Fimela.com, Jakarta Sebuah roket China jatuh ke Bumi, tepatnya di atas Samudra Hindia pada Sabtu (30/7). Benda seberat 22,5 ton tersebut dari roket Long March 5B dengan masa orbit yang singkat yang baru lepas landas pada 24 Juli.
Sebagai sampah luar angkasa yang besar dan bergerak cepat, warga juga harus waspada menunggu waktu dan lokasi jatuhnya puing roket. Aerospace Corporation, sebuah pusat penelitian nirlaba yang didanai pemerintah di dekat Los Angeles, mengatakan bahwa insiden itu ceroboh.
Lantaran membiarkan seluruh tahap inti utama roket - yang berbobot 22,5 ton - kembali ke Bumi namun tidak dapat dikendalikan. Pusat Kerja Sama Luar Angkasa untuk Studi Orbital Reentery dan Puing memperkirakan 5-9 ton puing dari Long March 5B masih utuh dan menghantam daratan setelah sisa roket lainnya terbakar saat menembus atmosfer.
Ada pula kemungkinan bahwa bongkahan roket yang jatuh menyebabkan korban cedera atau kerusakan infrastruktur.
Pengguna media sosial di Malaysia memposting video yang tampak seperti puing-puing roket. Peneliti Senior BRIN, Thomas Djamaludin turut menanggapi insiden jatuhnya sampah antariksa tersebut. Data menunjukkan bahwa bobot sampah sekitar 20 ton dengan ukuran 30 meter.
Sebelum jatuh, Thomas Djamaludin menyampaikan; "Orbit saat ini, ketinggiannya makin mendekati 120 km, ketinggian kritis objek antariksa untuk jatuh. Terpantau, Indonesia di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan Barat terlintasi pada saat-saat akhir lintasan bekas roket," tulis Thomas melansir Liputan6.com.
Tidak berbahaya untuk biota laut
Thomas menyampaikan pusat Riset Antariksa BRIN terus memantaunya. Kemungkinan besar jatuh di lautan. Ia juga mengatakan bahwa sampah tersebut tidak berbahaya bagi biota laut di Samudera Hindia. Ia menerangkan, data orbit dari pemantauan space-track.org menunjukkan titik jatuh di barat daya Indonesia.
"Namun bisa jadi ada pecahannya yang mungkin tersebar sepanjang lintasan terakhir, orbitnya melintasi Sumatera bagian selatan. Bila ada penduduk yang melihat objek langit yang jatuh sekitar pukul 23.45 WIB segera melaporkan ke Pusat Riset Antariksa BRIN melalui email prantariksa@brin.go.id," paparnya.
Melansir Liputan6.com, Kepala Pusat Riset Antariksa, Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan berdasar hasil analisis tim Riset Benda Jatuh Antariksa, sampah antariksa yang telah mengalami atmospheric re-entry tersebut akan jatuh di sekitar wilayah selatan Filipina, dan akan berada pada ketinggian 10 km di atas wilayah Sarawak Malaysia (Panah Merah).
Sungging mengatakan, proses benda jatuh antariksa ini juga berhasil direkam oleh pengamat di Lampung melalui Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL). Selanjutnya, di wilayah Malaysia, juga terpantau serpihan roket yang sama.
"Serpihan roket berkenaan telah terbakar semasa memasuki ruang udara bumi dan pergerakan serpihan yang terbakar berkenaan turut melintasi ruang udara Malaysia serta dapat dikesan di beberapa kawasan termasuk melintasi ruang udara sekitar negeri Sarawak," demikian informasi resmi dari Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi (MOSTI) melalui maklumat tertulis Agensi Angkasa Malaysia (MYSA), pada 31 Juli 2022.
#women for women