Penelitian Ungkapkan 6 dari 10 Ibu Menyusui Tidak Bahagia dengan Proses Menyusui

Fimela Reporter diperbarui 20 Sep 2022, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Mayoritas Ibu yang memiliki bayi akan setuju bahwa ASI dan menyusui adalah hal yang wajib dan penting bagi pertumbuhan bayi. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC), bahwa 74 persen ibu menganggap menyusui merupakan kewajiban.

Namun, satu fakta baru dan mengejutkan dari penelitian HCC berkaitan dengan ibu menyusui yang dilakukan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi dan associate researcher Bunga Pelangi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 dari 10 ibu menyusui merasa tidak bahagia dalam menjalankan proses menyusui.

“Penelitian kami ini menemukan fakta bahwa terdapat hampir 60% atau 6 dari 10 ibu menyusui yang merasa tidak bahagia dengan proses menyusui bayi selama pandemi. Dari penelitian kami pada 1920 responden ibu menyusui diketahui bahwa penyebab utama perasaan tidak bahagia adalah karena aspek dukungan yang diharapkan tidak maksimal,” ungkap Ray.

2 dari 5 halaman

Apa Alasannya?

Foto Profil Narasumber - Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK. (Dok/HCC)

Hasil penelitian HCC mengungkapkan, ibu menyusui merasa tidak bahagia apabila kehilangan dukungan yang diharapkan ketika masa menyusui. Ray mengingatkan bahwa, menyusui merupakan proses hormonal sehingga penting menjaga aspek emosional dari ibu.  Ketika ibu menyusui yang memiliki kondisi emosional naik turun, merasa perlu untuk didukung dari orang-orang dekatnya.

“Ketika ibu menyusui, ibu berharap mendapatkan dukungan psikologis, yang tidak hanya sekadar memotivasi, tapi juga menjaga dan menemani. Ibu juga membutuhkan dukungan informasi  sehingga memperoleh informasi berkaitan dengan menyusui. Selain itu, ibu membutuhkan dampingan layanan kesehatan dan dukungan materil yang baik,” papar Ray.

Ray menambahkan, dukungan utama yang diharapkan adalah memang dari suami dan core family  atau keluarga inti. Mayoritas ibu menyusui pada responden penelitian ini menunjukkan tidak mendapat dukungan ini. Ketika dukungan ini hilang, dan ibu menyusui merasa tidak Bahagia dengan proses laktasi, makan potensi gagal ASI sangat besar dan ibu juga bisa mengalami konsekuensi stres.

3 dari 5 halaman

Kebahagiaan Ibu Menjadi Kunci Kualitas Menyusui yang Baik

Ilustrasi ibu yang bahagia. (Sumber foto: Pexels.com)

Ketika ibu menyusui tidak memperoleh dukungan dari suami dan keluarganya, mereka akan merasa tidak bahagia. Jadi yang ibu lakukan adalah menjalankan kewajibannya sebagai ibu saja, bukan memaknai bahwa proses menyusui sebagai pengalaman psikologis.

“Perlu diingat bahwa ketika ibu memberi ASI pada sang bayi, terjadi proses attachment. Ibu tidak sekadar memberi makan lewat ASI, tapi juga kasih sayang. Nah, kalau ibu tidak bahagia, kualitas dari menyusui juga kurang bagus,” ujar Ray.

Jadi, meskipun angka ASI eksklusif di Indonesia naik, tapi satu hal penting yang harus diingat kualitas menyusui harus dijaga. Kualitas tidak hanya dilihat dari nutrisi saja, tapi memastikan memberi kedamaian dan kebahagiaan secara emosional atau psikologi bagi ibu sendiri merupakan hal penting untuk meningkatkan kualitas ASI eksklusif.

4 dari 5 halaman

Suami Punya Peran Utama dalam Membahagiakan Ibu Menyusui

Ilustrasi suami dan istri bersama mengasuh anak. (Sumber foto: Pexels.com)

Dukungan suami merupakan yang paling penting untuk Ibu menyusui. Bentuk-bentuk dukungan yang bisa dilakukan para suami adalah menemani ibu ketika menyusui bayi dan membicarakan perasaan atau kondisi ibu menyusui

Ibu butuh supprt dari suami mereka, Ray mengungkapkan terkadang para suami cenderung tidak mengerti apabila ibu tidak menyampaikan apa yang mereka inginkan dengan gamblang. Salah satu bagian personality perempuan adalah memberi bahasa-bahasa tertentu.

“Karena itu, apabila sang suami kurang peka, saatnya ibu memulai pertama kali untuk mengomunikasikan apa yang dibutuhkan, selama masa-masa menyusui. Untuk para suami tentunya harus mengerti bahwa ini menjadi bagian tanggung jawab bersama,” ujar Ray.

Suami juga harus aktif mencari dan mengetahui informasi-informasi mengenai ASI dan proses menyusui yang dilakukan sang ibu. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan pre-marital education, yaitu dukungan sebelum menikah yang juga mengedukasi begaimana memberikan dukungan psikologis antara suami-istri.

5 dari 5 halaman

Peran Berbagai Pihak Untuk Tingkatkan Kualitas ASI Eksklusif dengan Membuat Ibu bahagia

Ilustrasi keluarga bahagia. (Sumber foto: Pexels.com)

Bunga menegaskan, temuan lain pada penelitian ini, diketahui bahwa hal yang dapat memotivasi agar anggota keluarga mendukung ibu memberikan ASI adalah adanya persepsi positif bahwa hal tersebut sudah menjadi kewajiban/keharusan dan merupakan bentuk nyata dari keluarga dalam membantu Ibu menyusui.

Dari penelitian tersebut, maka HCC merekomendasikan agar:

  1. Upaya edukasi di fasilitas kesehatan dapat melibatkan pesan kunci terkait dukungan psikologis dan pelibatan suami serta anggota keluarga
  2. Dukungan psikologis dengan penyediaan konseling ASI secara online maupun langkah taktis mendukung psikologis Ibu di tingkat keluarga
  3. Menggunakan pendekatan keluarga dalam memberdayakan setiap anggota keluarga untuk mendukung Ibu memberikan ASI.

*Penulis: Tasya Fadila