Fimela.com, Jakarta Dalam tumbuh kembang anak, tentu semua orangtua mengharapkan sang anak berkembang sesuai usianya dari segi mental, kecerdasan, hingga fisiknya. Namun, ada sebuah kondisi ketika anak berhenti tumbuh secara fisik dan akan sulit untuk kembali merangsang pertumbuhan fisiknya. Kondisi inilah yang disebut dengan stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun. Ada banyak pemicu pertumbuhan anak terhenti, salah satu pemicunya yaitu kurangnya kecukupan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Bayi-bayi yang cenderung rentan risiko stunting adalah bayi lahir prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Atas kesadaran itu, dalam rangka menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia, Fresenius Kabi bersama Kementerian Kesehatan melakukan edukasi pencegahan stunting pada Senin (25/7). Edukasi pada masyarakat sangat penting mengenai stunting pada masyarakat, sehingga memahami apa itu stunting, risikonya, bagaimana pencegahannya, dan betapa pentingnya pemenuhan gizi di 1000 Hari Pertama Kelahiran.
Anak-Anak Terlahir Prematur dan BBLR Berisiko Stunting
Ada fakta miris bahwa Indonesia berada di peringkat 5 tertinggi angka kelahiran bayi prematur dan BBLR. Dari 100 bayi yang lahir, terdapat 10 bayi lahir prematur dan 7 bayi lahir dalam kondisi BBLR. Kedua bayi dengan kelahiran seperti ini sangat berisiko mengalami stunting.
“Berdasarkan penelitian di 137 negara berkembang, 35% kasus stunting disebabkan oleh kelahiran prematur[1] dan 20% kasus stunting di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah,” jelas Rinawati Rohsiswatmo, Dokter Anak Konsultan Neonatologi
Rinawati memaparkan bahwa bayi lahir prematur berisiko untuk mengalami developmental delay, gangguan kognitif, kesulitan belajar dan gangguan perilaku. Oleh karena itu penting untuk melakukan skrining perkembangan pada usia 9, 18, dan 30 bulan.
Cara Mencegah Stunting dimulai dari Persiapan Kehamilan
Dokter Rinawati memberikan penjelasan bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kelahiran prematur dan BBLR. Yaitu dengan cara mempersiapkan kehamilan sehat melalui pemeriksaan antenatal rutin dan persiapan pra-nikah.
“Nutrisi dan kesehatan ibu selama hamil penting untuk mencegah kelahiran prematur. Namun, jika bayi sudah terlahir prematur tenaga medis maupun fasilitas kesehatan harus dapat memberikan pertolongan awal dan selanjutnya melakukan perawatan bayi prematur secara baik,” ujar Rinawati.
Pemberian ASI eksklusif juga sangat penting. Jika bayi sudah stunting maka perlu dilakukan tata laksana gizi di rumah sakit dengan pemberian PKMK (Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus) makanan khusus atau dengan pemberian nutrisi parenteral.
Upaya Pencegahan Stunting dari Kementerian Kesehatan
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, Erna Mulati mengungkapkan upaya pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Intervensi sensitif dimulai dari berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan yang mendukung penurunan stunting dan dikoordinasikan oleh BKKBN.
Intervensi spesifik utamanya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan bahkan jauh sebelum ibu hamil. Terdapat beberapa intervensi spesifik untuk cegah stunting pada anak yang dijabarkan oleh Kementerian Kesehatan. Berikut detailnya:
- Tablet tambah darah bagi remaja putri (rematri) 12-17 tahun
- Pemeriksaan Hb bagi rematri kelas 7 dan 10
- Pemeriksaan kehamilan sesuai standar menjadi 6x
- Tablet tambah darah bagi ibu hamil minimal 90 tablet selama kehamilan.
- Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dengan kurang energi kronis.
- ASI eksklusif
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita.
- Pemberian makanan tambahan bagi balita gizi kurang.
- Tatalaksana balita gizi buruk
- Imunisasi dasar lengkap bagi seluruh balita.
Penulis: Tasya Fadila
#Women for Women