Fimela.com, Jakarta Shahnaz Haque mengenang kisah lama ketika ia harus kehilangan ibunda tercintanya. Kanker menjadi penyebab ibundanya tak bisa bertahan lebih lama lagi di dunia. Menurut Shahnaz, ibundanya meninggal setelah 5 bulan menderita kanker.
"Tepat di tanggal ini, tahun 1991. Ujian hidup mulai datang bertubi. Kehilangan seorang ibu, hanya 5 bulan menderita kanker," kata Shahnaz Haque di laman Instagramnya, shahnaz.haque, baru-baru ini.
Bagi Shahnaz, ibunda bukan hanya sekadar perempuan yang melahirkannya. namun, lebih dari itu, ibunda adalah sosok sahabat yang selalu ada.
"Perempuan yang bukan sekedar melahirkan, tapi sebagai sahabat. Lebih dari setengah hidup saya, telah menjadi anak piatu. Keadaan yang memaksa harus menjadi perempuan kuat. Karena tidak punya lagi tempat bermanja," ujar Shahnaz Haque.
Banyak Ujian
Pada tahun-tahun tersebut, banyak ujian kehidupan yang dirasakan oleh Shahnaz Haque. Salah satu yang terberat lainnya adalah ketika sang ayah menyusul ibunda ke haribaan Ilahi.
"Disusul dengan berbagai ujian kehidupan selanjutnya. Jadi pasien kanker, ayah meninggal dan serentetan hal yang lain. Hayooo looooh! Nggak ada habisnya. Sampai suatu malam duduk lihat bintang, lalu nanya, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi ampunan dan menyukai orang-orang yang memohon ampunan. Maka ampunilah aku. Ini disuruh ngapain ya sebenarnya?” ujarnya.
Kesehatan Rohani
Menjadi pelajaran bagi Shahnaz Haque bahwa selain kesehatan jasmani yang kerap didengungkan oleh banyak aktivis kesehatan, ada juga kesehatan rohani yang sangat penting. Terlebih sebagai seorang perempuan yang memiliki banyak tanggung jawab.
"Kadang sebagai manusia harus memerhatikan bukan hanya kesehatan fisik namun juga kesehatan rohani, yang bisa menjadi sebuah pedoman. Sebagai perempuan usia setengah abad, merasa banyak rintangan yang harus dihadapi untuk menjaga ‘mental health’. Jadi apa hubungannya dengan kesehatan rohani? Penting tidak sih? Jawabnya tentu!" sambungnya.
Bergantung pada Tuhan
Menurut Shahnaz, seorang yang memiliki ketergantungan dengan Tuhannya akan lebih baik daripada orang yang menggantungkan hidupnya kepada hal-hal dunia semisal pekerjaannya, atau lainnya.
"Ketika seorang hamba yang beriman kepada Tuhan itu menggantungkan dirinya berlebihan terhadap pekerjaannya, akan mengalami frustrasi ketika gagal. Orang yang mudah frustrasi bergantung seluruhnya dengan apa yang dikerjakan. Nah, frustrasi ini akan menjadi “trigger” yang akan mengancam kesehatan rohani," paparnya.
Ilmu Warisan
Shahnaz Haque menambahkan jika kesehatan rohani ini sudah diajarkan oleh ibundanya. Sejak ia masih kecil, ibunda selalu mengajarkan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, juga memiliki pertemanan yang baik dan positif.
"Jadi bagaimana caranya agar kuat? Almarhumah Ibu, memberikan ilmu ini sejak saya kecil. Kelilingilah diri dengan hal positif. Bertemanlah dengan orang yang akan membuat diri kita berkepribadian lebih baik. Jadi, “positive mindset” itu, bagus jika sesekali merasa jadi beban buat orang lain. Itu akan membuat dekat dengan Tuhan," ucapnya.
"Sebaliknya bahaya jika selalu merasa dirinya menjadi berkah bagi orang, di titik ini, kelemahannya akan muncul. Perempuan kuat, bukan yang tidak punya kelemahan. Tapi dengan kelemahannya, masih mau bertahan. Karena itu akan mendorong sistem ‘self belief’ kita. Iman itu persoalan “rasa”," imbuhnya.
Diwariskan
Ilmu positif yang diperolehnya dari sang ibunda pun akhirnya diwariskan kepada ketiga anaknya. Shahnaz pun mengaku bahwa dirinya merasa senang dan baik-baik saja meski rindu melanda.
"Ma, Ini Naz sekarang, hasil ilmu Mama. Diwariskan lagi ilmu itu kepada ketiga cucu. 31 tahun kita tidak diskusi. Rindu, tapi I’m okay. Sampai jumpa, Mama!Al-Fātiḥah," paparnya.