Fimela.com, Jakarta Cacar monyet atau monkeypox kini tengah menjadi perhatian dunia. Terlebih sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai Darurat Kesehatan Global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Cacar monyet sendiri adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis) dengan dua moda transmisi yakni transmisi hewan ke manusia dan transmisi manusia ke manusia. Transmisi virus monkeypox dari hewan ke manusia sendiri dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi atau melalui gigitan.
Sementara transmisi manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit pasien yang terinfeksi monkeypox, kontak tidak langsung dengan media yang terkontaminasi virus monkeypox, atau bisa juga kontak dengan droplet atau sekret pernapasan dari pasien yang terinfeksi monkeypox.
Pada umumnya, cacar monyet menunjukkan gejala hanya di sekitar kulit dengan ruam dan merah di wajah dan tangan. Namun pada kelompok rentan, penyakit ini bisa memicu komplikasi yang berbahaya. Apa saja komplikasinya? Berikut penjelasan ahli selengkapnya.
What's On Fimela
powered by
Cacar Monyet Bisa Sebabkan Komplikasi Serius
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (PERDOSKI), DR. dr. H. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK (K), mengatakan meski cacar monyet dikatakan ringan, komplikasinya bisa kemana-mana. Ia menyebut, cacar monyet dapat menyebabkan sejumlah komplikasi di organ lain. Namun, mayoritas pasien memang mengalami infeksi sekunder di kulit seperti ruam-ruam.
“Infeksi berlanjut dapat menyebabkan radang paru-paru dan bronkopneumonia. Kemudian pada otak bisa radang otak, ensefalitis, lanjut tingkat parah sampai sepsis, hingga meninggal,” ujar dr. Prasetyadi dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/8/2022).
Nah, untuk mencegah komplikasi tersebut sebenarnya bisa dilakukan sejak awal melalui deteksi dini ketika gejala ruam mulai muncul. Setelah itu, tenaga medis akan mendeteksi apakah pasien tersebut terinfeksi cacar monyet atau bukan untuk diberi penanganan tepat.
Dokter Prasetyadi juga mengingatkan, bahwa ada beberapa kelompok rentan yang bisa berdampak buruk apabila terinfeksi cacar monyet seperti komorbid, anak dengan imunokompromais, hingga usia lanjut. Untuk itu, pencegahan lebih baik dilakukan dengan deteksi dini.
“Infeksi virus memang mudah pada individu yang komorbid atau imunitas rendah. Apapun virusnya, akan buat individu lebih lama sembuh, berat penyakitnya,” kata dia.
Meski begitu, Pras meminta masyarakat tak panik dalam menghadapi wabah cacar monyet. Asal mengetahui gejala dan menjaga kontak erat dengan baik.
“Monkeypox memang akan sulit dibedakan dengan penyakit kulit lain, tapi kita bisa bedakan wujud kelainan kulit yang ada. Di monkeypox ada 2 fase. Fase pertama yakni Invasi, di mana pasien akan demam, lemah, nyeri otot, punggung, tangan. Diikuti erupsi kulit dan ruam. Dominan di wajah dan anggota gerak atas. Lesinya tidak terlalu banyak,” kata dia.
Belum Ada Kasus Terkonfirmasi Cacar Monyet di Indonesia
Hingga 29 Jui 2022, data secara global mencatat, tota kasus cacar monyet telah mencapai 22.485 kasus tersebar di 76 negara, tiga di antaranya negara Asia Tenggara seperti Singapura dengan 11 kasus, Thailand dengan 2 kasus, dan Filipina dengan 1 kasus terkonfirmasi.
Di Indonesia sendiri, belum ada kasus terkonfirmasi infeksi cacar monyet per 2 Agustus 2022. Namun, Satgas Monkeypox IDI (Ikatan Dokter Indonesia) agar pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus tetap waspada.