ekspansi karena sebab langsung terhubung kepada permintaan pasar.

Namun sebagai perusahaan besar, P&G memiliki kriteria untuk supplier diversity tersebut antara lain mempertimbangkan nilai terbaik berupa keberlanjutan, inovasi dan harga. Kemudian efisien dan jujur, menjadi solusi, bersaing dan bisa berkolaborasi agar muncul ide maupun inovasi.

Untuk itu, sebagai bentuk komitmen P&G Indonesia dalam mendorong agenda pemberdayaan perempuan, dalam waktu dekat P&G Indonesia akan terus berinovasi dalam pengembangan program ANJANI dengan bekerja sama dengan WEConnect International serta organisasi lainnya yang memiliki visi dan nilai yang selaras.

Harapannya, inisiasi ini dapat menjadi langkah baik dalam pemerataan kesempatan terhadap para pelaku usaha perempuan, serta mendorong partisipasi perempuan untuk kemajuan ekonomi dan menjadi contoh bagi perusahaan di industri FMCG Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap pemberdayaan perempuan Indonesia.

#women for women