3 Aktivitas Harian Sederhana yang Bisa Mengurangi Risiko Terkena Demensia

Annissa Wulan diperbarui 15 Agu 2022, 09:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sebuah penelitian besar berbasis di Inggris yang diterbitkan di jurnal medis American Academy of Neurology, menemukan bahwa aktivitas fisik dan mental, seperti melakukan pekerjaan rumah tangga, berolahraga, atau mengunjungi orang yang dicintai, dapat membantu menurunkan risiko demensia. Penelitian selama 11 tahun ini diikuti oleh 501.376 orang di Inggris yang melaporkan sendiri aktivitas fisik dan mental mereka pada awal eksperimen, seperti seberapa sering mereka mengunjungi teman, tingkat pendidikan mereka, seberapa sering mereka menaiki tanggal, dan bagaimana mereka bepergian ke tempat kerja.

Studi ini menemukan aktivitas tertentu dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih rendah. Orang yang sering berolahraga memiliki risiko 35% lebih rendah, orang yang sering melakukan pekerjaan rumah tangga memiliki risiko 21% lebih rendah, dan orang yang berkunjung setiap hari ke keluarga dan teman memiliki risiko 15% lebih rendah.

Sementara faktor risiko demensia juga mencakup hal-hal yang berada di luar kendali, seperti penuaan dan genetika, penelitian ini menggarisbawahi bahwa ada perilaku dalam kekuatan seseorang untuk mengurangi risiko demensia atau menunda kondisi tersebut. Berikut ini adalah beberapa aktivitas harian sederhana yang teruji bisa menurunkan risiko demensia, seperti dilansir dari huffpost.com.

 

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

1. Menjaga otak tetap terstimulasi adalah kuncinya

Simak di sini beberapa aktivitas harian yang sederhana, namun bisa mengurangi risikomu terkena demensia.

Baik melalui aktivitas fisik, aktivitas sosial, atau aktivitas mental, membuat otak bekerja bisa membantu menunda timbulnya demensia atau mengurangi risiko sama sekali. Pekerjaan ganda sebagai aktivitas fisik dan mental yang sering dianggap sebagai olahraga, kunjungan bersama orang-orang terkasih adalah aktivitas sosial yang juga membutuhkan stimulasi mental, dan aktivitas fisik juga membutuhkan dedikasi mental.

Orang yang mengalami masalah penglihatan atau pendengaran bisa berisiko lebih tinggi terkena demensia jika mereka tidak mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan kacamata atau alat bantu dengar. Saat seseorang tidak bisa mendengar atau melihat, ia kehilangan input sensorik otak, sehingga mereka perlu menjaga otak tetap terstimulasi untuk membantu mengurangi risiko demensia.

 

3 dari 5 halaman

2. Aktivitas fisik memiliki manfaat ganda dalam hal risiko demensia

Simak di sini beberapa aktivitas harian yang sederhana, namun bisa mengurangi risikomu terkena demensia.

Faktor risiko lain untuk demensia adalah diabetes. Ada pola gaya hidup yang bisa diikuti untuk mengurangi risiko diabetes, ini termasuk olahraga, mengikuti diet sehat, dan menjaga berat badan ideal. Jadi, olahraga tidak hanya membantu mengurangi risiko demensia, tapi juga membantu mengurangi risiko diabetes, yang dengan sendirinya membuat seseorang berisiko kehilangan ingatan.

 

4 dari 5 halaman

3. Tidak ada kata terlambat untuk menerapkan perubahan ini

Simak di sini beberapa aktivitas harian yang sederhana, namun bisa mengurangi risikomu terkena demensia.

Berapapun usiamu, tidak ada kata terlambat untuk mulai mengikuti beberapa rekomendasi gaya hidup tertentu. Lakukan sebanyak mungkin perubahan gaya hidup untuk menghindari dan mencegah demensia. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.

Untuk mereka yang sudah memiliki masalah memori atau demensia, perubahan gaya hidup yang membutuhkan aktivitas fisik, sosial, atau mental tetap bermanfaat. Ini bisa membantu memperlambat perkembangan demesia dengan menjaga otak tetap terstimulasi.

 

5 dari 5 halaman

4. Jika mengalami masalah memori baru, bicarakan dengan dokter

Simak di sini beberapa aktivitas harian yang sederhana, namun bisa mengurangi risikomu terkena demensia.

Jika seseorang mengembangkan masalah memori, maka mereka harus mencari evaluasinya dengan ahli atau dokter. Beberapa hal yang bisa diobati menyebabkan masalah memori, seperti sleep apnea dan kekurangan vitamin B12. Tapi, setiap perubahan neurologis harus dievaluasi, sehingga setiap orang bisa mendapatkan rencana perawatan yang tepat.